Menuju konten utama

Yang Terlalu Indah Bisa Jadi Menipu

Imbal hasil investasi yang tinggi memang menggiurkan. Ia adalah pemikat agar investor mau menempatkan dananya pada sebuah investasi. Namun, di balik itu, ada bahaya besar yang mengancam: penipuan.

Yang Terlalu Indah Bisa Jadi Menipu
Sejumlah barang bukti sejumlah uang palsu pecahan 100 ribuan dan uang asli pecahan 50 ribuan diperlihatkan bersama tersangka saat gelar perkara kasus penipuan penggandaan uang di halaman Kantor Polres Sumedang, Jawa Barat, Rabu (11/2). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/Rei/15.

tirto.id - Lima tahun berlalu setelah penangkapan dirinya akibat kasus penipuan investasi, Bernard Madoff alias Bernie Madoff muncul dalam sebuah wawancara dengan Market Watch. Ia memberikan sejumlah penjelasan tentang kasus penipuannya, sekaligus memberikan tips kepada para investor agar tidak tertipu oleh orang-orang seperti dirinya.

“Jika terlihat terlalu bagus untuk menjadi nyata, maka benar (sebuah penipuan),” kata Madoff.

Ada dua hal ketika sebuah investasi memberikan imbal hasil besar. Pertama, pengelola dana memang pandai mengelola investasi sehingga dana bisa beranak pinak dengan banyak dan cepat. Kedua, pengelola dana menyembunyikan sesuatu dan melakukan rekayasa agar orang tertarik menanamkan uangnya sebelum akhirnya dia kabur.

Madoff dan para penipu investasi tentu saja yang kedua. Mereka menyembunyikan segala sesuatu dari para investornya dengan alasan kerahasiaan strategi bisnis.

Lantas, bagaimana sebuah investasi bisa dilihat terlalu indah? Jawabannya adalah ketika ia memberikan imbal hasilnya terlalu tinggi dibandingkan investasi lainnya.

Ambil contoh dalam kasus investasi Fili Muttaqien yang memberikan imbal hasil hingga 10 persen setiap bulan. Iming-iming ini jelas tidak masuk akal karena jauh lebih tinggi dibandingkan imbal hasil investasi paling menguntungkan sekalipun. Misalnya reksa dana saham yang dalam 5 tahun terakhir imbal hasilnya rata-rata 28 persen per tahun. IHSG sendiri dalam 5 tahun terakhir kenaikannya rata-rata sebesar 26 persen per tahun.

Iming-iming yang tinggi inilah yang juga ditawarkan oleh Madoff. Investor terkesima dengan imbal hasil tinggi, plus reputasi yang dibangun oleh Madoff selama bertahun-tahun di pasar finansial.

“Salah satu hal yang membuat saya bisa melakukannya sepanjang saya bisa adalah karena saya memiliki banyak kredibilitas. Saya memberikan imbal hasil 11 persen dan 12 persen yang tidak biasa pada saat itu. Jadi tidak ada seorang pun yang menanyai saya dan saya bisa melanjutkannya,” jelas Madoff.

Untuk menelusuri sebuah investasi wajar atau tidak, Direktur Kebijakan dan Dukungan Penyidikan Investasi OJK Tongam Lumban Tobing memberikan penjelasannya.

“Saya bisa katakan dua L. Dua L itu adalah Legal dan Logis,” kata Tongam, saat ditemui tirto.id di kantornya, Jakarta, Rabu (26/10/2016)

“Legal, ketika kita investasi yang aman maka menabung atau deposito. Tapi bisa juga di reksa dana dan komoditi berjangka. Tapi kita juga melihat dasar izin perusahaannya ada enggak legalitasnya, kemudian produknya. Jadi izin produknya dikeluarkan oleh otoritas terkait, kalau produknya jasa keuangan pasti dari OJK tapi kalau perdagangan maka dari Kementerian Perdagangan. Begitu juga yang lainnya,” urainya.

Kemudian dari sisi rasional atau logis. Logis adalah melihat rata-rata bunga yang ditawarkan kepada masyarakat. “Ada yang 10 persen per bulan atau satu persen per hari. Ini tidak logis. Apa kegiatan usahanya, apa produknya sehingga bisa menawarkan bunga yang besar. Jadi masyarakat itu waspada dengan tawaran yang tinggi,” jelas Tongam.

Hal yang patut diwaspadai juga adalah penggunaan tokoh-tokoh masyarakat, agama untuk sebagai testimoni seakan-akan merefleksikan bahwa investasi bodong itu bisa diterima.

“Kalau menggunakan tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk menawarkan ini tidak logis. Enggak ada kaitannya penawaran investasi. Dia hanya mencari kedok aja. Jadi yang ditanya legal dan logisnya. Legalitas bisa ditanyakan kepada instansi-instansi terkait, bisa juga OJK,” tambahnya.

Selain mencermati imbal hasil yang tidak masuk akal, investor harus mempertimbangkan banyak hal ketika membenamkan investasi portofolio. Salah satunya adalah rekam jejak perusahaan investasi. Tidak ada salahnya menjelajahi rekam jejak perusahaan investasi di internet dan melakukan pengecekan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Infografik Waspada Investasi Bodong

Bagaimana dengan penawaran bisnis seperti yang sekarang marak misalnya bisnis ternak ayam, sapi, ataupun kayu sengon atau jati? Jika Anda mendapatkan penawaran tersebut, ada baiknya diteliti terlebih dahulu prospek bisnisnya. Yang jelas dalam sebuah bisnis harus ada barang atau jasa yang dijual. Jangan mau membenamkan investasi ke bisnis yang tidak jelas barang atau jasa yang hendak dijual.

“Kalau tidak ada barang dan jasa kemungkinan dari gali lubang tutup lubang,” jelas Anastasia, seorang perencana keuangan yang berbasis di Jakarta.

Yang harus dipahami adalah bisnis di sektor perkebunan ataupun peternakan bisa naik dan turun. Investor harus siap manakala misalnya harga komoditas sedang turun. Tidak selamanya bisnis riil seperti perkebunan dan peternakan ini memberikan imbal hasil positif. Jika ada yang mengiming-imingi imbal hasil yang selalu positif, maka Anda patut menelusuri lebih jauh lagi.

Investor yang sudah menanamkan dananya juga harus sering-sering menanyakan investasinya. Untuk ini, Madoff memberikan tips agar terhindar dari penipuan Skema Ponzi seperti yang dilakukannya di masa lalu. Ia menyarankan kepada investor untuk selalu memastikan uangnya masih ada.

“Mintalah uang Anda kembali secara periodik. Apa yang investor harus lakukan secara periodik adlaah mintalah uang kembali, apakah itu ada di hedge fund atau perusahaan investasi lainnya,” ujar Madoff.

Para pengelola dana yang hanya tipu-tipu biasanya akan mencoba menghindar ketika kita akan menarik dana. Mereka beralasan uang yang sudah ditarik tidak bisa diinvestasikan lagi.

“Tapi sebenarnya Anda akan selalu bisa untuk kembali. Mintalah seluruh uang Anda kembali setiap dua tahun untuk memastikan (sebuah perusahaan) sah. Jika klien saya sudah melakukannya terhadap saya, maka saya mungkin akan tertangkap lebih cepat,” demikian tips dari Madoff kepada investor, agar tidak tertipu oleh orang-orang seperti dirinya.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti & Reja Hidayat
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti