Menuju konten utama

Wisata Halal Jadi Jualan Sandi dan Ma'ruf Amin, Bagaimana Kansnya?

Wisata halal jadi narasi dan janji yang dibangun oleh calon wakil presiden Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno. Apa dan bagaimana kans wisata halal?

Wisata Halal Jadi Jualan Sandi dan Ma'ruf Amin, Bagaimana Kansnya?
Penjual makanan halal memberikan menu kepada pelanggan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Soumaya Hamdi adalah perempuan Muslim asal Inggris, ia bersama suami dan bayinya berumur 4 bulan berwisata mengelilingi Asia pada 2015. Mereka mengunjungi Singapura dan Malaysia, lalu terbang ke Korea Selatan, sampai akhirnya singgah di Jepang.

Menurut Soumaya, perjalanan wisatanya seru dan mendebarkan. Namun, selama perjalanan, Soumaya dan keluarga kesulitan ketika mencari makanan halal, sebagaimana dikutip dari New York Times.

Situasi yang dialami Soumaya kala itu sudah jauh berubah saat ini. Banyak negara, seperti Korea Selatan dan Jepang, mulai memperhatikan segala kebutuhan turis Muslim, dan menawarkan wisata halal.

Jumlah turis Muslim yang pelesiran ke luar negeri terus meningkat. Berdasarkan laporan Global Muslim Travel Index 2018 (PDF), jumlah turis Muslim secara global mencapai 121 juta orang pada 2016. Tahun berikutnya, naik menjadi 131 juta turis, dan diperkirakan menjadi 156 juta turis pada 2020.

Seiring dengan meningkatnya jumlah turis Muslim, nilai belanja yang dikeluarkan juga ikut melonjak. Pada 2020, nilai belanja turis Muslim ditaksir mencapai US$220 miliar pada 2020, dan meningkat menjadi US$300 miliar pada 2026.

Indonesia juga tidak ingin ketinggalan mengambil peluang dari wisata halal itu. Pemerintah menargetkan jumlah kunjungan turis asing dari wisata halal mencapai 5 juta orang pada 2019, atau naik 42 persen dari tahun lalu sebanyak 3,5 juta orang.

Kans Wisata Halal di Bali

Saat musim kampanye Pilpres 2019, narasi wisata halal jadi jualan masing-masing calon wakil presiden. Saat berkampanye di daerah, kedua calon wakil presiden itu membeberkan rencananya dalam mengembangkan wisata halal, termasuk di Bali yang selama ini jadi pusat wisatawan mancanegara di Indonesia.

Calon wakil presiden nomor urut 1, Maruf Amin mengaku sudah lama menggagas wisata halal atau wisata syariah. Ia juga sudah berupaya mengembangkan wisata halal sejak 20 tahun lalu.

Menurut Maruf, bisnis wisata halal bisa dalam bentuk seperti hotel syariah dan travel syariah. “Wisata syariah sebenarnya sudah lebih banyak, tinggal bagaimana kemasannya,” tuturnya dikutip dari Antara.

Konsep wisata halal bukan barang baru bagi Sandiaga. Saat menjabat sebagai Wagub DKI Jakarta, ia sempat ingin mengembangkan wisata halal di DKI Jakarta. Rencana itu tidak terealisasi, ia kadung maju sebagai calon wakil presiden.

Namun, ide Sandiaga mengembangkan wisata halal tidak pudar. Ia mengatakan Bali memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan wisata halal.

“Secara umum potensi pariwisata halal konon kabarnya di atas Rp3.000 triliun. Ini sangat luar biasa kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali,” katanya seperti dilaporkan Tirto.

Rencana Sandiaga mengembangkan wisata halal di Bali mendapat penolakan dari berbagai kalangan di antaranya seperti Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra. Menurut Yuniartha, wisata halal tak mungkin dikembangkan di Bali. Selama puluhan tahun, pariwisata budaya yang ditonjolkan Bali tidak melulu selaras dengan ajaran agama tertentu.

“Tetangga kami, Lombok, sudah menerapkan itu. Janganlah kami juga," ujarnya.

Rencana Sandi juga dianggap konyol oleh Guru Besar Geografi Regional UGM M. Baiquni. Menurutnya, apabila masyarakat berasal dari berbagai golongan, maka sebaiknya wisata yang mengedepankan unsur tertentu dihindari.

"Masyarakat Bali itu beragam, multikultural, sehingga tidak mudah apabila pariwisata halal dikedepankan," jelas Baiquni.

Apakah wisata halal di Bali suatu keniscayaan?

Bila berkaca dari Jepang dan Korea Selatan, tentu jadi keniscayaan terjadi di Bali. Wisata halal bukanlah wisata religi. Wisata halal tidaklah jauh berbeda dengan wisata pada umumnya. Wisata halal adalah konsep wisata, di mana turis Muslim dapat mudah untuk memenuhi kebutuhan ‘iman’ mereka di saat sedang berwisata.

Misal, terdapat restoran bersertifikat halal, kolam renang terpisah antara pria dan wanita, tersedianya masjid/mushola dan lain sebagainya, di mana menjadi pertimbangan turis Muslim sebelum berkunjung ke luar negeri.

Kebutuhan turis Muslim tentu berbeda dengan turis muslim lainnya, tergantung dari tingkat ketaatan mereka. Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI), kebutuhan turis Muslim terbagi dalam tiga bagian.

Pertama, kebutuhan wajib (need to have) seperti makanan halal dan tempat ibadah. Kedua, kebutuhan yang baik untuk dimiliki (good to have) seperti kemudahan memakai kamar mandi dan adanya servis khusus ketika Ramadan atau berpuasa.

Ketiga, kebutuhan yang bagus untuk dimiliki (nice to have) seperti tidak adanya kegiatan non halal dan fasilitas rekreasi yang sesuai syariat Islam. Untuk turis Muslim yang ketat, ketiga kebutuhan itu umumnya harus terpenuhi. Namun ada juga turis Muslim yang fokusnya lebih terhadap makanan halal dan kepentingan salat saja.

Jepang adalah salah satu negara yang gencar memenuhi kebutuhan turis Muslim berwisata. Mengutip South China Morning Post, berbagai kebutuhan turis Muslim disiapkan, mulai dari memasang kiblat di kamar hotel, menambah musola hingga makanan halal.

Hasilnya ada dampaknya. Menurut Japan National Tourism Organisation (JNTO), sebanyak 271.000 turis asal Indonesia berkunjung ke Jepang pada 2016 atau naik empat kali lipat dari 2009 sebanyak 63.000 orang. Tren yang sama juga terlihat pada Malaysia. Pada 2009, jumlah turis Malaysia yang datang mencapai 89.000 orang. Selang tujuh tahun, jumlah turis Malaysia melonjak hingga empat kali lipat menjadi 394.000 orang.

Infografik Wisata halal

Infografik Wisata halal. tirto.id/Fuad

Korea Selatan juga melakukan hal yang sama. Seiring dengan jumlah turis Muslim yang terus meningkat, Pemerintah Kota Seoul berencana menambah jumlah tempat ibadah bagi turis Muslim di sejumlah daerah wisata.

Mengutip dari Koreatimes, Pemerintah Kota Seoul menargetkan menarik lebih banyak minat turis Muslim dari Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk berkunjung. Perkembangan jumlah turis asal Asia Tenggara dan Timur Tengah yang berkunjung ke Korea Selatan juga cukup positif, yakni mencapai 985.858 orang pada 2016, atau tumbuh 33 persen dari 2015 sebanyak 740.861 orang.

Pemerintah Indonesia juga memang tak tinggal diam. Melalui Kementerian Pariwisata, mereka juga gencar mempromosikan sejumlah destinasi favorit dengan menggelar Sales Mission dan Influencer Gathering di Jeddah, Arab Saudi pada Februari 2019.

Destinasi favorit wisatawan mancanegara yang dipromosikan itu antara lain seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bali. Pemerintah menargetkan sedikitnya 200.000 turis Arab Saudi bisa berkunjung ke Indonesia pada 2019.

“Saya pikir wisata halal bisa berkembang di Bali selama memang ada permintaan. Ini murni bisnis, atau sebagai upaya menarik minat turis Muslim berkunjung,” kata Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom INDEF kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra