Menuju konten utama

Betapa Tak Masuk Akalnya Rencana Sandi Bikin Wisata Halal di Bali

Sandiaga Uno ingin Bali mengusung konsep wisata halal. Bagi beberapa pihak usul tersebut tak patut direalisasikan karena bisa merugikan Bali sendiri.

Betapa Tak Masuk Akalnya Rencana Sandi Bikin Wisata Halal di Bali
Sandiaga Uno (tengah). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ama.

tirto.id - Sandiaga Salahuddin Uno mengulang janji yang pernah ia utarakan ketika menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ketika itu ia bilang ingin mengembangkan wisata halal di ibu kota--meski kita semua tahu itu tak sempat direalisasikan karena ia kadung maju sebagai calon Wakil Presiden.

Kini, dengan statusnya sebagai calon orang nomor dua di Indonesia, Sandi mengatakan hal serupa, hanya saja untuk wilayah yang berbeda: Bali. Dia berencana menjadikan Bali sebagai tujuan wisata halal.

"Prabowo-Sandi fokus memberdayakan UMKM. Di Bali sendiri kami harapkan pariwisata akan lebih baik dan multiplayer-nya banyak sekali kepada UMKM. Salah satunya juga pariwisata halal. Banyak potensinya, dan sekarang diambil oleh Bangkok," kata Sandi di Denpasar, Bali, Minggu (24/2/2019) kemarin.

Bali punya potensi untuk itu, kata Sandi. Dia melihat ada ceruk pasar yang bisa menarik uang hingga triliunan rupiah jika pariwisata halal diterapkan.

"Secara umum potensi pariwisata halal konon kabarnya di atas Rp3.000 triliun. Ini sangat luar biasa kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali."

Tapi optimisme Sandi berbanding terbalik dengan apa yang diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Gede Yuniartha Putra. Bukan cuma memberikan ruang, kata Yuniartha, wisata halal tak mungkin dikembangkan sama sekali. Ia pun menolak gagasan tersebut.

"Tetangga kami, Lombok, sudah menerapkan itu. Janganlah kami juga," ujarnya kepada reporter Tirto, Senin (25/2/2019).

Selama puluhan tahun yang ditonjolkan Bali adalah pariwisata budaya yang tak melulu selaras dengan ajaran agama tertentu, kata Yuniartha. Dan pariwisata jenis ini terbukti mampu menarik minat jutaan wisatawan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyebut sepanjang tahun lalu ada 6.070.473 turis yang datang ke Bali. Angka ini naik hingga 6,54 persen dibanding 2017. Turis terbanyak berasal dari Cina (1.361.326 orang), diikuti Australia (1.155.240), India (352.652), dan Inggris (267.210).

Jika misalnya mengusung konsep halal, katanya, wisatawan justru akan bingung dan bisa merugikan Bali secara keseluruhan. Bali akan jadi tak punya diferensiasi dengan tempat-tempat wisata lain.

"Biarlah orang punya pilihan. Kalau mau wisata halal ya ke Lombok atau Aceh. Kalau mau wisata budaya ya ke Bali. Saling berbagi peran."

Meski tak setuju dengan konsep yang ditawarkan Sandi, bukan berarti tak ada unsur "halal" sama sekali di pulau ini.

"Kalau ada wisatawan Timur Tengah mencari sesuatu yang halal di sini, itu ada," pungkas Yuniartha.

Harus Disesuaikan dengan Masyarakat

Guru Besar geografi regional sekaligus bekas ketua Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM M. Baiquni mengatakan hal serupa.

Konsep pariwisata, apa pun jenisnya, harus berangkat dari kenyataan sosial masyarakat di tempat itu. Misalnya, jika masyarakat berasal dari berbagai golongan, maka baiknya wisata yang mengedepankan unsur tertentu dihindari.

Karena alasan tersebut Baiquni menilai gagasan Sandi mengada-ada.

"Masyarakat Bali itu beragam, multikultural, sehingga tidak mudah apabila pariwisata halal dikedepankan," jelas Baiquni kepada reporter Tirto. Masyarakat di Bali pun mayoritas beragama Hindu. Usul wisata halal jadi terdengar konyol.

Pada akhirnya, bagi Baiquni sebaiknya rencana wisata halal untuk Bali dibuang jauh-jauh. Toh pemerintah dan pelaku wisata sudah bisa mengakomodir kebutuhan orang Islam yang bervakansi ke sana.

"Di Bali masih ada kok rumah makan yang tidak menjual babi. Mereka menyajikan halal food," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Rio Apinino