tirto.id - Gunung Agung di Bali yang masih terus aktif secara vulkanik sejak meletus 21 November lalu. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai meski telah dibuka kembali untuk lalu lintas penerbangan, tetap menyisakan beberapa jadwal penerbangan yang batal.
Tentu, efek jadwal penerbangan yang batal hanya salah satu dari dampak nyata terhadap ekonomi Bali. Penerbangan yang belum lancar tentu akan mengurangi frekuensi orang masuk ataupun keluar dari Bali. Dampaknya: pariwisata bisa terganggu.
Di tengah situasi darurat itu, Presiden Jokowi menegaskan agar wisatawan asing tetap datang ke Bali.
"Wisatawan enggak perlu ragu untuk datang ke Bali. Dan malah dapat tontonan tambahan, atraksi gunung berapi," kata Jokowi. Ia pun menggarisbawahi satu hal: "Yang paling penting, menjaga keselamatan masyarakat. Itu yang paling penting."
Baca juga:56 Jadwal Penerbangan di Bandara Ngurah Rai Masih Dibatalkan
Jokowi juga meminta agar wisatawan ditangani dan dilayani sebaik-baiknya. "Jangan sampai mereka tidak terurus pulang atau keluar dari Bali karena bandaranya tertutup,” katanya.
Pemerintah tampak menunjukkan keseriusan untuk menangani dan melindungi wisatawan. Tak hanya itu, sektor jasa pariwisata di Bali pun melontarkan rupa-rupa tawaran kepada wisatawan. Misalnya harga khusus kepada wisatawan yang terdampak aktivitas vulkanik itu.
Sebelumnya, Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, pada Senin, 27 November sempat menyatakan ada sekitar 15.000 wisatawan yang tertahan di Bali akibat letusan gunung.
Baca juga: Hotel di Bali Sepakat Beri Diskon
Pariwisata Sektor Terbesar Bali
Sampai hari ini, Bali memang tidak dapat dipisahkan dengan lokus ekonomi pariwisata. Data Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) Bali pada 2017, misalnya, memperlihatkan bahwa sektor “penyediaan akomodasi dan makan minum”, yang berelasi kuat dengan penyediaan ekonomi pariwisata, menjadi sektor terbesar. Hingga kuartal ketiga (Q3), angkanya rata-rata seperlima dari keseluruhan PDB.
Berapa nilai dari sektor “penyediaan akomodasi dan makan minum” itu? Data dari tahun 2015 hingga 2017 mencatat peningkatan yang stabil.
Tujuan pariwisata di Bali tentu beragam. Secara sederhana, sektor ini dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama, wisata alam: pantai, gunung, serta pulau-pulau kecil. Kedua, wisata karya manusia: museum, peninggalan sejarah, pertualangan alam, agrowisata, taman rekreasi, dsb. Ketiga, wisata minat khusus, misalnya wahana berburu, tempat belanja, tempat ibadah dan ziarah, wilayah industri dan kerajinan, dsb.
Menurut data Dinas Pariwisata Bali, ada 141 tujuan wisata yang tersebar dari delapan kabupaten dan satu kotamadya. Di dalamnya terdapat 48 destinasi wisata alam, 39 destinasi wisata karya manusia, dan 54 destinasi wisata minat khusus.
Patut digarisbawahi bahwa data Dinas Pariwisata Bali tidak mencatat keseluruhan tujuan wisata yang ada di Bali. Angka itu hanyalah total tujuan wisata yang memiliki ketentuan retribusi tiket masuk. Adanya tiket masuk memungkinkan perekaman data jumlah pengunjung yang terpacak pada tabel di bawah ini.
Data di atas menunjukkan tipe wisata karya manusia menjadi tujuan wisata dengan jumlah wisatawan terbesar. Meski demikian, Anda bisa mencermati bahwa selisih pengunjung dengan dua tipe wisata lain relatif kecil.
Tabel di atas juga menunjukkan tren peningkatan jumlah wisatawan. Bahkan, pertumbuhan jumlah wisatawan 2015 ke 2016 cukup tinggi, yakni di atas 25 persen. Bandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 5 persen.
Di Kota Denpasar, misalnya, tempat wisata “Monumen Perjuangan Rakyat Bali” tercatat sebagai lokasi yang memiliki jumlah wisatawan terbanyak. Itu terjadi pada 2015 dan 2016. Pada 2015, ada 135 ribu wisatawan yang diketahui mengunjungi lokasi tersebut. Satu tahun berikutnya, jumlahnya meningkat hingga 251 ribu.
Namun, tujuan wisata ini tidak menjadi wisata dengan jumlah turis terbanyak pada 2014. Tiga tahun lalu, Hutan Bakau-lah tempat wisata yang paling banyak dikunjungi, yakni oleh 158 ribu wisatawan.
Table 4 Jumlah Wisatawan Kota Denpasar Berdasarkan Tempat Wisata*
Bergantinya volume wisatawan terbanyak di kota Denpasar itu memberi gambaran bahwa tren pariwisata dapat berubah. Contoh lainnya adalah jumlah wisatawan di lokasi “desa wisata Kertalangu” yang meningkat dua kali lipat pada 2015 dan 2016 dibanding jumlah wisatawan pada 2014.
Desa wisata sebagai obyek wisatawan memang mulai banyak digemari setelah 2014, seiring perkembangan industri lain, seperti sinema, baik film layar lebar maupun sinetron. Juga mulai populernya wisata non-mainstream. Wisatawan tak lagi tertuju lokasi konvensional. Mereka mulai mencari tempat yang menawarkan cita rasa lokal. Mereka seperti ingin merasa sebagai bagian penduduk setempat. Itulah salah satu yang ditawarkan dari Desa Wisata.
Namun, jika menggunakan kembali data dari Tabel 3, Bali memang punya kekuatan besar pada tipe wisata non-alam. Jumlah wisatawan alam adalah sepertiga dari tipe wisata lainnya (wisata karya manusia dan wisata minat khusus dijumlahkan).
Setelah Gunung Agung selesai erupsi, pariwisata Bali dipastikan bisa kembali pulih. Toh, pariwisata Bali memang bertumpu pada aspek budaya lokalnya. Selain itu, jejak erupsi Gunung Agung pun bisa menjadi tujuan wisata, seperti halnya (kawah) gunung-gunung berapi lain di Indonesia.
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Maulida Sri Handayani