tirto.id - Warga Desa Pogung Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten sepakat untuk menolak proses otopsi jenazah Siyono, terduga teroris yang beberapa waktu lalu meninggal setelah ditahan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88.
Proses otopsi rencananya akan dilaksanakan hari ini, (30/3/2016), bertempat di makam Siyono yang terletak di pemakaman Desa Pogung.
"Warga menolak kegiatan otopsi jasad Siyono dengan alasan mereka khawatir takut dan trauma [akibat] hiruk-pikuk datangnya orang dari luar desa," kata Kepala Desa Pogung Djoko Widoyono saat ditanyakan mengenai keresahan warganya atas kegiatan otopsi.
Ia mengarisbawahi bahwa warga mengajukan keberatan dengan membuat pernyataan bersama bahwa mereka menolak otopsi untuk menjaga iklim yang aman dan damai di Desa Pogung.
"Surat pernyataan itu, sudah diserahkan ke pihak aparat keamanan untuk ditindaklanjuti permintaan warga itu, " imbuhnya.
Di sisi lain, Djoko mengaku bahwa pihaknya belum menerima surat pemberitahuan otopsi dari pihak-pihak yang berwenang.
"Kami secara resmi belum menerima surat pemberitahuan petugas yang akan melakukan otopsi baik dari kepolisian maupun instansi lain," katanya.
Berdasarkan pantauan kantor berita Antara di Desa Pogung, tampak puluhan personel Polri dan TNI telah melakukan penjagaan di sudut-sudut jalan dekat dengan tempat pemakaman dimana jenazah Siyono dimakamkan. Bahkan sejumlah warga Desa Pogung juga berkumpul di dekat tempat pemakaman desa setempat untuk menyatakanpenolakan atas otopsi jasad Siyono.
Namun, petugas atau tim otopsi yang berwewenang hingga pukul 11.00 WIB belum ada tanda-tanda untuk membongkar kuburan Siyono.
Terduga teroris Siyono (34), warga Dukuh , Desa Pogung, Kabupaten Klaten dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (11/3), setelah ditangkap oleh Densus 88 Mabes Polri,
Dalam kesempatan berbeda, Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid dalam pernyataan tertulisnya turut menanggapi kematian Siyono.
"Mengapa harus mati? Kenapa tidak dilumpuhkan? Kemudian membongkar jaringan terorisme. Jangan memberantas terorisme dengan melakukan teror," kata Hidayat Nur Wahid. (ANT)