tirto.id - Partai Golkar tengah menyiapkan kadernya, Jusuf Hamka, untuk mendampingi Kaesang Pangarep jika putra sulung Presiden Joko Widodo itu bersedia maju di Pilkada Jakarta. Langkah partai berlogo beringin itu dinilai semakin memupuskan harapan Ridwan Kamil untuk maju dan menjajal peta persaingan di ibu kota.
Elektabilitas Kang Emil--sapaan akrabnya, memang sempat melejit ketika fotonya muncul dalam papan iklan bertuliskan 'OTW Jakarta'. Namun, semenjak kemunculan nama Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok digaungkan maju di Jakarta, elektabilitas Kang Emil turun dan justru lebih tinggi di Jawa Barat.
Analis politik dari Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, mengatakan Golkar memang lebih potensial mengusung nama selain Ridwan Kamil di Jakarta. Mengingat, Ridwan Kamil masih punya peluang besar di Jawa Barat, sementara Golkar tidak punya tokoh lain selain mantan Gubernur Jawa Barat tersebut.
Dalam hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), misalnya, nama Ridwan Kamil masih bertengger di posisi teratas dengan perolehan 50,6 persen dalam peta persaingan Pilkada Jawa Barat. Disusul Dedi Mulyadi 25,1 persen dan Deddy Mizwar 3,7 persen.
Sementara nama lainnya seperti Dede Yusuf Macan Effendi 2,7 persen, Bima Arya 2,2 persen dan Desy Ratnasari 2,1 persen. Nama-nama lain masing-masing di bawah 2 persen. Selanjutnya yang tidak tahu atau tidak menjawab sekitar 4,1 persen.
Jika bersaing hanya tiga calon, suara Ridwan Kamil menjadi 55,8 persen, unggul signifikan atas Dedi Mulyadi yang mendapat dukungan 35,5 persen dan Ahmad Syaikhu 4,3 persen. Sementara yang belum tahu sekitar 4,4 persen.
Skenario tiga calon berdasarkan pada asumsi tiga partai dengan perolehan suara terbanyak dalam Pemilihan Legislatif 2024 masing-masing membuat poros calon gubernur. Ridwan Kamil mewakili poros Golkar, Dedi Mulyadi dari poros Gerindra dan Ahmad Syaikhu dari poros PKS.
"Di Jakarta sendiri Golkar tidak punya kans usung calon gubernur, posisi tawar mereka kecil di parlemen, dan nama Jusuf Hamka menjadi strategi baru Golkar," kata Dedi kepada reporter Tirto, Senin (15/7/2024).
Menurut Dedi, upaya Golkar menawarkan nama Jusuf Hamka menjadi ide bagus karena potensial menambah pemilih baru yang senang dengan tokoh di luar politisi. Jusuf Hamka atau akrab disapa Babah Alun dikenal sebagai bos jalan tol yang kerap menampilkan kedermawanan sosial.
Sebenarnya, kata Dedi, bisa saja Golkar mengusung Erwin Aksa atau Ahmed Zaki jika sekadar menjadi wakil gubernur. Tetapi dua tokoh tersebut masih terlalu berharga secara politik karena sudah mendapat posisi di DPR RI.
"Maka dengan masuknya nama baru, dan wacana dipasangkan dengan Kaesang, Golkar sedang berupaya bertaruh mendapat limpahan suara dan menang, karena dipastikan jika usung Kaesang maka Jokowi akan kembali terlibat sebagaimana di Pilpres," tutur dia.
Harapan Ridwan Kamil di Jakarta Pupus?
Analis politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, mengatakan peluang Ridwan Kamil maju di Jakarta memang mengecil di mana posisi sekarang elektabilitasnya hanya di bawah 40 persen. Namun, bukan berarti harapan Ridwan Kamil untuk maju di Pilkada Jakarta terhenti atau pupus.
"Dalam artian bukan berarti peluang Ridwan Kamil nol persen sama sekali di Jakarta, cuma memang mengecil sekarang tinggal 20 persen gitu lah," ujar Kunto kepada reporter Tirto, Senin (15/7/2024).
Kunto menambahkan, kelihatannya Golkar lebih mempertimbangkan untuk menaruh Ridwan Kamil di Jawa Barat. Karena harus diakui, secara keuntungan elektabilitas Ridwan Kamil sendiri masih cukup tinggi di daerah tersebut.
Terlebih, Airlangga Hartarto selalu Ketua Umum Golkar, juga pasti mempertimbangkan efek domino lainnya. Kalau Ridwan Kamil disimpan di Jawa Barat punya efek jauh lebih besar di 27 kota/kabupaten, sedangkan kalau di Jakarta efek itu tidak terlalu dirasakan mungkin bagi Golkar.
"Pada gilirannya Golkar lebih memilih menempatkan Ridwan Kamil di Jawa Barat. Tapi Ridwan Kamil sendiri kan mana tahu dia sudah bernafsu untuk bisa menaklukan Jakarta," jelas dia.
Dalam keterangan terpisah, analis dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, melihat ada kerugian besar bagi Golkar jika tetap memaksakan Ridwan Kamil di Jakarta, sehingga menyodorkan nama lain: Jusuf Hamka dengan Kaesang Pangarep. Karena pertaruhan bagi Ridwan Kamil di Jakarta, tentu ada dua kemungkinan. Pertama menang dan kedua kalah.
"Tapi potensi hari ini kalau dilihat Anies lebih kuat dibandingkan RK," imbuh Arifki kepada reporter Tirto, Senin (15/7/2024).
Jika melihat hasil survei Proximity Indonesia, posisi Ridwan Kamil masih berada di urutan bontot setelah Ahok dan Anies. Dalam survei calon gubernur dan calon wakil gubernur berpotensi maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024, Anies unggul dengan skor 35,50 persen, Ahok 26,40 persen dan Ridwan Kamil 18,10 persen.
Survei dilakukan pada 16-25 Mei 2024 dengan responden sebanyak 800 orang. Sampel tersebar secara proporsional pada 80 kelurahan di Jakarta. Adapun metode yang digunakan adalah acak bertingkat dengan tingkat kesalahan atau margin of error +-3,46 dan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Tapi kalau Ridwan Kamil kemudian ke Jakarta ini kerugian bukan hanya sebagai Ridwan Kamil sendiri, tapi juga berdampak secara elektoral kepada Golkar yang kehilangan kunci di Jawa Barat. Dan itu menguntungkan bagi Gerindra secara tidak langsung mereka punya figur baru yaitu Dedi Mulyadi," jelas dia.
Menurut Arifki, pertimbangan di atas tentu menjadi menarik bagi Ridwan Kamil. Karena jika bisa memenangkan di Jakarta, dia akan jadi kuda hitam di Pilpres 2029. Sama halnya ketika Ridwan Kamil di Pilgub Jawa Barat hari ini.
"Artinya seberapa tinggi kepentingan Ridwan Kamil secara personal dan seberapa besar kemungkinan dia untuk menang dan berapa banyak kerugian Golkar harus melepasnya ke Jakarta," ucapnya.
Ridwan Kamil sebenarnya mengantongi dua surat tugas maju di Pilkada Jakarta dan Jawa Barat. Namun, belum ada keputusan final dari Golkar terhadap Langkah Ridwan Kamil. Terlebih, Golkar masih mempertimbangkan dan melihat dinamika politik ke depan.
Golkar Mencoba Realistis
Ketua DPP Partai Golkar, Dave Laksono, mengakui partainya lebih condong mendorong Ridwan Kamil maju di daerah yang memiliki kans kemenangan. Golkar tak ingin memaksakan kader maju di daerah yang hasilnya tak sesuai harapan.
"Condong akan mana yang paling tepat demi keberhasilan pilkada dan pembangunan wilayah. Jangan asal dorong bila mana tidak tepat hingga hasilnya tidak sesuai dengan harapan," kata Dave saat dikonfirmasi reporter Tirto, Selasa (25/6/2024) lalu.
Di sisi lain, langkah Golkar mendorong nama lain di luar Ridwan Kamil dinilai menjadi bagian strategi partai. Menurut Arifki Chaniago, munculnya nama Jusuf Hamka menjadi alternatif menarik karena dia pengusaha muslim dan berdarah Tionghoa.
"Jusuf Hamka punya keterikatan kuat dengan figur yang memang apakah itu menjadi agresi munculnya Ahok nantinya atau mengambil segmentasi pendukung Ahok dan di sisi lain dia muslim dan tentu juga secara finansial dia juga cukup populer hari ini," ujar Arifki.
"Saya rasa ini menjadi gebrakan menarik ketika Jusuf Hamka maju di Jakarta," kata dia.
Tetapi, kata Arifki, hal menarik menjadi pertanyaan adalah ketika Kaesang dan Jusuf Hamka benar dipasangkan, maka seberapa kuat daya tawar untuk menangnya. Karena secara hubungan tentu saja cukup menarik, tapi daya gedornya apakah lebih tinggi atau tidak, ini akan menjadi pertimbangan kembali bagi Golkar.
"Kita lihat apakah Golkar memilih Jusuf Hamka untuk mempertahankan Ridwan Kamil di Jabar," imbuhnya.
Sementara Kunto Adi, mengatakan apabila Kaesang Pangarep berniat maju bersama Jusuf Hamka, peluangnya memang tidak begitu besar jika dilihat secara survei. Namun ada faktor-faktor lainnya terutama keterlibatan Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto bisa menjadi faktor pengungkit besar bagi Kaesang.
"Dan kalau begini hitungannya liHat saja nanti. Akan mungkin mengulangi keberhasilan kakaknya di Pilpres. Tapi kalau Jakarta ini bisa solid pendukung Anies atau lawan Kaesang solid, sangat mungkin dikalahkan juga," kata Kunto.
Untuk diketahui, duet Kaesang dan Jusuf Hamka masih sebatas wacana belum ada kesepakatan lebih lanjut. Mengingat DPP PSI menegaskan belum ada kesepakan dengan Partai Golkar terkait Pilkada DKI Jakarta.
"Dalam pertemuan tidak ada kesepakatan di antara kedua partai untuk bersama mengusung Mas Kaesang dan Pak Jusuf Hamka. Ide itu memang disampaikan Golkar dalam pertemuan, namun tidak ada kesepakatan terkait usulan itu,” kata Wakil Ketua Umum DPP PSI, Andy Budiman, dalam keterangannya kepada media, Sabtu (13/07/2024).
Respons Kaesang, RK hingga Jusuf Hamka
Kaesang yang merupakan Ketum PSI, berkata sejatinya masih banyak waktu, yakni untuk pendaftaran pasangan calon di Pilgub Jakarta ke KPU. Kaesang mengakui saat ini Anies masih figur yang elektabilitasnya paling tinggi.
"[Tapi] saya rasa Golkar juga punya jagoan. Ada Pak Ridwan Kamil, mungkin kalau Pak Ridwan Kamil sudah bosan di Jabar mungkin bisa mencari tantangan baru di DKI Jakarta," tutur Kaesang.
Menurut Kaesang, dinamika politik di Jakarta masih sangat dinamis. Oleh karena itu, ia meminta publik menunggu sampai 29 Agustus 2024, tanggal terakhir pendaftaran pasangan calon ke KPU.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ridwan Kamil, mengklaim tidak masalah dengan wacana duet Kaesang-Jusuf Hamka. Ia mengaku siap ditugaskan di daerah mana pun karena sejatinya itu dilakukan untuk kemajuan bangsa.
"Pengabdian kepada bangsa negara ini di mana saja kalau saya. Kalau di Jabar lebih mudah, sudah pengalaman, hasil surveinya juga bagus. Kalau dibutuhkan di Jakarta juga tidak ada masalah," kata Kang Emil di ANTARA Heritage Center, Jakarta, Jumat (12/7/2024) lalu.
Selain itu, ia mengatakan sedari awal tidak mempermasalahkan penugasan untuk Pilkada 2024 karena dirinya telah berpengalaman menjadi kepala daerah.
"Saya punya pengalaman secara keilmuan, profesi, tidak ada masalah, tetapi saya cuma mengingatkan keputusan itu pastinya nanti menjelang-menjelang 20-an Agustus karena pendaftaran pilkada kan, saya lupa ya, 25 atau 26 atau tanggal berapa di Agustus," ujarnya.
Ia mengatakan, "Jadi kalau hari-hari ini masih ada sebut nama-nama ya itu wajar-wajar saja karena semua berharap yang terbaik buat masing-masing daerah."
Sementara itu, Jusuf Hamka, mengaku tegak lurus dengan perintah partai. "Siap tidak siap tergantung perintah, ini kan baru wacana kalau Kaesang di Jakarta. Kalau saya loyal kepada perintah atasan saya," ucap dia, Sabtu (13/7/2024) lalu.
Jusuf Hamka bahkan berkelakar jika Kaesang Pangarep maju bersama dirinya di Pilkada Jakarta sebutan nama yang pas adalah ‘Ka’bah’. Ka'bah kependekan dari Kaesang-Babah Alun.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Fahreza Rizky