tirto.id - Sesaat setelah gempa dan tsunami berkekuatan 7,4 SR melanda Kabupaten Donggala dan Kota Palu dan sekitarnya Jumat (28/9), jaringan telekomunikasi sempat bermasalah bahkan terputus termasuk via telepon selular (ponsel) yang mengalami gangguan sinyal. Presiden Jokowi bahkan kesulitan mengontak gubernur Sulawesi Tengah untuk menghimpun data terkini.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta agar para operator mempercepat penanganan gangguan sinyal di wilayah yang terdampak bencana. Beberapa operator lebih dulu berinisiatif melakukan kemudahan layanan, provider XL Axiata di akun twitternya pada 28 September 2018 pukul 22.35 WIB mengumumkan layanan "GRATIS nelpon & SMS ke semua nomor XL, 10 menit nelpon + 10 SMS ke operator lain, serta kuota 500 MB yang berlaku 2 hari. Aktifkan layanannya dengan tekan *505#’ atau hubungi 817."
“Tentu saja program ini sangat membantu masyarakat terdampak bencana untuk melakukan komunikasi,” jelas Dian Siswarini, Direktur Utama PT XL Axiata kepada Tirto.
XL menjadi satu dari dua provider yang masih bisa digunakan oleh masyarakat di sekitar lokasi bencana. Layanan suara dan juga pesan singkat (short message service/ SMS) menjadi hal utama bagi pelanggan untuk berkomunikasi ke luar wilayah terdampak bencana. Perseroan memastikan, jaringan tetap bisa dipertahankan operasional.
Secara umum, jaringan XL maupun AXIS di wilayah terpapar bencana seperti kota Palu dan Donggala, sudah dapat diakses sepanjang perangkat telepon seluler pelanggan aktif. Dian mengakui ada beberapa titik di Sulawesi Tenggara yang terganggu. “Mayoritas yang masih tidak berfungsi adalah titik-titik yang sumber daya listriknya belum pulih,” kata Dian.
Dalam rangka membantu memberikan layanan komunikasi pascagempa, XL mulai Senin (1/10) akan membuka posko layanan telepon dan data gratis. Posko tersebut akan tersebar di berbagai lokasi bencana untuk membantu warga sekitar. Dengan posko awal di kota Palu. “Begitu akses ke Donggala bisa terbuka, kami juga akan membuka posko di sana,” turut Tri Wahyuningsih, Group Head Corporate Communication XL kepada Tirto.
Perseroan yang tercatat di papan bursa dengan kode emiten EXCL ini juga akan memobilisasi tim dari area lain untuk membantu tergesernya pemulihan pasca-bencana. Tim teknis misalnya, diturunkan XL Axiata langsung ke lokasi-lokasi infrastruktur jaringan untuk memastikan jaringan tetap bisa dipertahankan operasionalnya. Di sana, antisipasi pengamanan jaringan dilakukan. Misalnya saja dengan menyiapkan genset untuk setiap base transceiver station (BTS) utama.
Selain itu, XL juga menyiapkan pilihan langkah berupa rekayasa jaringan dengan redirect coverage dan juga kemungkinan mengerahkan mobile BTS ke lokasi yang paling membutuhkan. “Itu semua dilakukan XL untuk kembali menyambungkan komunikasi 340 ribu pelanggan XL di Sulawesi Tengah,” kata Yessi D. Yosetya, Direktur Teknologi XL Axiata melansir Antara.
Selain XL, provider yang masih bisa melayani sebagian layanan komunikasi di wilayah terpapar bencana Sulawesi Tengah adalah Telkomsel. Metode mendirikan posko darurat juga dilakukan Telkomsel dengan mengerahkan tim Siaga Bencana Telkomsel Emergency Response & Recovery Activity (TERRA). Perusahaan yang memiliki kode emiten TLKM ini juga melakukan percepatan pemulihan layanan jaringan telekomunikasi. Sehingga layanan komunikasi kirim pesan atau SMS dan panggilan suara Telkomsel sudah normal.
“Layanan data/ 4G juga sudah pulih di beberapa wilayah seperti di Luwu dan Toli-Toli,” ucap Denny Abidin, GM Corporate Communications Telkomsel kepada Tirto.
Akses free wifi di area kantor Telkom Donggala juga telah diaktifkan. Itu diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin menggunakan layanan internet. Bahkan saat ini masyarakat Palu, Donggala, Ampana, Banggai, Luwuk, Marisa, Parigi dan Poso, bisa menikmati layanan data gratis. Bebas biaya internet diberikan Telkomsel melalui wifi.id.
Pelanggan Telkomsel yang berada di wilayah Palu dan sekitarnya, hanya tinggal menggunakan SSID ‘TelkomPeduli’, untuk tetap terhubung dan berkomunikasi. Pelanggan hanya tinggal mengetikkan ‘telkomselpeduli’ untuk username dan juga password. Melalui anak usahanya yaitu Telkomsat, Telkom Group juga mengaktifkan sistem komunikasi satelit dan memberangkatkan Satelite News Gathering (SNG) dari Makassar ke kota Palu.
Denny tidak memungkiri terdapat penurunan kualitas layanan telekomunikasi di lokasi terpapar bencana. Ini terjadi akibat terbatasnya pasokan daya listrik dan terputusnya serat atau fiber optik. Mobilisasi genset juga dilakukan tim Siaga Bencana TERRA untuk bantuan daya serta memasang mobile BTS. Seiring upaya pemulihan, tim Siaga Bencana TERRA dikerahkan dari kota terdekat untuk mendirikan posko darurat serta percepatan pemulihan layanan jaringan telekomunikasi.
“Di posko darurat ini, Telkomsel memberikan bantuan telepon gratis serta sembilan bahan pokok untuk para korban bencana,” kata Denny.
Jaringan komunikasi memang menjadi hal yang paling utama untuk segera dipulihkan pasca musibah seperti gempa dan tsunami. Koordinasi pemerintah serta seluruh petugas lapangan yang saat ini fokus melakukan evaluasi terhadap masyarakat yang terkena dampak bencana bisa berjalan lebih mudah.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut, per Sabtu (29/9) pukul 13.00 WIB terdapat 1.678 BTS yang tidak berfungsi dari total 4.193 BTS yang ada di Sulawesi Tengah atau setara 40,02 persen.
Banyaknya BTS yang tidak berfungsi menurut Ferdinandus Setu adalah karena terkendala pasokan listrik. BTS memang bisa dinyalakan secara alternatif dengan menggunakan genset. “Daya baterai cadangan sudah habis dan tidak bisa mendukung kebutuhan BTS,” ujar Plt. Kepala Biro Humas KemenkominfoFerdinandus Setu.
Ferdinandus merinci, 1.678 BTS yang mengalami gagal fungsi itu tersebar di sembilan wilayah. Paling banyak di Kota Palu dengan 1.167 BTS yang tidak berfungsi. Proses pemulihan jaringan telekomunikasi di beberapa lokasi pun masih terkendala proses koordinasi dan dampak tsunami. Optimasi segmen transmisi dilakukan sepanjang Palu-Gorontalo. Reroute dilakukan di Toli-Toli, Poso dan Luwuk dari Palu ke Manado.
Untuk mendukung komunikasi dan koordinasi tanggap darurat penanganan bencana, Kemenkominfo juga mengirimkan 31 telepon satelit melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). “100 telepon satelit yang sebelumnya digunakan dalam penanganan gempa bumi Lombok juga dimobilisasi untuk mendukung komunikasi penanganan bencana di Sulawesi Tengah,” kata Ferdinandus.
Infrastruktur utamanya sistem telekomunikasi dan jaringan listrik menjadi sangat penting selama masa tanggap darurat berlangsung. Bahkan, waktu selama 72 jam atau tiga hari merupakan waktu paling krusial dan penting setelah bencana terjadi. Dikenal dengan sebutan ‘Golden Time’, di mana saat-saat tersebut merupakan waktu yang paling penting bagi manusia untuk bisa berjuang hidup setelah bencana alam berlangsung.
Sebagaimana disampaikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) (PDF) dalam salah satu kajian berjudul Implementation of Wireless Telecommunication System for Emergency Response on Mentawai Mega-thrust Disaster Relief Exercise 2014. Di waktu yang krusial tersebut, bantuan pertama kepada korban bencana harus dilakukan sesegera mungkin.
“Oleh karena itu, diperlukan teknologi komunikasi yang dapat diandalkan dalam situasi seperti ini,” tulis Diyah Krisna Yuliana dari Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Pengembangan Regional dan Mitigasi Bencana BPPT, yang disampaikan dalam seminar Disaster Risk Reduction Workshop di Manila, Filipina tahun 2015.
Saat ‘golden time’ tersebut, teknologi dan sistem telekomunikasi yang dilengkapi dengan daya listrik diperlukan untuk penilaian mendekati waktu sebenarnya atau real time rapid assesement. Sayangnya, menurut penelitian yang dilakukan University of South Australia, Indonesia memiliki kerapuhan infrastruktur komunikasi. Sehingga saat bencana terjadi, sistem komunikasi darurat nasional diaktifkan dalam kecepatan relatif lambat karena kerusakan kabel telepon dan internet, pasokan listrik yang tidak memadai serta BTS yang tidak berfungsi.
“Ini mengakibatkan informasi bencana tidak tersedia dan adanya penundaan dalam operasi penyelamatan,” sebut kajian berjudul Disaster Management Space Based Solutions For Developing Nations yang terbit tahun 2018 (PDF).
Masih melansir kajian tersebut, Indonesia perlu mengembangkan infrastruktur telekomunikasi di masa depan. Sebab, Teknologi Komunikasi Informasi Indonesia atau Information Communications Technology (ICT) Indonesia masih berada di peringkat 93 di dunia. Padahal, komunikasi dalam masa krisis bencana sangat penting untuk membantu membimbing masyarakat bisa potensi keselamatan yang lebih besar.
Editor: Suhendra