Menuju konten utama

Usaha Menyilatkan Dunia dan Menduniakan Silat

Pencak silat kalah populer dibandingkan bela diri lain. Niatan untuk memasukkan pencak silat sebagai cabang olahraga di Olimpiade pada 2024 tentu bukan hal yang mudah.

Usaha Menyilatkan Dunia dan Menduniakan Silat
Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto menghadiri penutupan Kejuaraan Dunia Pencak Silat Internasional ke-17 di Bali, (p/12). Indonesia menjadi juara umum Kejuaraan Pebcak SIiat Internasional yang diikuti 40 negara peserta. FOTO/Doc. Setpres

tirto.id - Dengan menggunakan beskap hitam dan udeng, Presiden Joko Widodo memperagakan jurus silat yang sedikit canggung. Dia tertawa setelahnya. Jurus itu baru saja diajarkan oleh mantan rivalnya di Pemilihan Presiden 2014, Prabowo Subianto. Mantan jenderal Kopassus ini memang menjabat sebagai Presiden Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa). Dalam ajang Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke 17 itu, Prabowo melantik Jokowi sebagai pendekar utama pencak silat, sebuah pangkat tertinggi dalam dunia silat.

Dalam acara yang diadakan di Bali itu, Prabowo juga menyerahkan sehelai tudeng dan sebilah keris berwarna emas pada Jokowi. Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan meraih 12 medali emas.

"Ini sebuah kehormatan yang amat tinggi," kata Jokowi sembari tersenyum.

Hubungan Jokowi dan Prabowo memang sedang hangat sejak beberapa bulan terakhir ini. Setelah beberapa kali berbalas kunjungan, peristiwa penganugerahan ini menunjukkan bahwa dua orang ini saling menghormati. Mereka tampak sudah melupakan pertarungan politik yang panas dua tahun silam.

"Kami berharap setelah Jokowi menjadi pendekar utama pencak silat, beliau selalu mengawasi, membina, dan membesarkan pencak silat di tahun-tahun yang akan datang," kata Prabowo.

Jokowi berharap 2024 pencak silat akan masuk Olimpiade. Pekan lalu, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, mengunjungi Barcelona. Salah satu acara di sana adalah bertemu dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga Spanyol, Inigo Mendez de Vigo. Imam meminta dukungan Komite Olimpiade Spanyol agar pencak silat bisa tampil dalam Olimpiade 2024. Spanyol sendiri memiliki organisasi Pencak Silat Spanyol. Bela diri yang berasal dari Nusantara ini sudah masuk Spanyol sejak 1977.

Apakah pencak silat layak ditandingkan di Olimpiade? Tentu layak. Pencak silat sudah berkembang menjadi ilmu bela diri yang menyebar di banyak negara. Di Afrika, pernah diadakan turnamen pencak silat yang diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan. Di Amerika Serikat, ada USA Pencak Silat Federation yang visinya adalah "...untuk mempopulerkan dan menyebarkan pengajaran silat kepada para warga Amerika dan membekali teknik membela diri, hidup sehat, berguna untuk keluarga dan komunitas."

Sedangkan di Eropa malah lebih serius lagi. Ada organisasi European Pencak Silat Federation yang beranggotakan komite dari 15 negara. Secara global, Persilat beranggotakan 28 negara. Mulai dari Rusia, Yaman, Suriname, Turki, hingga Jepang.

Dengan popularitas ini, pencak silat memang layak dipertandingkan di Olimpiade. Menyusul bentuk bela diri lain yang sudah masuk sebelumnya, seperti tinju, judo, karate, gulat, dan taekwondo.

Infografik Menduniakan Pencak Silat

Bagaimana Bela Diri Berutang Pada Dunia Pop

Tak bisa dipungkiri, bela diri berutang banyak pada dunia pop. Orang Indonesia mengenal kung fu dari film, novel, juga komik. Mulai dari film-film Bruce Lee, novel-novel karangan Asmaraman Sukowati alias Kho Ping Hoo, hingga komik macam Kung Fu Boy atau Kenji.

Di tingkat dunia, pencak silat memang kalah populer ketimbang bela diri lain. Salah satu penyebabnya adalah karena silat tidak banyak muncul dalam budaya pop dunia, semisal film. Coba bandingkan dengan kung fu. Film tertua tentang kung fu berjudul The Adventures of Fong Sai-yuk, yang sudah dirilis pada 1938.

Kemudian film kung fu makin merajai industri film dunia seiring booming-nya ekonomi Hong Kong di era 1970-an. Dari era itu, dunia kemudian mengenal Bruce Lee melalui film-film seperti The Big Boss (1971), Fist of Fury (1972), Way of the Dragon (1972), hingga Enter the Dragon (1973).

Era itu juga melahirkan studio-studio yang banyak merilis film kung fu. Mulai dari Shaw Brothers hingga Golden Harvest. Dua perusahaan film raksasa itu pernah merilis sekitar 700 hingga 1.000 film, walau tidak semua tentang kung fu. Setelah era Bruce Lee, industri film dengan genre kung fu tidak kekurangan penerus. Sekarang kita mengenal nama-nama seperti Jackie Chan, Jet Li, Sammo Hung, hingga Donnie Yen.

Dunia memang tidak mengenal pencak silat seperti mengenal kung fu, shaolin, tinju, atau karate. Tapi di Indonesia, kampung halamannya, silat masih banyak muncul di budaya pop. Di film, misalkan. Film tertua Indonesia yang menggambarkan tentang silat adalah Harimau Tjampa (1958). Salah satu pemerannya, Malin Maradjo, adalah juara silat dalam PON II 1951. Industri film ini kemudian melahirkan aktor-aktor film laga yang kemudian jadi besar, seperti Barry Prima, Advent Bangun, George Rudy, hingga Ratno Timoer. Dari data situs Film Indonesia, ada sekitar 85 film dengan latar belakang silat di Indonesia. dalam kurun waktu 1958 hingga 1988.

Selain dalam medium film, silat juga kerap diangkat dalam medium novel. Salah satu penulis cerita silat (cersil) paling populer adalah Bastian Tito. Dia menciptakan karakter Wiro Sableng yang kemudian jadi legenda tersendiri, dan diangkat ke dalam film serial. Nama lain yang populer adalah S.H Mintardja, yang sudah menulis sekitar 400 cersil semasa hidupnya.

Silat juga pernah muncul dalam bentuk komik. Ada beberapa judul komik yang begitu lekat dengan silat. Seperti Si Buta Dari Gua Hantu karya Ganesh TH yang pertama kali terbit pada 1967. Selain itu ada Panji Tengkorak karya Hans Jaladara, Sri Asih buatan RA Kosasih, juga Jaka Sembung yang dibuat Djair Warni.

Di tingkat dunia, pencak silat mulai dikenal luas semenjak adanya film Merantau (2009) dan The Raid (2011). Merantau menggambarkan kehidupan Yuda, pendekar Silek Harimau (silat Minangkabau aliran Harimau), yang pergi ke Jakarta untuk merantau. Sedangkan The Raid semakin mempopulerkan pencak silat. Film ini dipuji saat diputar dalam Toronto International Film Festival, kemudian hak siarnya di Amerika Serikat dibeli oleh Sony Pictures Worldwide Acquisitions.

Pencak silat memang belum begitu populer jika dibandingkan dengan bela diri lain. Tapi kemunculannya di Merantau dan The Raid mulai mengangkat nama bela diri ini. Medium film memang dianggap yang paling ampuh untuk mempopulerkannya ke tingkat dunia. Hal ini sudah dibuktikan oleh kung fu, tinju, juga bentuk bela diri lain.

"Kung fu itu booming hingga luar negeri via studio Shaw Brothers. Karate populer gara-gara pasukan Amerika punya pangkalan di Okinawa," kata Windu Jusuf, editor di situs film Cinema Poetica.

"Kalau dibandingkan dengan film kung fu dari China, mungkin memang gak ada film-film silat Indonesia yang mendunia. Beda nasib jika dibandingkan dengan film horor Indonesia lawas yang beberapa judulnya dipegang distributor luar."

Saat ini sebenarnya kesempatan yang baik. Prabowo Subianto yang sekarang menjabat sebagai Ikatan Pencak Silat Indonesia dan Presiden Persilat, punya jaringan kuat dalam industri film. Sebab adiknya, Hashim Djojohadikusumo adalah pemilik Media Desa Indonesia, sebuah rumah produksi yang dikenal jor-joran dalam membuat film.

Film pertama mereka adalah Merah Putih, yang kemudian menjadi seri pertama dalam trilogi Merdeka. Jilid dua berjudul Merah Putih 2: Darah Garuda, dan dipungkasi oleh Merah Putih 3: Hati Merdeka. Pembuatan tiga film ini diperkirakan menelan biaya sekitar Rp70 miliar. Mereka juga memproduksi Java Heat, film berbujet Rp80 miliar yang dibintangi aktor nominator Oscar, Mickey Rourke.

Seharusnya kesempatan itu dipakai Prabowo untuk mengampanyekan silat ke tingkat dunia. Kalau Media Desa Indonesia membuat film apik tentang silat, bukan tidak mungkin silat akan lebih dikenal dunia, dan mungkin pula makin membantu silat dimunculkan dalam Olimpiade 2024.

Baca juga artikel terkait SILAT atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Olahraga
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti