tirto.id - Jumlah pasien virus corona COVID-19 di Indonesia yang sembuh tercatat sebanyak 1.391, menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Rabu (29/4/2020). Pasien sembuh tersebut didominasi pria dan paling banyak di DKI Jakarta.
"Pasien sembuh tersebut sebanyak 59% laki-laki, 41% wanita dengan jumlah terbanyak 440 pasien sembuh di DKI Jakarta, 152 di Jawa Timur, 118 di Sulawesi Selatan, 107 di Jawa Barat, 101 di Jawa Tengah, dan sisanya di 29 provinsi," kata Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto pada Konferensi Pers di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (29/4/2020).
Ia mengatakan hingga Rabu, pemeriksaan spesimen PCR mencapai 86.985 dari sekitar 67.784 pasien. Hasilnya pada pasien konfirmasi positif COVID-19 bertambah 260 total 9.771 orang, 137 pasien sembuh total 1.391, dan 11 pasien meninggal total 784.
Sementara untuk pasien meninggal terbanyak ada di rentang usia 30-59 tahun 364 orang, diikuti oleh rentang usia 60-79 tahun 311 orang, dan di atas 80 tahun 28 orang.
"Inilah gambaran kita dapatkan pada hari ini. Kita masih harus berpartisipasi secara aktif dengan memutus rantai penularan COVID-19. Kita harus melawan dengan meningkatkan imunitas diri, jaga jarak, pakai masker," ucap Achmad.
Di samping itu, pemerintah telah mengaktifkan 89 laboratorium yang terdiri dari 48 laboratorium di berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia, 15 laboratorium di berbagai perguruan tinggi, 18 laboratorium jejaring Kementerian Kesehatan, 5 laboratorium jejaring laboratorium kesehatan daerah, dan 3 laboratorium jajaran Balai Veteriner Direktorat Peternakan.
Untuk mengakhiri masalah COVID-19 pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap tinggal di rumah.
"Kita tidak pernah tahu siapa yang tertular corona di luar, kita tidak pernah bisa melihat keluhan orang yang membawa virus ini, bisa saja kelihatannya mereka sehat padahal sebenarnya tidak. Oleh karena itu masyarakat diminta tidak keluar rumah, tidak bepergian dan tidak mudik," ujarnya.
Virus Corona COVID-19 Lebih Banyak Ditemukan pada Pria?
Beragam informasi bermunculan mengenai jenis baru virus corona atau 2019-nCoV, salah satunya virus ini lebih banyak menyerang pria ketimbang perempuan. Benarkah ini?
"71 persen pada laki-laki ketimbang perempuan," ujar Ahli pulmonologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. Raden Rara Diah Handayani dalam media briefing di Depok, 4 Februari 2020.
Lebih lanjut, dokter spesialis mikrobiologi RSUI, dr. R. Fera Ibrahim mengatakan hal ini berhubungan dengan jumlah reseptor ACE2 yang lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.
"Virus akan menginfeksi sel, masuk lalu mereplikasi. Untuk masuk ke sel ada reseptor. (Jenis baru) corona mirip SARS, ada reseptor yang namanya ACE2. Reseptor ini ada di nasofaring hingga otak. Tapi yang paling banyak di sel epitel paru sehingga tampak seperti infeksi saluran napas dan diare," papar Fera.
Penelitian yang dilakukan saat kasus SARS terjadi, menunjukkan reseptor ACE2 lebih banyak pada laki-laki ketimbang perempuan.
"Ada yang meneliti di zaman SARS (mewabah), ternyata reseptor ACE2 banyaknya di laki-laki, lebih banyak pada ras Asia dibandingkan kulit putih dan hitam," kata Fera.
Karena mirip dengan SARS, virus corona juga bisa bertahan selama enam hari di udara dingin apalagi ada protein tertentu yang membuatnya bertahan lebih lama.
Namun, virus ini bisa dilumpuhkan salah satunya melalui pemanasan pada suhu sekitar 56 derajat Celcius selama 30 menit.
Selain laki-laki, 2019-nCoV juga disebut lebih rentan menginfeksi orang lanjut usia ketimbang orang muda. Mengenai hal ini Diah mengatakan, semua orang berisiko.
"Semua orang berisiko. Usia (yang dilaporkan) 19 bulan paling muda, sampai usia 89 tahun (paling tua). Pasien meninggal dunia rata-rata usia 40-50 tahun," kata dia.
Organisasi Global Health 50/50 yang mengumpulkan data infeksi COVID-19 dari 25 negara dengan jumlah kasus tertinggi, menunjukkan 68 persen pasien yang meninggal ialah laki-laki di Cina (71 persen) dan Portugal (70 persen)--per 25 Maret 2020.
Data dari wabah serupa yakni SARS di Hong Kong dan MERS, seperti dilansir Sky News juga menunjukkan para pasien pria lebih banyak ketimbang wanita.
Editor: Agung DH