tirto.id - Angka kasus corona di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Menurut data terbaru dari laman Worldometers, per hari ini, Rabu 23 Desember 2020 pukul 16.29, kasus globak telah mencapai 78,436,960.
Sejauh ini, jumlah kematian akibat corona COVID-19 sebanyak 1,725,501, dan pasien yang dinyatakan telah sembuh sebanyak 55,196,230. Saat ini jumlah kasus aktif di seluruh dunia mencapai 21,515,229.
Worldometers melaporkan, Amerika Serikat hingga saat ini masih menjado negara dengan angka kasus tertinggi di dunia, yaitu sebanyak 18,684,628 dengan pasien meninggal sebanyak 330,824 jiwa.
Menyusul India sebagai negara dengan kasus terbanyak kedua, yaitu 10,099,308. Kemudian di urutan ke-3 Brasil dengan 7,320,020 kasus dan Rusia 2,933,753 kasus.
Pada urutan ke 5, Prancis mencatatkan kasus sebanyak 2,490,946, disusul Inggris dengan 2,110,314 kasus.
Sementara itu, Indonesia kini berada di urutan ke-20, dengan tambahan kasus baru sebanyak 7,514 dan 151 kematian baru. Total jumlah kasus sebanyak 685,639.
Mutasi Baru Virus Corona di Inggris
Inggris yang melaporkan adanya penemuan mutasi baru virus Corona telah menyebabkan kekhawatiran di benua Eropa sehingga membuat negara-negara di Uni Eropa (UE) mengeluarkan larangan perjalanan ke Inggris dalam upaya menghentikan mutasi menyebar secara lokal.
Deutsche Welle (DW) mewartakan, selama akhir pekan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa varian baru virus yang bergerak cepat itu 70% lebih mudah menular daripada jenis yang ada dan mengatakan kemungkinan itu adalah kekuatan pendorong di balik lonjakan cepat infeksi baru di London dan Inggris selatan.
Meski demikian, Inggris menekankan bahwa otoritas kesehatan masyarakat tidak menemukan bukti bahwa mutasi baru virus Corona ini lebih mematikan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah atau vaksin akan kurang efektif melawannya.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Center for Disease Prevention and Control / ECDC) mengatakan pada hari Senin bahwa diperlukan upaya tepat waktu untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran jenis baru COVID-19.
Tetapi perlu dicatat bahwa infeksi dengan mutasi baru virus Corona telah dilaporkan di beberapa negara Eropa. Beberapa kasus dengan mutasi baru Corona telah terdeteksi di Islandia, Denmark dan Belanda.
Kemudian pada bulan Desember, peneliti Inggris menemukan prevalensi varian saat mereka mengumpulkan sampel dari orang yang terinfeksi di Inggris bagian tenggara dan sepertinya menyebar dengan cepat.
"Garis keturunan ini muncul cukup cepat," kata Nick Loman, salah satu peneliti dan profesor genomik mikroba di Universitas Birmingham. Sejak itu, Australia, Denmark, dan Belanda juga telah mengidentifikasi kasus mutasi baru virus Corona di negara mereka.
Selain itu, larangan bepergian juga diberlakukan di Afrika Selatan, karena diyakini bahwa mutasi virus Corona baru dari Inggris juga ditemukan di sana. Namun, pejabat kesehatan dan ilmuwan Afrika Selatan mengatakan bahwa virus yang mirip dengan varian Inggris ini dikenal sebagai 501.V2 dan berbeda dari yang ada di Inggris.
Editor: Agung DH