Menuju konten utama

Kenali Gejala Mutasi Baru Virus Corona, Apakah Sama dengan COVID?

Ketahui gejala mutasi baru virus Corona, samakah dengan gejala COVID-19 sebelumnya?

Kenali Gejala Mutasi Baru Virus Corona, Apakah Sama dengan COVID?
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mutasi baru virus Corona atau VUI – 202012/01 (B.1.1.7) yang dilaporkan Inggris diperkirakan meningkatkan kasus di London dan beberapa negara bagian Inggris.

Virus ini juga dianggap lebih menular daripada jenis lainnya, dan telah memaksa pihak berwenang untuk menegakkan norma serta melakukan penguncian wilayah dengan lebih ketat, demikian seperti dilansir Deutsche Welle (DW).

Mutasi baru virus Corona juga telah menjadi perhatian internasional. Banyak ahli di Inggris percaya bahwa mutasi COVID terbaru mungkin memiliki gejala yang berbeda, mudah menular dan meningkatkan kasus selama musim liburan.

Sementara kasus pertama yang terkait dengan jenis COVID-19 baru diidentifikasi awal pekan lalu (16 Desember), para ilmuwan mempercayai bukti paling awal dari mutasi terjadi pada bulan September.

Mutasi baru virus Corona telah menyebabkan lebih dari 1.108 korban di Inggris di mana lebih dari 60% kasus di London disebabkan oleh virus mematikan dan pemerintah pun bersiap untuk lonjakan yang lebih besar dalam beberapa minggu mendatang.

Para ilmuwan masih mencoba untuk memastikan asal muasal strain virus Corona dan memecahkan kode genetiknya. Menurut satu hipotesis, jenis virus mungkin telah menemukan jalannya melalui penularan dari satu pasien COVID-19.

BBC mewartakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini sedang melakukan kontak dekat dengan pejabat Inggris atas munculnya varian baru virus corona ini.

Varian baru ini menyebar lebih cepat dari versi aslinya, tetapi diyakini tidak lebih mematikan. Selama setahun terakhir, beberapa jenis COVID-19 telah diidentifikasi secara global.

Mutasi baru virus Corona saat ini merupakan versi paling umum dari virus yang beredar di Inggris, mengandung perubahan protein lonjakan virus, yang memainkan peran kunci dalam melancarkan serangan pada tubuh.

Beberapa studi kasus telah menyarankan bahwa perbedaan terbesar mungkin muncul dari bagaimana mutasi berinteraksi dengan sel-sel yang bisa menghasilkan sistem kekebalan tubuh sehingga akan memberikan perlindungan tingkat pertama.

Para peneliti mengatakan bahwa mutasi B.1.1.7 baru membawa versi gen ORF8 yang terpotong, yang dapat mengubah antigenisitas, yaitu penting untuk dikenali oleh antibodi kekebalan dalam sistem, dan mungkin dapat menyerang sistem kekebalan lebih cepat dan lebih kuat dari strain sebelumnya.

Gejala Mutasi Baru Virus Corona

Dikutip Times of India, belum ditentukan apakah variasi mutasi virus Corona membawa gejala yang lebih mematikan.

Namun, otoritas medis telah menyebut jenis ini menjadi 70 persen lebih menular daripada jenis COVID-19 sebelumnya, yang berarti kemungkinan infeksi bergejala menyebar, dan virus yang menularkan ke orang lain berada di sisi yang lebih tinggi.

Sebagian besar kasus dengan varian baru yang tercatat, sejauh ini memiliki gejala khas yang sama, yakni mual, kehilangan indera perasa dan penciuman, batuk, demam, nyeri otot, serta menggigil.

Namun masih harus ditentukan apakah varian ini menyebabkan infeksi parah pada mereka yang terdeteksi virus ini.

Meskipun memiliki tingkat infeksi yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk menginfeksi tubuh dengan cara yang lebih berbahaya, tetap ada kemungkinan bahwa strain COVID-19 dapat menempatkan orang yang termasuk dalam kategori rentan pada risiko yang lebih tinggi.

Karena ada bukti teoretis bahwa virus dapat mengubah respons imun dalam tubuh, maka para ahli menyarankan agar masyarakat tetap mengikuti protokol kesehatan dan semua tindakan pencegahan.

Pada tingkat ini, tidak ada bukti konklusif yang mendukung fakta tersebut. Namun, sejumlah kemungkinan ikut bermain.

Jika mutasi sulit diobati, tingkat kematian bisa meningkat. Untungnya, tidak ada korelasi seperti itu yang teramati hingga saat ini.

Walaupun mutasi tidak berdampak signifikan pada rawat inap, terlihat bahwa kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan faktor-faktor tertentu seperti jenis kelamin dan usia memang meningkatkan risiko seseorang tertular atau mengembangkan COVID-19.

Penemuan mutasi virus Corona dan siklus hidupnya terjadi pada saat yang sama ketika Inggris mulai menginokulasi kelompok orang pertama untuk melawan virus corona baru.

Keefektifan vaksin Pfizer atau vaksin Moderna terhadap strain mutan masih menjadi pertanyaan yang ambigu untuk dijawab.

Karena program vaksinasi baru saja ditawarkan untuk beberapa orang terpilih di Inggris saat ini, belum diketahui apakah ada vaksin yang dapat berhasil melawan jenis COVID-19 yang mematikan.

Ahli biologi, sejauh ini, dengan cepat mengkonfirmasi bahwa sementara mutasi membawa perubahan pada struktur protein lonjakan, tidak ada perubahan seperti itu yang telah diamati dengan reseptor ACE2, yang merupakan target penting dari sistem kekebalan dan karenanya, mutasi tidak mungkin terjadi untuk membawa perubahan pada imunogenisitas.

Ini berarti bahwa vaksin apa pun kemungkinan besar akan efektif dalam memerangi virus.

Jadi, menurut para ilmuwan, selama mutasinya tidak agresif, vaksin masih dapat bekerja dalam melindungi populasi dari infeksi sampai batas tertentu dan itu semua tergantung pada tingkat kemanjuran vaksin.

Baca juga artikel terkait MUTASI VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH