tirto.id - Baru-baru ini, virus corona SARS-CoV-2 diketahui bermutasi ke strain baru yang dikenal dengan sebutan D614G. Mutasi virus corona penyebab COVID-19 ini baru saja dideteksi di Malaysia dan Filipina.
Dilansir dari scmp.com, strain virus corona D614G ini ditemukan lebih menular daripada sebelumnya.
"Mutasi virus corona ini didapati 10 kali lebih menular dan lebih mudah disebarkan oleh orang yang terinfeksi," ujar Dr. Noor Hisham Abdullah, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia.
Kendati lebih menular, mutasi terbaru ini tidak lebih mematikan daripada jenis sebelumnya, menurut Science Media Centre.
"Subtipe D614G SARS-CoV-2 ini memang lebih banyak menginfeksi orang dan lebih menular, namun bisa jadi ia tidak lebih mematikan," ujar Prof. Paul Hunter, Profesor Kedokteran, Sekolah Kedokteran Norwich, Universitas East Anglia.
Namun, pernyataan bahwa strain terbaru ini tidak lebih berbahaya daripada subtipe sebelumnya bukanlah pernyataan mutlak. Prof. Paul Hunter kemudian menjelaskan bahwa ada dua alasan lain kenapa orang yang terinfeksi COVID-19 jenis D614G tidak banyak yang meninggal.
Pertama, COVID-19 yang menyebar sejak Maret, April, dan Mei banyak menginfeksi populasi yang lebih muda usianya daripada bulan-bulan sebelumnya.
Apabila COVID-19 menginfeksi orang yang berusia lanjut atau dengan bawaan penyakit lainnya, maka kemungkinannya akan lebih mematikan daripada jika menginfeksi orang yang lebih muda dengan sistem imun tubuh yang lebih kuat.
Kedua, sejak COVID-19 menginfeksi pertama kali di Wuhan, para dokter kian berpengalaman merawat pasien yang terinfeksi COVID-19. Apalagi, sejak ditemukan obat dexamethasone, yang tersedia di stok medik. Hal ini diklaim mengurangi presentase kematian karena COVID-19 hingga 20 persen.
Mutasi Corona D614G
Mutasi virus corona SARS-CoV-2 ini dikenal dengan mutasi "G". Term D614G ini merupakan variasi dari strain corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina.
Sejak pertama kali dideteksi di Wuhan, virus corona SARS-CoV-2 sudah bermutasi setidaknya sebanyak enam kali, turunan strain corona yang berkontribusi menyebabkan pandemi, menurut studi dari Universitas Bologna.
Di antara banyak strain corona yang sudah bermutasi, jenis D614G merupakan strain yang dominan menyebabkan pandemi COVID-19.
Proses mutasi pada dasarnya merupakan hal lazim terjadi pada penyebaran virus. Hal ini dikarenakan virus jamaknya menggandakan dirinya selama proses infeksi. Namun, ketika terjadi kesalahan saat replikasi virus itu, terjadilah mutasi.
Dalam kasus strain D614G, mutasi terjadi ketika asam amino corona pada posisi 614 berubah dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin). Alhasil, varian awal D614 dari Wuhan menjadi D614G.
Menanggapi mutasi corona D614G ini, Paul Tambyah konsultan senior dari National University of Singapore dan presiden International Society of Infectious Diseases menyatakan bahwa perubahan strain corona ini tidak berarti adalah hal buruk.
“Mungkin mutasi ini adalah hal yang baik; memiliki virus corona yang lebih menular, tetapi tidak terlalu mematikan,” kata Paul Tambyah, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kendati demikian, Paul Tambyah dan Sebastian Maurer-Stroh dari agen Singapura untuk Sains, Teknologi, dan Penelitian menyatakan bahwa pengembangan vaksin untuk corona SARS-CoV-2 ini, jika ditemukan kemungkinan akan tetap efektif untuk subtipe D614G ini.
“Varian coronanya hampir sama dan tidak mengubah area yang biasanya dikenali sistem kekebalan atau imun yang diserang COVID-19, jadi seharusnya tidak ada perbedaan untuk vaksin yang sedang dikembangkan,” kata Sebastian Maurer-Stroh.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno