tirto.id - Perhelatan Hari Ulang Tahun (HUT) PDI Perjuangan ke-50 pada 10 Januari 2023 diwarnai dengan ajang pengenalan anak cucu Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. Sikap politik tersebut menjadi pertanda Megawati sedang menyiapkan generasi penerusnya yang akan melanjutkan tongkat estafet PDIP.
Sikap pertama ditunjukkan oleh Muhammad Prananda Prabowo yang menghantarkan ibunya ke atas podium. Penampilannya menjadi perhatian karena selama ini Prananda selalu berada di balik layar dengan jabatannya sebagai Kepala Analisa dan Pengendali Situasi PDIP. Tidak seperti saudarinya, Puan Maharani, yang juga menjabat sebagai Ketua DPR RI.
Puan juga mendapat panggung serupa. Prananda dan Puan berjalan bersisian bersama Megawati, Presiden Joko Widodo, dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Kedua anak Megawati tersebut tampak kompak dengan pakaian serba hitam yang membedakan dari kader PDIP lainnya yang berpakaian serba merah.
Tidak hanya memberi panggung kepada putra dan putrinya, Megawati juga memberikan kesempatan kepada kedua cucunya yang bernama Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari dan Praba Diwangkara Caraka Putra Soma. Keduanya masih berusia belia dan duduk di baris kedua bersama tamu kehormatan lainnya.
“Itu ada dua cucu saya. Ayo berdiri. Ini putra dan putrinya Mbak Puan," kata Megawati.
Megawati menanyakan langsung kepada cucunya apakah siap untuk maju dalam politik di hadapan ribuan kader PDIP yang hadir dalam HUT ke-50 tersebut.
“Mereka bertanya pada saya: Momo kalau saya mau masuk politik boleh nggak?" kata Megawati yang dipanggil cucunya dengan sebutan momo.
Sikap Megawati juga ditunjukkan tidak hanya saat memberi restu terbuka kepada dua cucunya. Dia juga mengumbar kemesraan dengan menyebut akan menggelar ulang tahun secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekatnya. Termasuk anak dan cucunya.
“Eh, ibu mau ulang tahun, lho. Tapi nggak ada perayaan. Aku mau makan sama anak cucu wae,” ujarnya.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDIP, Bambang Wuryantoro alias Bambang Pacul menyebut, tindakan Megawati tersebut sebagai pendidikan. Menurutnya, Megawati memiliki gaya pendidikan yang berbeda dari masyarakat pada umumnya.
“Ibu itu cara mendidiknya adalah dengan membiarkan pasukannya bergerak. Nanti kalau ada yang salah baru diluruskan,” kata Bambang Pacul di Gedung DPR RI pada Rabu (11/1/2023).
Bambang Pacul juga mengilustrasikan gaya pendidikan Megawati saat belajar berenang. Tidak perlu banyak teori, namun langsung terjun ke area kolam renang. Evaluasi akan dilakukan di akhir.
“Setelah basah kuyup, naik ke atas baru dikasih tahu. Itu yang selalu saya lihat," terangnya.
Hasrat Megawati untuk menjaga trah Sukarno di PDIP juga sempat disampaikan Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto. Ia menyebut trah Sukarno akan mendapat posisi terhormat di partai berlambang kepala banteng tersebut. Hal itu mengingat jasa Sukarno yang membuat masyarakat mau mengikuti dan bergabung ke PDIP.
“Sehingga dari semangat Indonesia itulah yang terus hidup di dalam partai dan terus menggerakkan partai untuk menyatu dengan rakyat,” kata Hasto.
Trah Sukarno Menjadi Alasan PDIP Tetap Eksis?
Ikatan keluarga Sukarno menjadi alasan paling kuat atas eksistensi PDIP. Dalam pidato politiknya, Megawati mengakui bahwa dirinya adalah pengikut atas ajaran ayahnya dan menjadi salah satu asas dasar dalam berdirinya PDIP.
“Saya nggak mau dibilang komunis, kalau Soekarnois yes!” kata Megawati.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, trah Sukarno menjadi nyawa yang menjaga keberlangsungan PDIP. Bahkan alasan masyarakat mau bergabung ke PDIP adalah nasab sang proklamator yang masih melekat hingga saat ini.
“Menjaga trah Bung Karno itu kekuatan terbesar bagi PDIP. Dari zaman Orde Baru hingga pasca reformasi," ujarnya.
Adi Prayitno menyebut, tindakan Megawati tidak serupa dengan dinasti politik, walaupun menyiapkan anak cucunya untuk meneruskan kepemimpinan di PDIP. Adi menilai keturunan Sukarno masih harus bersaing dengan kader PDIP lainnya, walau ada privilese pada latar belakangnya.
“Kalau mau melihat dinasti politik PDIP, seharusnya yang maju menjadi presiden itu Megawati bukan Jokowi,” kata Adi Prayitno.
Aksi Megawati dengan mengenalkan cucunya secara terbuka dan mempersilakan maju ke dalam arena politik, menurut Adi, patut ditiru oleh ketua umum partai politik lain.
“Hal itu dilakukan agar politik tidak menjadi karpet merah. Harus dirintis sejak dini. Sehingga jangan sampai ada anak petinggi partai yang tiba-tiba menjadi kepala daerah, atau jabatan elite lainnya. Semuanya harus dirintis sejak awal,” terangnya.
Pendiri lembaga survei KedaiKopi, Hendri Satrio menambahkan, keluarga Sukarno di PDIP sudah menjadi ideologi yang tak bisa dipisahkan. Oleh karenanya, Megawati dengan penuh percaya diri memberi panggung bagi putra dan putrinya dan mengenalkan cucunya yang masih belia untuk maju dalam politik.
“Itu menunjukkan bahwa anak cucu dan keturunannya sudah siap untuk meneruskan PDI Perjuangan,” kata Hendri.
Perlunya Megawati Berhati-hati agar Trah Sukarno Tetap Eksis
Strategi Megawati dalam menaruh anaknya dalam percaturan politik sangatlah hati-hati. Dia menaruhnya secara perlahan dan tidak terburu-buru ke posisi elite. Adi Prayitno mencontohkan Puan yang ditempatkan sebagai anggota parlemen biasa pada saat mula-mula terjun di politik. Tidak pada posisi ketua atau jabatan fungsional lainnya.
“Puan Maharani untuk mendapat jabatan ketua DPR, dia perlu menunggu dalam waktu lama. Berapa periode dia harus menunggu jabatan tersebut baru bisa diisi olehnya," kata Adi Prayitno.
Hal serupa juga diberikan kepada Prananda yang dulu sosoknya tidak tampak di publik. Kini posisinya menjadi penentu bagi karier politikus PDIP. Dengan posisi yang diemban Prananda, Megawati mengancam kadernya yang tidak mau terjun ke lapangan menemui rakyat.
“Sekarang ibu, kan, sudah bikin, ibu sudah turun loh, itu diketuai sama Mas Prananda. Jadi ada tempat pemantauan, absensi mesti jalan, coba bayangkan apa yang ibu instruksikan harus dijalankan," kata Megawati.
Meski demikian, Megawati harus tetap waspada meski rencananya dalam mewariskan legasi sudah matang. Sejumlah isu menerpa kedudukannya, salah satunya saat relawan Jokowi menghendaki posisi Megawati diganti.
Wacana itu disampaikan Koordinator Nasional Koalisi Aktivis dan Milenial Indonesia untuk Ganjar Pranowo (KAMI-GANJAR), Joko Priyoski. Dia berharap agar Jokowi bisa menjabat sebagai ketua umum PDIP dan membentangkan karpet merah untuk Ganjar agar bisa maju jadi capres di Pemilu 2024.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menganggap, upaya untuk menggeser trah Sukarno hanyalah omong kosong belaka. Meski demikian hal itu tetap perlu diwaspadai.
Arya menambahkan PDIP selama ini kuat karena sokongan Megawati, namun akan berbeda bila dirinya tiada. Perlu dukungan dan kerja lebih keras dibandingkan hanya mengandalkan nama kuat Sukarno.
“Kalau Pak Jokowi berniat menggantikan Bu Mega sangat tidak mungkin. Walaupun keduanya sering diisukan berkonflik, namun Pak Jokowi masih sangat hormat kepada ketua umumnya tersebut," jelasnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz