Menuju konten utama

Ucapan dan Tindakan Paus Fransiskus yang Kontroversial

Paus membela ateis. Paus membela kaum homoseksual. Paus membela Islam dari sebutan teroris setelah seorang pastor dibunuh saat memimpin misa. Begitulah Paus Fransiskus, pemimpin Katolik yang populer sekaligus kontroversial.

Ucapan dan Tindakan Paus Fransiskus yang Kontroversial
Pengunjung berfoto selfie dengan Paus Francis dalam pertemuan umum pada hari Rabu di Aula Paul VI di Vatikan, Rabu (4/1). ANTARA FOTO/REUTERS/Tony Gentile

tirto.id - Pada sebuah misa pagi, Paus Fransiskus kembali melontarkan kritik tajamnya untuk para jemaat Katolik Roma. Ia mengatakan bahwa banyak para orang Katolik yang bersikap hipokrit, berkehidupan ganda.

"Ada orang yang mengatakan 'saya sangat Katolik, saya selalu pergi ke Misa, saya termasuk ke dalam perkumpulan ini dan itu'," kata pemimpin 1,2 miliar umat Katolik Roma sedunia ini seperti dikutip The Guardian.

Menurut Paus, seharusnya orang-orang itu juga mengatakan, “hidup saya tidak Kristen, saya tidak membayar karyawan saya dengan gaji yang layak, saya mengeksploitasi orang, saya melakukan bisnis kotor, saya mencuci uang, [saya menjalani] kehidupan ganda."

Jika ada banyak orang Katolik yang punya kehidupan ganda macam ini, menurut Paus, mereka akan menyebabkan skandal. "Berapa kali kita mendengar orang mengatakan 'jika orang [macam] itu beragama Katolik, mending jadi ateis saja'."

Ucapan Paus Fransiskus seketika membikin heboh. Dan, bukan kali itu saja ia mengatakan hal-hal semacam itu dalam khotbah-khotbahnya.

Paus Fransiskus yang Kontroversial

Paus Francis atau Paus Fransiskus, terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936, di Buenos Aires, Argentina. Orangtuanya adalah imigran dari Italia yang kemudian bermukim di Argentina.

Menduduki jabatan sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik Roma sedunia sejak 13 Maret 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri, ia adalah paus ke-266. Ia adalah paus pertama dari Ordo Yesuit, sekaligus paus pertama dari benua Amerika.

Sebagai Paus non-Eropa kedua setelah Paus Gregorius III dari Suriah yang pernah memimpin, Bergoglio memilih Francis sebagai nama kepausannya untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi.

Fransiskus tidak hanya terkenal dengan berbagai perkataan yang menyiratkan pemikirannya dan untuk Gereja Katolik. Dalam tindakan, ia juga tidak kalah dianggap berani lantaran sangat berbeda dengan kultur para Paus pendahulunya.

Akhir Maret, tidak lama setelah dilantik menjadi Paus, ia mengunjungi Casal del Marmo, sebuah penjara remaja. Di sana, ia membasuh dan mencium kaki 12 penghuni penjara yang rata-rata masih muda dalam misa pembasuhan kaki Kamis Putih menuju Paskah. Bahkan, dua di antaranya adalah Muslim Serbia.

"Siapapun yang menjabat di posisi tinggi, justru harus melayani orang lain," kata Paus saat kemudian memulai misa Kamis Putih yang memang selalu terdapat ritual pembasuhan kaki layaknya Yesus ketika membasuh kaki ke-12 murid-muridnya.

Dua bulan berselang, Paus dalam sebuah homilinya pada misa Rabu mengatakan bahwa ateis sekalipun harus berbuat baik dalam pandangannya, dan tetap mendapat kemurahan dan rahmat dari Tuhan.

Dalam khotbahnya itu Paus Fransiskus mengatakan:

"Tuhan menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya, dan kita adalah citra Tuhan, dan Dia melakukan yang baik dan kita semua memiliki perintah ini di hati, yaitu: berbuat baik dan tidak berbuat jahat. Kita semua. 'Tapi bapa, orang ini bukan Katolik! Dia tidak bisa berbuat baik.' Ya, dia bisa ... "Tuhan telah menebus kita semua, kita semua, dengan Darah Kristus:. Kita semua, bukan hanya umat Katolik. Semua orang! 'Bapa,[bagaimana dengan] para ateis?' Bahkan ateis. Semua orang!".. Kita pasti bertemu satu sama lain, dengan berbuat baik. 'Tapi saya tidak beriman, Bapa, saya seorang ateis!' Berbuat baiklah, kita akan bertemu di sana," ungkapnya seperti dilansir Huffington Post.

Pernyataan ini kemudian menimbulkan spekulasi beragam baik dari kalangan Katolik maupun non-Katolik. Bulan Agustus 2013, Paus Fransiskus membalas surat dari Eugenio Scalfari, seorang pendiri surat kabar La Repubblica mengenai posisi orang non-Katolik dan dirinya yang seorang ateis.

Dalam jawabannya, Paus menuliskan "Anda bertanya kepada saya apakah Tuhan orang Kristen mengampuni orang-orang yang tidak percaya dan yang tidak mencari iman. Saya mulai dengan mengatakan—dan ini adalah hal yang mendasar—bahwa rahmat Tuhan tidak memiliki batas jika Anda pergi ke Dia dengan hati yang tulus dan menyesal. Masalah bagi mereka yang tidak percaya pada Tuhan adalah untuk mematuhi hati nurani mereka,” tulisnya.

Paus Fransiskus menambahkan bahwa dosa terjadi ketika manusia tidak mengikuti hati nuraninya. “Dosa, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki iman, ada ketika orang tidak mematuhi hati nurani mereka," tulisnya, seperti dikutip The Independent.

Ucapan Paus lain yang paling diingat adalah pembelaannya terhadap Islam dari pengidentikan dengan perilaku terorisme. Dalam berbagai pemberitaan dan rekaman video yang juga banyak beredar, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Islam tidak bisa disamakan dengan terorisme. "Pada hampir semua agama selalu ada kelompok kecil fundamentalis. Kita pun punya kelompok macam itu," ujar Paus.

"Jika saya harus berbicara tentang kekerasan dalam Islam, saya pun harus berbicara tentang kekerasan dalam Kristen," tambahnya.

"Setiap hari saya membaca berita tentang kekerasan yang terjadi di Italia. Seseorang membunuh pacarnya, yang lain membunuh mertuanya, dan mereka adalah orang-orang yang dibaptis sebagai pemeluk Katolik," ungkap Paus lagi.

Ia mengutarakan pembelaannya yang panjang ini tidak lama setelah peristiwa penggorokan leher seorang pastor tua bernama Jacques Hamel pada 26 Juli 2016, saat sang pastor tengah memimpin misa di Gereja.

Dua orang yang melakukannya itu diketahui berafiliasi dengan ISIS setelah media propaganda milik ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Alih-alih menyalahkan pihak pelaku secara sepihak, Paus Fransiskus justru melihat bahwa ini terjadi karena ketimpangan sosial dan karena uang dijadikan sebagai berhala yang disembah.

Akhir 2013 silam, ia pernah mengatakan kepada La Civiltà Cattolica, sebuah majalah bulanan karya ordo Yesuit terkait pengajaran bahwa kini, gereja tidak perlu berbicara terus menerus mengenai masalah aborsi, kontrasepsi buatan, dan homoseksualitas. Paus Fransiskus berpikir bahwa isu-isu lain terutamanya tugas untuk membantu mereka yang miskin dan terpinggirkan selama ini justru telah diabaikan.

Paus dalam pandangannya tentang kerahiman bahwa pesan yang paling kuat dari Yesus Kristus adalah rahmat, tentang belas kasihan Yesus terhadap orang-orang berdosa.

Jauh sebelum menjadi Paus, dan ketika Bergoglio masih melayani di Argentina dan Amerika Latin lainnya, ia memang terkenal vokal dan kritis dalam melihat ketimpangan ekonomi, kemiskinan dan ketidaksetaraan yang besar. Tidak segan, Bergoglio mengingatkan keras para pemangku kebijakan yang menyebabkan hal-hal itu terjadi.

Infografik paus fransiskus

Dalam kapasitasnya sebagai Paus, seperti dilansir BBC, ia mendesak para pemimpin dunia untuk mencegah ambisi moneter yang berlebihan, yang katanya telah menjadi mirip dengan penyembahan berhala uang, dan mendesak mereka untuk memberikan bantuan kesejahteraan.

Bahkan terkait kasus pedofilia yang tengah menerpa Gereja Katolik, Paus Fransiskus dalam wawancaranya dengan surat kabar La Repubblica tidak segan lagi untuk mengakui bahwa 2 persen dari total jumlah imam Gereja Katolik, termasuk uskup dan kardinal adalah pedofil atau setara dengan 8.000 orang seperti diwartakan National Post.

Namun, di tengah banyak dari pemikiran dan tindakannya yang progresif dalam lingkungan Gereja Katolik Roma yang sarat akan menjaga nilai-nilai tradisional, kecaman bukan tidak pernah menghampiri.

Bagi pihak pengkritik dan lawan-lawannya, Paus Fransiskus justru dianggap meminggirkan kaum konservatif dalam Gereja Katolik Roma. Pandangannya terhadap dunia dinilai perspektif kiri dan bernuansa teologi pembebasan meski dirinya masih enggan mengakui. Bahkan ia pernah bertemu dengan Gustavo Gutiérrez, tokoh yang banyak dibicarakan dalam rujukan teologi pembebasan yang melanda Amerika Latin masa revolusi.

Media-media internal yang menampung suara kritik untuk Paus Fransiskus ada yang menyebut bahwa ia menciptakan iklim ketakutan dan teror dengan pembersihan ideologis terhadap umat Katolik yang menjunjung tinggi ajaran tradisional Gereja.

Kolumnis Ross Douthat, seorang konservatif dalam opininya yang dimuat di The New York Times bahkan malah berpikir bahwa Fransiskus adalah terang-terangan seorang Trump lantaran perkataan-perkataannya yang berat dan berani, dan dikatakan tidak sabaran dengan ketentuan hukum gereja sehingga cenderung memberi perintah dahulu.

Sejumlah media-media internal juga masih rajin memberi klarifikasi dan penjelasan setiap kali Paus Fransiskus selesai melontarkan kata-kata yang mendobrak dan kontroversial dengan arah mengembalikan lagi pada nilai-nilai tradisional Gereja Katolik.

Seperti halnya pernyataan Paus Fransiskus baru-baru ini terkait ateis yang lebih baik daripada seorang Katolik yang buruk misalnya, ChurchPOP menjelaskan lagi bahwa transkrip pernyataan Paus Fransiskus tidak serta merta mengatakan bahwa menjadi ateis akan lebih baik dibanding menjadi seorang Katolik yang berlaku buruk. Ucapan itu dikutip Paus untuk menunjukkan pandangan orang secara umum ketika melihat orang Katolik yang berlaku hipokrit.

Tampaknya, sosok Paus Fransiskus masih akan terus menjadi momok bagi para penganut konservatisme meskipun dalam kesempatan lain, pandangan-pandangan Paus Fransiskus masih tampak selaras dengan nilai-nilai tradisional dan doktrin Gereja Katolik Roma. Seperti perempuan yang masih tidak akan bisa memimpin misa, juga kebebasan memilih jenis kelamin di bangku sekolah yang masih dianggapnya sebagai penjajahan ideologis.

Baca juga artikel terkait PAUS FRANSISKUS atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Humaniora
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Maulida Sri Handayani