tirto.id - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Abdul Karding menyoroti uang hasil Operasi Tangkap Tangan (OTT) anggota Komisi VI DPR Bowo Sidik Pangarso oleh KPK yang diduga untuk serangan fajar, yaitu untuk dibagi-bagikan kepada warga pada hari pencoblosan 17 April nanti.
Menurutnya, dugaan serangan fajar yang akan dilakukan oleh Bowo itu lantaran biaya politik saat ini sangat mahal.
"Ya kan biaya politik sekarang mahal, pemilu itu seperti pileg bisa saja itu terjadi, karena pragmatis," ujarnya saat dihubungi Tirto, Jumat (29/3/2019).
Selain itu, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini juga menilai serangan fajar tersebut sebagai ancaman bagi pemilu dan dunia perpolitikan di Indonesia.
"Pasti lah [jadi ancaman], pemilu itu kan rusak jadinya, kalau itu sih pasti [jadi ancaman]. Karena harusnya kan mereka memilih berdasarkan program, visi misi dan sebagainya, tapi ternyata tidak kan," kata Karding.
Meskipun ia menilai hal tersebut sebagai ancaman bagi pemilu. Tetapi, menurutnya, hal tersebut tak terlalu membuat masyarakat menjadi apatis terhadap pemilu.
"Kalau mereka dikasih uang senang gimana? Kan enggak banyak orang yang apatis gara-gara itu [serangan fajar]," tuturnya.
Namun, politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu menegaskan peristiwa tersebut menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi para peserta pemilu, maupun masyarakat Indonesia.
"Jadi harus jadi PR kita semua memperbaiki sistem politik, pendidikan politik, sistem kaderisasi kita, memperbaiki pendanaan politik," tegasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri