tirto.id - Belum lama ini gaduh soal tren berobat ke luar negeri yang dinilai masih populer dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Bahkan, hal ini diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam cuitannya di media sosial Twitter. Jokowi menyatakan hampir 2 juta orang Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri setiap tahun.
“Gara-gara ini, kita kehilangan devisa Rp 165 triliun karena modal keluar," tulis Jokowi di Twitter, beberapa waktu lalu.
Menanggapi persoalan ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama menyatakan memang ada persepsi umum bahwa di luar negeri terdapat fasilitas lebih bagus daripada di dalam negeri, baik untuk kesehatan maupun juga untuk hal-hal lain.
“Khusus untuk pengobatan, hal ini kemudian dipengaruhi lagi dengan ‘berita-berita’ yang dikesankan bagus di luar negeri,” kata Yoga dalam keterangan tertulis, Senin (13/3/2023).
Yoga juga menyatakan untuk beberapa pemeriksaan dan pengobatan tertentu, negara tetangga memiliki beban biaya yang lebih murah.
Lebih mahalnya harga pengobatan di Indonesia, menurutnya tak lepas dari harga alat kesehatan yang juga terlampau mahal. “Walaupun saya tidak punya data perbandingan angka secara pasti. Untuk ini salah satu penjelasannya adalah harga alat kedokteran yang memang lebih mahal di Indonesia daripada di sebagian negara tetangga,” tambah Yoga.
Namun Yoga menegaskan, untuk masalah kemampuan, dokter di Indonesia sama baiknya dengan yang ada di luar negeri.
“Dalam berbagai arena ilmiah kedokteran maka tidak sedikit dokter dan pakar kesehatan kita yang cukup menonjol dan mendapat apresiasi dihormati. Demikian juga jelas selama ini peran penting dokter dan pakar kita di berbagai organisasi internasional kesehatan dan kedokteran regional dan dunia,” jelasnya.
Yoga juga menyinggung bahwa banyak masyarakat yang ingin berobat ke luar negeri karena merasa mendapatkan pelayanan dan hasil pemeriksaan yang cepat.
“Untuk ini yang perlu kita lakukan adalah manajemen pengaturan yang lebih baik, termasuk koordinasi antar tenaga dan unit kerja di institusi pelayanan kesehatan kita, tentu juga disertai keramahan pelayanan serta penerapan prinsip dasar hospitality yang baik,” kata Yoga.
Ia menilai perlu ada pembenahan fundamental dalam sisi kebijakan agar biaya obat dan alat kesehatan di dalam negeri tidak mahal.
“Juga jelas perlu ada keberpihakan kebijakan pemerintah untuk semua insan kesehatan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik tetapi juga dapat menjalani kehidupannya dengan baik,” tutup Yoga.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri