tirto.id - Sebuah pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Sardar Vallabhai Patel, India. Kecelakaan itu menewaskan 242 orang di pesawat dan puluhan lainnya di darat. Tragedi yang menghantam kawasan padat penduduk dan sebuah perguruan tinggi kedokteran ini menjadi kecelakaan paling serius yang melibatkan seri 787 Dreamliner, sekaligus membuka kembali sorotan global terhadap reputasi keselamatan Boeing.
Satu penumpang selamat dari kecelakaan pesawat Air India adalah Ramesh Vishwashkumar , pria berusia 40 tahun, warga negara Inggris yang ditemukan selamat di lokasi meledaknya pesawat. Ramesh yang sempat tidak sadar, kemudian memaksa dirinya bangun untuk segera meminta bantuan.
"Tiga puluh detik setelah lepas landas, terdengar suara keras dan kemudian pesawat jatuh. Semua terjadi begitu cepat. Ketika saya bangun, ada mayat di sekeliling saya. Saya takut. Saya berdiri dan berlari. Ada serpihan pesawat di sekeliling saya. Seseorang memegang saya dan memasukkan saya ke dalam ambulans dan membawa saya ke rumah sakit," cerita Ramesh seperti dikutip Daily Mail.
Ramesh berjalan tertatih-tatih dengan luka di dada, mata, dan kakinya. Ia mencoba tetap berjalan sampai petugas menemukannya dan menggiringnya ke ambulans untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
Penyebab pasti kecelakaan pesawat yang bertolak ke Bandara Gatwick London ini jatuh belum diketahui. Maskapai penerbangan menyebut bahwa pesawat Boeing 787-8 Dreamliner itu membawa 169 warga negara India, 53 warga negara Inggris, tujuh warga negara portugis, dan satu warga negara Kanada.
Pakar penerbangan, Alex Macheras, menyebut tahap lepas landas dan penerbangan merupakan fase paling berat dalam sebuah penerbangan sehingga butuh koordinasi intens lintas kru pesawat, pengawas lalu lintas udara, dan pengawas wilayah udara lainnya. Investigasi telah dibuka dan akan berfokus mencari tahu alasan dibalik jatuhnya pesawat 787 Dreamliner yang telah beroperasi 11 tahun.
Padahal baru satu bulan lalu perusahaan pesawat terbang Boeing merayakan pencapaian 787 Dreamliner mengangkut miliaran orang. Perayaan ini lenyap begitu terjadinya kecelakaan Air India.
Pesawat 787 berbeda dengan pesawat yang menjadi perhatian yakni, Boeing 737 Max yang terlibat dengan kecelakaan fatal di Indonesia pada 2018 dan Ethiopia pada 2019. Direktur Eksekutif Boeing, Kelly Ortberg, menyampaikan belasungkawa mendalam bagi korban penumpang dan awak kapal.
Tragedi kecelakaan juga menjadi penyebab perusahaan Boeing kehilangan miliaran dolar bulan lalu. Hal ini berkaitan dengan masalah keamanan, pengawasan kualitas, dan pemogokan kerja yang terjadi selama tujuh minggu. Sebelum itu juga perusahaan telah mencapai kesepakatan finansial sebesar 428 juta dolar Amerika Serikat dengan Southwest Airlines karena larangan terbang armada pesawat 737.
Boeing juga pernah harus membayar kompensasi 160 juta dolar Amerika Serikat karena pintu pesawat sempat lepas ketika pesawat mengudara pada 2024. Berikutnya, saham Boeing turun mencapai 5 persen pada penutupan bursa saham Kamis (12/6/2025) buntut kecelakaan India Air.
Selain masalah finansial, Boeing sempat berhadapan dengan pertanyaan mengenai praktek keselamatan. Pada April lalu perusahaan menyebut telah meningkatkan bidang keamanan dan kualitasnya.
Dikutip dari BBC, seorang mantan karyawan Boeing menyebut bahwa pekerja telah secara sengaja memasang bagian substandar dalam jalur produksi pada 2019. Hal ini diungkapkan oleh John Barnett yang telah bekerja selama 30 tahun di Boeing.
Perusahaan membantah tuduhan ini. Whistleblower lain seorang insinyur bernama Sam Salehpour melaporkan ancaman yang ia terima setelah mempertanyakan keamanan dari pesawat produksi Boeing. Boeing juga terlibat dalam pertarungan hukum yang berkaitan dengan kecelakaan di Ethiopia dan Indonesia.
Pada bulan lalu, Boeing juga telah sepakat secara hukum ke Departemen Keadilan Amerika Serikat. Sehingga, Boeing harus membayar denda lebih dari 1,1 miliar dolar Amerika Serikat atas dua kecelakaan pesawat 737 MAX.
Apa yang Salah pada Boeing?
Pengamat Aviasi, Alvin Lie, menyebut bahwa Boeing dan Airbus adalah dua entitas yang menguasai pasar pesawat jet komersil. Sehingga, wajar jika kecelakaan terjadi pada pesawat Boeing dan Airbus. Menurut dia, rata-rata insiden Boeing mencapai 5,59 persen per juta keberangkatan. Sedangkan Airbus memiliki rata-rata 4,91 persen per juta keberangkatan.
Boeing 787-8 Dreamliner yang mengalami kecelakaan telah berusia 11 tahun relatif masih muda. Padahal, sejauh ini rekam jejak keselamatan Boeing 787 sangat baik. Kecelakaan Air India ini merupakan kecelakaan pertama 787 yang sangat serius dan korban meninggal dunia.
Analisis kecelakaan pesawat tidak bisa dimulai dari prasangka meskipun Boeing memiliki masalah terutama di pesawat 737 nya. Penyelidikan harus mulai dari nol.
“Baru setelah ada indikasi kemudian ditelusur balik. Jika prejudice, sudah bias dari awal tidak akan objektif,” ucap dia kepada Tirto pada Jumat (13/06/25).
Pengamat Aviasi, Gatot Raharjo, menyebut bahwa kejadian kecelakaan ini harus menjadi pembelajaran bahwa pesawat dengan teknologi lebih modern dan tanpa rekam jejak kecelakaan pun mengalami kecelakaan. Sehingga, butuh pengawasan operasional dan perawatan yang sangat diperhatikan.
Penyelidikannya nanti akan mengandalkan kotak hitam pesawat dan data keterangan dari personil yang terlibat. Proses penyelidikan ini biasa berlangsung lama agar kelak ada perbaikan di masa depan.
“Dibandingkan B737, sebenarnya B787 lebih baik teknologinya. Walaupun di awal launching ada insiden terkait baterai litium yang dipakai. Namun overall teknologi lebih canggih dibanding 737,” tuturnya.
Menurut Gatot, kecelakaan kali ini tidak ada hubungannya dengan pesawat 737 karena sudah dikirim jauh sebelum mencuat kasus di tubuh Boeing. “Jadi ya seharusnya tidak ada pengaruhnya ya,” imbuhnya.
Terkait penurunan saham perusahaan setelah terjadi kecelakaan, Gatot menyebut, Boeing pasti akan melakukan tindakan untuk kembali mendapatkan kepercayaan investor lagi.
Sementara itu di dalam negeri, hingga saat ini maskapai nasional tidak ada yang mengoperasikan jenis pesawat Boeing 787-8 Dreamliner. Namun, terdapat 24 maskapai asing yang mengoperasikan jenis pesawat tersebut pada rute internasional dari dan ke Indonesia. Demikian dikutip keterangan resmi Kementerian Perhubungan, Jumat (13/6/2025).
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan akan terus melakukan pengawasan rutin terhadap seluruh maskapai termasuk maskapai penerbangan reguler asing yang beroperasi dari dan ke Indonesia. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui Direktorat Kelaikudaraan dan pengoperasian Pesawat Udara akan meningkatkan pengawasan melalui ramp inspection terutama untuk maskapai asing yang menggunakan jenis pesawat Boeing 787-8 Dreamliner.
Penulis: Faisal Bachri
Editor: Anggun P Situmorang