tirto.id - Partai Golkar terus bermanuver jelang Pemilu 2024. Semua celah dilakukan demi mengegolkan sang ketua umum Airlangga Hartarto sebagai kandidat dalam pilpres mendatang. Parpol berlambang pohon beringin ini tidak hanya menginisiasi terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PPP dan PAN, tapi juga melakukan komunikasi politik yang intensif dengan partai lain.
Airlangga sebagai nakhoda partai belakangan memang aktif bertemu dengan sejumlah tokoh politik dari parpol lain. Sebut saja, ia menemui Puan Maharani pada Oktober 2022 di Kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Menko Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju itu juga sempat bertemu Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh di Kantor DPP Golkar pada 1 Februari 2023. Selain itu, PKS bahkan secara terang-terangan mengaku mengajak Golkar merapat ke Koalisi Perubahan saat sejumlah elite PKS bertandang ke markas Golkar.
Kemudian, Airlangga juga bertemu dengan Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar di Istora Senayan, Jakarta pada 10 Februari 2023. Pertemuan Golkar dan PKB yang tengah berkoalisi dengan Partai Gerindra itu memicu munculnya isu bakal pasangan calon Prabowo Subianto-Airlangga di Pemilu 2024.
Selain itu, Airlangga juga bertemu dengan Ketua Umum DPP PBB, Yusril Ihza Mahendra pada 21 Maret 2023. Usai melakukan perbincangan dengan Yusril, Airlangga menyatakan pihaknya terbuka untuk berkoalisi dengan PBB. Terlebih, kata dia, Golkar dan PBB selalu memiliki hubungan baik.
Teranyar, Airlangga kembali bertemu Surya Paloh dan mitra Koalisi Perubahan, yakni Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dan Sekjen DPP PKS, Aboebakar Alhabsy saat buka bersama di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3/2023). Pertemuan ini juga dihadiri Anies Baswedan (bakal capres dari Koalisi Perubahan), Jusuf Kalla, dan perwakilan DPP PPP.
Akibat pertemuan Golkar dan Koalisi Perubahan tersebut, muncul spekulasi bila partai beringin akan meninggalkan KIB dan merapat ke koalisi parpol yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres.
Airlangga pun sempat berkelakar soal kemungkinan muncul koalisi besar karena KIB bisa Bersatu dengan Koalisi Perubahan. “Koalisi besar di mana-mana menguntungkan Indonesia, jadi kita tunggu tanggal mainnya,” kata Airlangga di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3/2023).
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia menjawab soal kans partainya melakukan komunikasi dengan Koalisi Perubahan meski sudah membentuk KIB. Ia menegaskan, Golkar akan berkoalisi dengan pihak manapun selama memenuhi dua kriteria, yakni berpotensi menang dan mau menjadikan Airlangga Hartarto sebagai bakal capres di Pilpres 2024.
“Kami lihat, kami katakan, kami ingin menang. Kami ingin menang, kami kumpulkan energi sebanyak- banyaknya. Salah satu cara agar semakin banyak energi adalah dengan semakin banyak parpol yang bisa berkoalisi dengan kami, itu semakin bagus,” kata Doli di Gedung DPR, Senin (27/3/2023).
Pria yang juga Ketua Komisi II DPR ini menambahkan, Golkar juga akan menyambangi partai lain baik di parlemen maupun di luar parlemen di luar Koalisi Perubahan. Doli menekankan, penjajakan demi penjajakan akan terus dilakukan oleh Airlangga atau jajaran DPP Partai Golkar untuk menemukan kepentingan bersama.
“Jadi kami sekarang ini sedang menjajaki, mencari format yang terbaik untuk kepentingan bangsa dan negara. Jadi semuanya masih kami rundingkan dengan semua elite dan pimpinan partai politik," ungkap Doli.
Doli menegaskan, Golkar hingga saat ini masih setia dengan KIB bersama PAN dan PPP. Dalam koalisi tersebut, dia meyakini Airlangga akan dijadikan bakal capres. Ia sebut Golkar belum memiliki skenario bilamana KIB mengangkat capres selain Airlangga.
“Nanti kami bicarakan, karena kami belum tahu. Sampai sekarang kami belum mengkaji dan mendiskusikan selain Pak Airlangga sebagai capres," kata dia.
Adapun di internal Golkar, Doli percaya bahwa seluruh konstituennya tetap akan memilih Airlangga. Walaupun dari hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa Anies Baswedan mendominasi perolehan suara capres pada medio pertengahan Maret 2023.
“Sampai sekarang kami masih konsisten bahwa Pak Airlangga jadi calon presiden. Kami belum diskusi selain dari keputusan. Kalau mengenai hasil survei itu tidak bisa menjadi keputusan akhir karena dilakukan setiap tiga bulan sekali," jelasnya.
Airlangga juga mengaku lebih mendorong koalisi besar saat disinggung soal kemungkinan KIB merapat dengan Koalisi Perubahan.
“Kan saya bilang, kami akan mendorong yang namanya koalisi besar. Koalisi besar itu kan sangat memungkinkan. Nah, tentu lebih besar lebih baik," kata Airlangga di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2023).
Namun demikian, Airlangga enggan menjawab soal peleburan KIB dan Koalisi Perubahan. Ia mengatakan, perlu ada pembahasan sebelum ada sikap. “Ini bukan lebur-leburan. Kalau lebur-lebur kayak cendol aja. Jadi kita perlu pembahasan lebih matang,” kata Airlangga.
Menuver Golkar Demi Tiket Pilpres
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, manuver Golkar saat ini tidak bisa dilepaskan dari sikap Jokowi. Sebab, kata dia, Golkar di bawah komando Airlangga selalu bergerak seirama dengan “kode” dari Jokowi.
“Saya lihat manuver Partai Golkar itu sudah seizin, restu Jokowi karena Pak Airlangga itu menko, anak buah Jokowi. Kalau mau ketemu mana-mana kemungkinan sudah seizin dan restu Jokowi, dan kita tahu juga Pak Airlangga dalam kendali Jokowi. Saya melihatnya begitu, mau diakui atau tidak, dibantah mau tidak seperti itu faktanya,” kata Ujang, Selasa (28/3/2023).
Ujang menilai manuver Partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai lain. Akan tetapi, Ujang tidak memungkiri bahwa Golkar berada di posisi bagus karena bisa dekat dengan partai koalisi pemerintah maupun oposisi.
“Jadi ya Golkar beruntung punya posisi seperti itu, kanan kiri oke, sana-sini oke, dekat dengan siapapun dan partai manapun, itu menjadi posisi yang bagus bagi Golkar dan partai koalisi lain seperti itu,” kata Ujang.
Ia mengatakan, partai-partai akan bermanuver jelang 2024, sama seperti yang dilakukan Golkar. Mereka mencari cara agar bisa mendapatkan jalan terbaik dalam menghadapi pemilu mendatang.
“Bukan masalah di KIB koalisi bergabung dengan koalisi lain atau membentuk koalisi besar yang pernah diucapkan Pak Airlangga. Saya melihatnya semua partai akan bermanuver termasuk Partai Golkar dan itu bagian untuk menjaga segala kemungkinan ke depan,” kata Ujang.
Selain itu, Ujang menilai, Golkar di bawah komando Airlangga bisa bernasib sama seperti era Aburizal Bakrie meski sudah punya koalisi. Sebagai catatan, Partai Golkar di era ARB gagal mengusung sang ketua umum, baik sebagai capres maupun cawapres karena tidak mampu membangun koalisi di Pemilu 2014. Golkar akhirnya merapat ke kubu Prabowo-Hatta Radjasa dan kalah dalam pemilu.
Dalam pemilu mendatang, kata Ujang, Golkar akan berupaya keras untuk menempatkan Airlangga sebagai bakal capres. Paling tidak, ia yakin Golkar akan berusaha menempatkan kadernya sebagai bagian dari pemilu meski Airlangga gagal maju. Akan tetapi, ia meyakini Golkar tidak akan meninggalkan KIB.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Power, Ikhwan Arif menilai, manuver Golkar saat ini sebagai upaya untuk meningkatkan elektabilitas partai. Salah satu tujuan yang dikejar adalah ingin Airlangga menjadi bakal calon.
“Salah satu upaya yang dilakukan Golkar adalah membuka peluang koalisi dengan partai manapun dengan tetap mengusung Airlangga sebagai capres,” kata Ikhwan.
Ikhwan mengatakan, manuver Golkar juga tidak lepas dari deadlock kandidat KIB yang belum mendeklarasikan Airlangga sebagai bakal capres. Saat ini, Partai Golkar sudah mendeklarasikan Airlangga sebagai capres. Oleh karena itu, kata dia, Golkar wajar melobi KKIR, PDIP hingga Koalisi Perubahan.
Ikhwan juga menilai, Golkar di era Airlangga berbeda dengan kondisi Golkar di era ARB.
“Sejauh ini saya melihat Golkar tidak akan kesulitan dalam menentukan capres-cawapres seperti kejadian Partai Golkar 2014 di era Aburizal Bakrie. Karena dari awal Golkar sudah mendeklarasikan Airlangga sebagai capres dan tidak ada konflik atau penolakan dari internal Golkar. Sejauh ini fokus Golkar adalah membangun citra positif partai dan berambisi untuk merebut posisi teratas dalam perolehan suara di Pemilu 2024," kata Ikhwan.
Akan tetapi, Ikhwan menilai Golkar akan sulit untuk mendapatkan tiket kursi bakal capres jika bergabung dengan Koalisi Perubahan lantaran mereka sudah memiliki kandidat, yaitu Anies Baswedan. Namun, peluang Airlangga menjadi bakal cawapres masih sangat terbuka.
“Pilihan terakhir bagi Golkar jika ingin bergabung dengan poros perubahan adalah posisi cawapres. Wacana ini yang menurut saya akan sulit terealisasi ketika Golkar secara resmi mendukung Airlangga sebagai capres pilihan Golkar. Di lain sisi poros perubahan tengah disibukkan dengan penentuan sosok bakal cawapres pendamping Anies, bukan lagi fokus membahas capres,” kata Ikhwan.
Ikhwan mengatakan, Golkar tengah bergerak merebut kemenangan pemilu saat ini. Namun, pendekatan yang digunakan bukan sekadar pragmatisme, melainkan upaya untuk membangun kerja sama positif dengan semua pihak dengan fokus mendorong Airlangga sebagai bakal capres.
“Upaya yang dilakukan Golkar justru untuk membuka kerja sama politik dengan partai politik manapun, meskipun posisi tawar cawapres bisa didapatkan Golkar dengan berkoalisi dengan partai lain, namun Golkar terkesan lebih optimis mendorong Airlangga sebagai capres," kata Ikhwan.
Ikhwan menambahkan, “Pilihan mendukung Airlangga bisa dilihat sebagai upaya untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas partai dalam merebut kemenangan di pemilu legislatif 2024.”
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz