Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Mengapa Hanya Nasdem yang Mendulang Untung dari Anies Baswedan?

Adi Prayitno menilai Demokrat dan PKS harus memiliki figur baru untuk mendampingi Anies agar mendapat efek ekor jas.

Mengapa Hanya Nasdem yang Mendulang Untung dari Anies Baswedan?
Calon presiden yang diusung Partai Nasdem Anies Baswedan (kiri) menyampaikan pidato politiknya saat Deklarasi Calon Presiden Republik Indonesia Partai NasDem di NasDem Tower, Jakarta, Senin (3/10/2022). Partai NasDem resmi mengusung Anies Baswedan maju jadi capres untuk Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Reno Esnir/rwa.

tirto.id - Partai Nasdem mendapat efek ekor jas signifikan dari pencalonan Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024. Survei Litbang Kompas periode Januari 2023 menunjukkan adanya peningkatan elektabilitas bagi parpol besutan Surya Paloh tersebut.

Berdasarkan data survei tersebut, Partai Nasdem meraih elektabilitas 7,3 persen, padahal sebelumnya sempat jeblok di angka 4,3 persen. Meski demikian, perolehan suara Nasdem masih jauh dari kata “ideal” karena penguasaan kursi di parlemen saat ini, Nasdem memiliki 10,26 persen.

Bahkan, Nasdem yang kerap mengajak Anies Baswedan keliling safari politik di Indonesia langsung menerima guyuran suara dari pendukung Anies. Semula pemilih Anies di Nasdem hanya 4,6 persen, kini melonjak menjadi 22,6 persen.

Sayangnya, di Koalisi Perubahan, hanya Nasdem yang elektabilitasnya paling moncer. Dua koleganya, yaitu PKS dan Partai Demokrat sama-sama anjlok. Sebelumnya kedua partai itu memiliki indeks dua digit, tapi kini sama-sama merosot.

Demokrat harus puas memiliki elektabilitas 8,7 persen, padahal pada Oktober 2022 mencapai 14 persen. Sedangkan pemilih Anies di Demokrat menjadi 11,3 persen, jauh dari prestasi sebelumnya yaitu 18,9 persen.

Di masa gemilang itu, Demokrat sempat memamerkan di seluruh media sosialnya bahwa memperoleh suara tertinggi dan nyaris menjadi pemilik syarat presidential threshold. Namun, hal itu tak berlangsung lama, tiga bulan berselang, suara Demokrat anjlok.

PKS lebih apes lagi, karena elektabilitasnya membuat ia nyaris keluar parlemen. Dari 6,3 persen menjadi 4,8 persen. Pemilih Anies yang ada di PKS juga berkurang dari 19,9 persen menjadi 17,6 persen.

Semua sepakat bahwa meningkatnya suara Partai Nasdem dan jebloknya elektabilitas PKS serta Demokrat adalah karena efek ekor jas dari Anies Baswedan.

Juru Bicara Tim Anies Baswedan, Sudirman Said mengungkapkan, Nasdem mendapat bonus karena berani mendeklarasikan Anies terlebih dahulu. Selain itu, Nasdem menjadi partai pertama di Indonesia yang mendeklarasikan bakal capres jauh sebelum perhelatan Pemilu 2024.

“Bisa dimengerti karena Nasdem sudah melakukan koalisi terlebih dahulu. Sehingga coattail effect dapat duluan," kata Sudirman Said di Jakarta pada Rabu (22/2/2023).

Sudirman meminta para pengurus partai politik pendukung semakin semangat dengan hasil survei tersebut. Masih ada kesempatan untuk mendulang suara dengan menjadikan Anies Baswedan sebagai coattail effect.

“Saya kira menjadi cambuk bagi semua partai untuk meningkatkan elektabilitas dan juga melakukan konsolidasi,” kata dia.

Sudirman optimistis, PKS dan Demokrat akan mendapat manfaat serupa dengan Partai Nasdem. Sudirman Said hanya menyebut persoalan waktu saja yang bisa menjawab rendahnya survei dua partai itu.

“Tapi setelah ini saya kira akan diikuti oleh PKS dan Demokrat,” kata dia.

AHY BERTEMU ANIES BASWEDAN

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) berjalan bersama Gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden dari Partai Nasdem Anies Baswedan kedua (kiri) saat akan melakukan pertemuan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (7/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.

Respons Parpol soal Elektabilitas Koalisi Perubahan Timpang

Melihat dua kolega partainya anjlok secara perolehan suara di survei Litbang Kompas, Surya Paloh berusaha membesarkan hati. Dia meyakini bahwa perolehan suara Demokrat dan PKS akan merangkak naik. Seiring deklarasi dan aktivitas partai lainnya bersama Anies Baswedan.

Paloh menyebut hasil survei itu menjadi penting, agar bisa menjadi evaluasi bersama bagi Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat.

“Sebagai indikasi hari ini iya, tapi kami wajib saling membesarkan hati, apabila ada penurunan (hasil survei)” kata Paloh.

Dua partai lain juga berbeda dalam bersikap terkait anjloknya suara mereka. Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra menegaskan, pihaknya sudah mengerahkan calon legislatifnya untuk mendongkrak suara di akar rumput.

Herzaky mengaku apel siaga sudah dilakukan, dan siap melakukan aksi di ranah udara, darat hingga laut.

“Kami sudah lakukan apel siaga nasional kesiapan infrastruktur komunikasi strategis kampanye darat dan udara. Sebab kekuatan serangan di darat harus diiringi dengan narasi di media sosial dari kader organik Demokrat," kata Herzaky.

Berbeda dengan Demokrat yang siap mengerahkan massa dengan apel siaga, PKS lebih santai. Juru Bicara PKS, Muhammad Kholid yakin bahwa konstituennya tidak akan lari ke mana-mana. Semua akan kembali ke PKS pada waktunya.

“Tidak (khawatir) suara PKS pindah ke Nasdem," ungkapnya.

PERTEMUAN NASDEM DAN PKS

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kanan) didampingi jajaran petinggi kedua partai berjalan bersama usai pertemuan di Kantor DPP Nasdem, Jakarta, Rabu (22/6/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.

Suara Nasdem Melonjak, PKS dan Demokrat Patut Waspada

Turunnya suara PKS dan Demokrat ditengarai tidak hanya akibat efek ekor jas Anies yang menggumpal di Nasdem. Namun juga karena melemahnya tren oposisi di era kabinet kedua Jokowi saat ini.

Peneliti Pusat Riset Politik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengingatkan, hal itu masih bisa diatasi dengan sejumlah syarat. Salah satunya dengan memperkuat figur dari masing-masing partai dan tidak berpangku pada coattail effect Anies Baswedan.

“Minimnya manuver atau pergerakan politik dari kedua parpol itu sehingga kalah cepat dalam memasang figur populer seperti yang dilakukan oleh Nasdem," kata Wasisto.

Selain itu, Wasisto menyebut, PKS dan Demokrat memiliki beban berat untuk menarik suara dukungan. Apabila masih tetap ingin memanfaatkan ceruk suara pemilih Anies, dua partai itu harus memiliki inovasi yang berbeda dari Nasdem.

Dalam pengamatan Wasisto, belum ada partai yang siap jadi bumper bilamana Anies Baswedan diserang baik dari kubu pemerintahan hingga buzzer.

“Salah satu contohnya adalah menjadi benteng politik bagi Anies Baswedan manakala terjadi serangan kampanye hitam maupun bentuk disinformasi lainnya," ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno. Ia menilai, Demokrat dan PKS harus memiliki figur baru untuk mendampingi Anies.

Adi mengatakan, setiap ketua umum dari masing-masing partai harus berupaya menjadi yang terbaik, agar bisa menjadi bakal cawapres Anies Baswedan. Bila tidak, kata dia, maka suara pemilih Anies akan terus berkumpul menjadi satu di Nasdem.

“PKS dan Demokrat harus berani mengusung cawapres dari figur terbaik masing-masing partai. Demokrat bisa mengajukan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) atau PKS bisa mengajukan Ahmad Heryawan,” kata Adi menjelaskan.

Anies Bertemu Pengurus Partai Koalisi Perubahan

Anies Baswedan bertemu dengan tiga pengurus partai Koalisi Perubahan yang terdiri dari Nasdem, PKS, dan Demokrat di Resto Pagi Saharjo, Jakarta pada Jumat (18/11/2022). (tirto.id/M. Irfan Al Amin)

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz