Menuju konten utama

Temui Presiden, Para Ulama Sampaikan Unek-uneknya

Kyai Haji Syukron Makmun juga memberi masukan terkait pendirian tempat ibadah di Indonesia. "Kami juga mengharapkan umat Kristen yang hidup di tengah umat Islam yang jumlahnya ribuan sedangkan dia jumlahnya hanya 5-10 orang tidak usah mendirikan gereja, hormati perasaan umat Islam dengan gereja yang ada. Ini supaya ada pegangan dalam toleransi," kata dia.

Temui Presiden, Para Ulama Sampaikan Unek-uneknya
Presiden Jokowi. Antara foto/Prasetyo Utomo.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menemui sekitar 20 ulama dari berbagai daerah di Indonesia, pada Selasa (4/4/2017). Dalam pertemuan itu, Presiden didampingi oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Pemimpin Pondok Pesantren Darurohman Kyai Haji Syukron Makmun yang mewakili para ulama menyampaikan bahwa Presiden menginginkan para ulama mengeluarkan semua perasaan yang terpendamnya.

"Beliau di samping menyampaikan hal-hal yang telah dilaksanakan pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi, juga menginginkan unek-unek ulama dikeluarkan untuk menyumbangkan pikirannya," kata KH Syukron Makmun di kantor Presiden Jakarta.

KH Syukron mengatakan bahwa para ulama ingin pemerintah tidak menggunakan politik dalam menyelesaikan persoalan bangsa,tetapi dengan hukum yang adil.

"Karena penyelesaian politik itu bisa timbul dan tenggelam, suatu saat bisa timbul karena penyelesaiannya bersifat sanksi politik karena itu kami menginginkan kepada Bapak Presiden, segala persoalan bangsa ini diselesaikan adil yang seadil-adilnya, alhamdullilah tangapan Beliau baik," katanya.

KH Syukron mengatakan para ulama juga berharap Presiden Jokowi bisa membuat pertemuan antartokoh agama untuk menyelesaikan persoalan. "Oleh sebab itu kami harapkan kepada Bapak Presiden untuk membuat pertemuan antartokoh umat agama untuk mengatakan kata sepakat, jangan hanya rukun, rukun, rukun, tapi tidak ada pegangannya," kata dia.

KH Syukron mengatakan prinsip dasar dari kerukunan adalah bahwa semua agama benar menurut pemeluknya masing-masing. "Konsekuensinya, kita saling hormat-menghormati antar-umat beragama, saling harga-menghargai antar umat beragama tapi bukan berarti membenarkan semua agama, semua agama benar menurut penganutnya masing-masing," katanya.

"Maka kita jangan menegakkan agama terhadap orang yang sudah memeluk agama tertentu. Orang yang sudah memeluk agama itu kita hormati, jangan kita suruh pindah ke agama yang lain," tambah dia.

Ia juga menyampaikan kepada seluruh umat beragama untuk tidak gampang tersinggung dan saling menjaga perasaan umat lainnya.

"Perasaan juga perlu dijaga. Saya katakan ke Presiden kalau ada umat Islam yang jumlahnya cuma dihitung dengan jari di tengah-tengah ribuan orang Kristen, tolong jangan mendirikan masjid besar, ini menyinggung perasaan mereka," katanya.

Ia juga memberi masukan terkait pendirian tempat ibadah di Indonesia. "Kami juga mengharapkan umat Kristen yang hidup di tengah umat Islam yang jumlahnya ribuan sedangkan dia jumlahnya hanya 5-10 orang tidak usah mendirikan gereja, hormati perasaan umat Islam dengan gereja yang ada. Ini supaya ada pegangan dalam toleransi," kata dia.

Selain itu para ulama juga menyampaikan harapan mereka agar kekayaan negeri ini bisa dinikmati seluruh pihak dan tidak hanya untuk segelintir masyarakat Indonesia.

Para ulama juga memberikan usul kepada Presiden agar tidak mengenakan pajak kepada tanah wakaf. "Dan mudah-mudahan setelah ini jadi bebas pajak," katanya, menambahkan bahwa Presiden menerima usul itu dan mengetik catatan mengenai usul itu dalam arsip pribadinya.

Menaggapi hal itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa Presiden Jokowi berterima kasih kepada para ulama karena telah berusaha menjaga kerukunan umat beragama.

"Intinya Presiden menyampaikan apresiasi, terima kasih yang tak terhingga atas kiprah, sumbangsih, para ulama selama ini dalam ikut menjaga dan memelihara kehidupan keagamaan di Indonesia," kata Lukman.

Para ulama yang bertemu Presiden antara lain Pemimpin Pondok Pesantren Tebu Ireng KH Irfan Wahid; Rais Syuriah NU Sulawesi SelatanKH Sanusi Baco; cendikiawan Islam Hardadi; dan pemimpin Pondok Pesantren Darurohman Jakarta KH Syukorn Makmun.

Lalu ada pemimpin Pondok Pesantren Modern Pabelan Magelang KH Ahmad Musthofa; pemimpin Pondok Pesantren Al Irsyad Jakarta KH Abdullah Zaidi; pemimpin Pondok Pesantren Cidahu Pandeglang KH Muhtadi Dimyati; Ketua MAJ dan Penasehat Persatuan Islam (Persis) Prof Maman Abdurrahman; dan KH Jeje Jaenudin, Wakil Ketua Umum Persatuan Islam.

Pemimpin Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Ustaz Ahmad Parlaungan Tanjung; cendekiawan Islam Rahman Sabon Nama; Ketua Umum al Wasliah Yusnar Yusuf Rangkuti; Ketua Umum Mathlaul Anwar Banten KH Ahmad Sadeli Karim; Ketua Umum Nadhatul Wathan Mataram KH Siti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid; dan Ketua Umum Al Ittihadiyah Lukmanul Hakim juga hadir.

Selain itu ada KH Sholeh Hasan, pemimpin Pondok Pesantren Khoriatul Umah, Bandung; KH Hasib Wahab Khasbullah, pemimpin Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang; KH Subhan Makmun, pemimpin Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi, Brebes; KH Jazuli Kasmani, pemimpin Pondok Pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti, Klaten; dan KH Aris Nimatullah, pemimpin Pondok Pesantren Buntet, Cirebon.

Baca juga artikel terkait PRESIDEN JOKOWI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto