Menuju konten utama

Suara Kecewa Konsumen KFC saat Pepsi 'Cabut' dan Bakal Diganti

Sejumlah konsumen KFC menilai bahwa Pepsi belum bisa digantikan dengan produk minuman lain.

Suara Kecewa Konsumen KFC saat Pepsi 'Cabut' dan Bakal Diganti
Ilustrasi Coca-Cola VS PepsiCo. FOTO/istockphoto

tirto.id -

“Mas, Pepsinya habis. Diganti Ichi Ocha ok?”

Kalimat itu dilontarkan seorang pramusaji kepada Ray Dhanitra Ahmad, 25 tahun, saat dirinya memesan makanan di salah satu gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, belum lama ini.

Hari itu, Ray tak mengerti mengapa suplai minuman favoritnya habis. Padahal, Pepsi merupakan minuman utama yang dijual di seluruh gerai KFC.

Belakangan, ia baru sadar ketika media mengabarkan bahwa PepsiCo akan hengkang dari Indonesia. Di sejumlah gerai KFC, suplainya juga mulai disetop meski PepsiCo masih terikat perjanjian suplai eksklusif untuk waralaba ayam goreng tersebut.

Kerja sama Pepsi dengan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM)—emiten yang berafiliasi dengan Salim Grup—akan berhenti per tanggal 10 Oktober 2019.

“Waktu itu kesel juga udah enggak ada soda. Ichi Ochanya nambah [biaya] Rp2.500 lagi,” ucap Ray saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (3/10/2019).

Direktur PT Fastfood Indonesia—perusahaan pemegang waralaba eksklusif KFC—Justinus Dalimin, membenarkan bahwa restorannya tak akan lagi mendapatkan suplai Pepsi usai berakhirnya kerja sama tersebut.

Itu artinya, Pepsi beserta variannya seperti Pepsi Blue, Mirinda dan 7UP akan hilang dari deret menu dan berganti dengan minuman soda dari merek lain.

“Kami sudah persiapkan pengalihan ini sebaik-baiknya dan KFC akan bekerja sama dengan coke selanjutnya,” ucap Justinus dalam pesan singkat kepada reporter Tirto Kamis (3/10/2019).

Meski demikian, ia memastikan bahwa peralihan produk ini sudah dipersiapkan dengan baik dan tiaak akan bermasalah dari sisi konsumen. "Beralih mulai bertahap sejak Oktober ini dan customers enggak ada masalah," tegasnya.

Penggemar Pepsi Kecewa

Cakra, salah seorang pelanggan KFC lain,menyebut bahwa hilangnya Pepsi dari restoran tersebut bakal memberikan kesan yang berbeda kepada pelanggan. Tanpa Pepsi, menurutnya pribadi, menu di KFC ibarat "sayur tanpa garam".

“Saya jadi kurang afdol dan mungkin enggak makan di KFC lagi. Kalau pesan paket bisa enggak pilih menu yang sama lagi,” tutur pria 21 tahun itu saat ditemui Tirto di KFC Sarinah, Kamis (3/10/2019).

Di samping itu, bagi Cakra, belum ada merek yang bisa jadi subtitusi Pepsi. Bahkan ia rela pergi ke KFC hanya untuk memesan minuman tersebut.

Kegemarannya mengonsumsi Pepsi sendiri terbentuk lantaran dia biasa makan ayam goreng Kentucky. “Feelnya bakal beda. Belum tentu sreg. Kalau ini sudah habbit dan sudah nyaman, butuh proses kalau nanti diganti,” ucap Cakra.

Di media sosial, kekecewaan penikmat Pespsi juga beredar. Seorang pelanggan KFC dengan akun twitter @nolingual, misalnya, berpikir untuk berhenti mengkonsumsi minuman soda.

"Satu hal yang membuat saya ingin membeli sesuatu di KFC adalah mereka menjual Pepsi. Oke satu lagi alasan untuk tidak meminum soda lagi," tulisnya.

Sementara itu pengguna twitter lainnya, yakni @slstyn mengaku bahwa alasannya pergi ke restoran "Kolonel Sanders" itu justru lebih disebabkan oleh tersedianya menu Pepsi.

"Padahal enakan Pepsi dari pada Coca-Cola. Makanya lebih suka ke KFC dari pada McD," cuitnya.

Mengapa Pepsi Hengkang?

Putusnya kerja sama antara Pepsi dan Indofood sebenarnya terendus saat produk Pepsi mulai sulit ditemukan di berbagai gerai di Indonesia.

Meski penyebab putusnya kerja sama itu belum dibeberkan ke publik, Pepsi dan Indofood tercatat pernah berselisih pada tahun 2016.

Semua bermula dari investigasi lembaga non-pemerintah, Rainforest Action Network (RAN), tentang dugaan pelanggaran hak-hak buruh di perkebunan sawit IndoAgri milik Salim Grup di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Dugaan tersebut kemudian terbukti setelah panel Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) melakukan penelusuran ke PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum)—anak usaha IndoAgri.

Namun, rekomendasi agar Lonsum menyusun action plan untuk mencegah kejadian tersebut berulang tak memuaskan RSPO. Pada Januari 2019 pun, sertifikat keberlanjutan Lonsum ditangguhkan.

Tak terima dengan keputusan tersebut, Lonsum memutuskan mundur dari RSPO dan hanya mengacu pada sertifikasi sawit berkelanjutan yang dilakukan pemerintah Indonesia (ISPO).

Lewat keterangan resminya, PepsiCo menyesalkan keputusan Lonsum tersebut dan menyampaikan bahwa perusahaan patungannya di Indonesia telah menghentikan kerjasama dengan IndoAgri sejak 2017.

"Perusahaan Patungan Indonesia kami berhenti mengambil suplai dari IndoAgri pada Januari 2017 dan PepsiCo melakukan moratorium untuk mendapatkan semua minyak kelapa sawit dari IndoAgri selama tahun 2018," tulis manajemen PepsiCo.

Baca juga artikel terkait PEPSI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana