tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memantau dan memitigasi berbagai faktor yang berpengaruh pada inflasi nasional, baik yang berasal dari eksternal maupun internal. Sampai dengan Juni, Inflasi tercatat 4,35 persen secara year on year (yoy) dan tertinggi sejak lima tahun ke belakang.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu mengatakan inflasi Juni mengalami peningkatan, faktor utamanya yaitu kenaikan harga pangan bergejolak (volatile food) yang signifikan. Di mana pada bulan lalu mencapai 10,07 persen (yoy) (Mei 6,05 persen).
"Mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan, pemerintah secara konsisten berupaya menjaga agar peran APBN sebagai shock absorber dapat berfungsi optimal untuk mengendalikan inflasi, menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga pemulihan ekonomi," katanya di Jakarta, Rabu (5/7/2022).
Dia menuturkan dalam menjaga stabilitas harga pangan, pemerintah akan memberikan insentif selisih harga untuk minyak goreng. Kemudian dengan cara mempertahankan harga jual BBM, LPG, listrik (administered price) tidak mengalami peningkatan.
"Ini semua diharapkan dapat menjaga kecukupan pasokan, kelancaran distribusi serta keterjangkauan harga pangan pokok sehingga dapat melindungi daya beli masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah," ungkapnya.
Peran APBN 2022 sebagai shock absorber juga diimplementasikan. Terutama dalam menjaga harga energi domestik agar tetap stabil melalui alokasi subsidi energi dan kompensasi yang mencapai Rp502,4 triliun.
"Subsidi dan kompensasi energi diberikan untuk menjaga stabilisasi harga, melindungi daya beli serta menjaga momentum pemulihan ekonomi. Mengingat energi merupakan kebutuhan pokok, kebijakan subsidi energi ini vital bagi proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung," tutup Febrio.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono melaporkan inflasi Juni mencapai 4,35 persen secara year on year (yoy). Inflasi ini menjadi tertinggi sejak lima tahun ke belakang.
"Ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Juni tahun 2017, di mana pada saat bulan Juni pada 2017 inflasi kita sebesar 4,37 persen," kata Margo dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/7/2022).
Menurut komponennya, inflasi inti Juni secara yoy berikan andil sebesar 2,63 persen. Kemudian untuk harga diatur pemerintah mencapai 5,33 persen dan harga bergejolak mencapai 10,07 persen.
Sementara berdasarkan kelompoknya makanan, minuman dan tembakau menjadi sumbangsih terbesar terhadap inflasi Juni secara yoy. Di mana komoditas itu memberikan andil 8,26 persen.
Kemudian terbesar kedua diikuti sektor transportasi yang berikan andil 5,45 persen. Lalu sektor peralatan pribadi dan jasa lainnya berikan sumbangsih 4,43 persen.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin