tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 telah menyentuh Rp63,6 triliun per akhir Februari 2021. Angka ini setara dengan 0,36 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
“Sampai Februari, defisit Rp63,6 triliun. Ini dibandingkan tahun lalu Rp61,8 triliun itu terjadi kenaikan 2,8 persen,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (23/3/2021).
Realisasi defisit per Februari 2021 ini setara dengan 6,3 persen dari batas maksimum defisit yang ditetapkan pemerintah pada 2021. Batas itu berada di kisaran Rp1.006,4 triliun atau setara dengan 5,7 persen PDB.
Defisit yang terjadi pada Februari 2021 ini terjadi karena pendapatan negara hanya mencapai Rp219,2 triliun. Sementara belanja negara sudah terealisasi Rp262,7 triliun. Jumlah belanja yang lebih tinggi dari penerimaan menyebabkan selisih yang disebut defisit. Defisit ini harus ditutup oleh pemerintah dengan mencari sumber pembiayaan lain seperti menarik utang dan menerbitkan pinjaman.
Pendapatan negara per Februari 2021 senilai Rp219,2 triliun ini naik 0,7 persen dari realisasi di periode yang sama di 2020. Pada Februari 2020 lalu pendapatan negara hanya mencapai Rp217,6 triliun.
Sementara belanja negara pada Februari 2021 senilai Rp262,7 triliun naik 1,2 persen dari realisasi Februari 2020 senilai Rp279,4 triliun. Nilai belanja Februari 2021 ini juga setara 10,3 persen dari target APBN 2021 yang totalnya mencapai Rp2.750 triliun.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz