tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan fokus menjaga konsumsi domestik untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global.
Selama ini, kata dia, konsumsi domestik masi jadi stimulus perekonomian dan membuat ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik ketimbang negara-negara lain.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga berkontribusi besar bagi produk domestik bruto (PDB) sebesar 56 persen.
"Selama domestik demand masih cukup kuat, mungkin kita bisa menetralisir [tekanan eksternal]," kata Sri Mulyani usai menghadiri pelantikan anggota BPK RI di Gedung Mahkamah Agung di Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Tekanan eksternal terhadap perekonomian Indonesia memang cukup besar. Lembaga dana moneter internasional, IMF, mencatat aktivitas ekonomi global masih lemah setelah melambat tajam dalam tiga kuartal terakhir 2018.
Industri manufaktur bahkan telah anjlok ke level yang tidak terlihat sejak krisis keuangan global akibat meningkatnya tensi perang dagang dan ketegangan geopolitik.
Hal tersebut membuat IMF memangkas kembali pertumbuhan ekonomi global menjadi 3 persen, level terendah sejak 2008-2009 dan merosot 0,3 poin dari outlook ekonomi global April 2019 lalu.
Menyikapi laporan itu, Sri Mulyani menilai bahwa IMF sudah melihat risiko yang sudah terjadi dan menimpa negara berkembang dan negara maju.
"Jadi kita harus waspada dari sisi kondisi eksternal kita, ekspor kita masih hadapi tekanan, dan itu juga pasti akan mempengaruhi pertumbuhan," kata Sri Mulyani.
Meski demikian, ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi tetap berada pada kisaran lima persen. Sedangkan negara lain, menurutnya, mengalami penurunan ekonomi yang cukup tajam, seperti India yang diperkirakan tumbuh 7,3 persen menjadi 6,1 persen.
Begitu juga China yang pertumbuhan ekonominya turun tajam dan berada pada kisaran 6,1 persen dan tahun depan diperkirakan berada di bawah 6 persen.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana