Menuju konten utama

Soal "Propaganda Rusia", TKN Yakin Tak Pengaruhi Hubungan Bilateral

TKN meyakini pernyataan Jokowi soal "propaganda Rusia" tak mempengaruhi hubungan bilateral. Jokowi juga menjelaskan hubungannya dengan Presiden Putin "sangat baik".

Soal
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi berbincang dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov saat pertemuan bilateral di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu (9/8). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id -

Jokowi menyindir lawan tandingnya dalam Pilpres 2019 menggunakan propaganda ala Rusia. Hal itu memicu ketegangan sebab Kedubes Rusia langsung meresponsnya dengan mengatakan tak ikut campur dalam Pemilu di Indonesia.

Meski begitu Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Ace Hasan Syadzily meyakini, pernyataan Jokowi tak akan memicu ketegangan hubungan bilateral Indonesia dengan Rusia.

"Sebetulnya istilah "Propaganda Rusia" itu istilah akademik. Tentu Pak Jokowi hanya mengutip istilah tersebut," kata Ace di Kompleks Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Politikus Partai Golkar tersebut menegaskan, pernyataan Jokowi tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Rusia. Dari pertemuan terakhir, tahun lalu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Singapura, Ace menganggap sampai saat inipun tetap baik-baik saja.

Ace menuturkan, sejauh ini pihaknya belum menyiapkan langkah tertentu untuk bertemu dengan orang-orang Kedubes Rusia. Sebab belum ada nota protes resmi dari Rusia.

"Itu nanti Kementerian Luar Negeri yang bisa menjelaskan soal itu," tutur Ace.

Ace menuturkan, Jokowi bermaksud meminjam istilah dari artikel berjudul The Russian “Firehouse of Falsehood” Model Propaganda yang ditulis oleh Christopher Paul dan Miriam Matthews. Menurutnya teori itu merujuk pada strategi menyemburkan hoaks untuk memenangkan pemilu.

Baginya strategi tersebut tak menguntungkan TKN dalam Pilpres 2019. Sebab pemilih yang tidak rasional akan mudah mengonsumsi hoaks tersebut.

"Kedubes Rusia hanya menyampaikan bahwa tidak ada urusan dengan politik dalam negeri Indonesia. Itu tidak ada kaitannya dengan pernyataan Pak Jokowi," ujar dia.

Istilah ‘propaganda Rusia’ muncul saat calon Presiden petahana Joko Widodo berbicara di hadapan relawan Sedulur Kayu dan Mebel di Aula De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019).

Pada Senin (4/2) akun resmi Twitter milik Kedubes Rusia di Indonesia @RusEmbJakarta langsung membuat pernyataan. Mereka menyebutkan istilah "Propaganda Rusia" direkayasa pada 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Mereka juga menjelaskan, Rusia tidak terlibat dalam proses Pemilu di Indonesia dan negara-negara lain.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Miftah Nur Sabri menilai, calon presiden petahana tak pantas membuat pernyataan "propaganda Rusia". Menurut dia, pernyataan itu dikhawatirkan bisa merusak hubungan baik antara Rusia dan Indonesia.

"Ini sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang Presiden negara besar seperti Indonesia. Indonesia dan Rusia memiliki hubungan yang baik, dan harus menghormati satu sama lain," ujar Miftah kepada Tirto, Senin (4/2/2019).

Calon Presiden petahana Joko Widodo sendiri telah mengklarifikasi ungkapan "Propaganda Rusia". Menurut Jokowi, ungkapan itu tak mengarah kepada negara Rusia, namun merujuk ke istilah yang dipakai Rand Corporation pada 2016.

"Ya, ini kita tidak berbicara mengenai negara ya," kata Presiden Jokowi, usai acara Syukuran 72 Tahun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan syukuran gelar Pahlawan Nasional kepada Profesor Drs Lafran Pane di Jakarta Selatan, Selasa (6/2/2019) malam.

Jokowi juga menjelaskan hubungan bilateral Indonesia-Rusia sangat baik. "Saya dengan Presiden Putin sangat-sangat baik hubungannya," ujar Jokowi menegaskan.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Politik
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Agung DH