tirto.id -
Meski begitu Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Ace Hasan Syadzily meyakini, pernyataan Jokowi tak akan memicu ketegangan hubungan bilateral Indonesia dengan Rusia.
Politikus Partai Golkar tersebut menegaskan, pernyataan Jokowi tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Rusia. Dari pertemuan terakhir, tahun lalu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Singapura, Ace menganggap sampai saat inipun tetap baik-baik saja.
Ace menuturkan, sejauh ini pihaknya belum menyiapkan langkah tertentu untuk bertemu dengan orang-orang Kedubes Rusia. Sebab belum ada nota protes resmi dari Rusia.
Ace menuturkan, Jokowi bermaksud meminjam istilah dari artikel berjudul The Russian “Firehouse of Falsehood” Model Propaganda yang ditulis oleh Christopher Paul dan Miriam Matthews. Menurutnya teori itu merujuk pada strategi menyemburkan hoaks untuk memenangkan pemilu.
Baginya strategi tersebut tak menguntungkan TKN dalam Pilpres 2019. Sebab pemilih yang tidak rasional akan mudah mengonsumsi hoaks tersebut.
Istilah ‘propaganda Rusia’ muncul saat calon Presiden petahana Joko Widodo berbicara di hadapan relawan Sedulur Kayu dan Mebel di Aula De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019).
Pada Senin (4/2) akun resmi Twitter milik Kedubes Rusia di Indonesia @RusEmbJakarta langsung membuat pernyataan. Mereka menyebutkan istilah "Propaganda Rusia" direkayasa pada 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Mereka juga menjelaskan, Rusia tidak terlibat dalam proses Pemilu di Indonesia dan negara-negara lain.
Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami.
— Russian Embassy, IDN (@RusEmbJakarta) February 4, 2019