Menuju konten utama
Pancasila

Sila Pertama Pancasila: Makna Simbol, Nilai dan Butir Pengamalan

Makna simbol bintang di Pancasila, nilai yang terkandung dalam sila ke-1 Pancasila dan butir pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila Pertama Pancasila: Makna Simbol, Nilai dan Butir Pengamalan
Monumen Pancasila Sakti. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.

tirto.id - Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara bangsa Indonesia. Pancasila menjadi pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yakni Panca yang bermakna “lima” dan Sila yang bermakna “prinsip” ataupun “asas”. Sehingga, Pancasila secara sederhana ditafsirkan sebagai lima prinsip dasar yang dipegang sebagai pandangan dan jati diri bangsa Indonesia.

Kelima sila pancasila tersebut meliputi:

1. Ketuhanan yang Maha Esa;

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab;

3. Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Dikutip dari buku Pancasila Budaya Bangsa Indonesia oleh PJ, Soewarno (1993), lima sila Pancasila adalah kesatuan yang tidak terpisah. Namun, dalam pelaksanaan memiliki nilai intensitasnya masing-masing.

Kandungan dari isi Pancasila harus ditafsirkan secara kontekstual, sehingga nilai-nilainya dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Dikutip dari buku Pancasila dalam Pusaran Globalisasi oleh Al Khanif (2017), nilai-nilai luhur Pancasila harus digali sehingga dapat menjadi jalan keluar dalam menghadapi segala tantangan.

Makna Simbol Sila Pertama Pancasila

Kelima sila pancasila dilambangkan dalam sebuah simbol-simbol tertentu. Salah satunya, adalah sila pertama Pancasila, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” yang disimbolkan dalam gambar bintang berwarna kuning dengan sudut lima dan memiliki latar belakang berwarna hitam.

Dikutip dari Modul PPKnbertajuk Garuda di Dadaku oleh Andi Suhardiyanto (2018:8), simbol sila pertama Pancasila mengandung maksud bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, yaitu bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Nilai yang Terkandung dalam Sila 1 Pancasila

Nilai yang terkandung dalam sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, artinya bangsa yang meyakini adanya Tuhan, percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Negara melindungi kemerdekaan tiap-tiap penduduk Indonesia untuk memeluk agamanya masing-masing serta untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

Negara memberikan kebebasan kepada pemeluk agama sesuai dengan keyakinannya, tidak ada paksaan, dan antar penganut agama yang berbeda harus saling hormat menghormati dan bekerja sama.

Pengamalan Sila Pertama Pancasila

Dalam mempermudah pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, negara kemudian mengatur butir-butir pengalaman pancasila dalam ketetapan MPR No.II/MPR/1978 untuk pertama kalinya.

Namun, setelah terjadinya era reformasi, pengaturan terkait pengamalan butir-butir Pancasila termuat dalam Ketetapan MPR No.I/MPR/2003. Berikut butir-butir pengamalan sila pertama Pancasila:

    • Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
    • Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
    • Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
    • Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
    • Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
    • Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
    • Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yantina Debora