Menuju konten utama

Shalat Tarawih Berapa Rakaat: Apa Dalil Hadits, Hukum, & Keutamaan?

Shalat Tarawih berapa rakaat? Apa dalil hadits shalat tarawih pada bulan Ramadhan? Apa hukum shalat tarawih? Apa saja keutamaan sholat tarawih?

Shalat Tarawih Berapa Rakaat: Apa Dalil Hadits, Hukum, & Keutamaan?
Umat muslim melaksanakan salat tarawih pertama Bulan Ramadhan 1442 H di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Senin (12/4/2021). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.

tirto.id - Shalat tarawih sebagai sholat sunnah yang dikerjakan malam hari sepanjang bulan Ramadhan umumnya dikerjakan 8 rakaat (11 rakaat dengan witir) atau 20 rakaat (23 rakaat dengan witir) di Indonesia. Tata cara shalat tarawih dengan jumlah rakaat tersebut memilki dalil hadits dan dalil atsar.

Hukum Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan

Hukum shalat tarawih pada bulan Ramadhan adalah sunnah muakkad, atau sunnah yang sangat dianjurkan. Diriwayatkan dari jalur Aisyah, pada sebuah malam bulan Ramadhan, Rasulullah saw. shalat di masjid, lalu diikuti oleh beberapa orang sahabat. Pada malam kedua, beliau shalat lagi, dan sahabat yang mengikuti lebih banyak.

Pada malam ketiga atau keempat, para sahabat berkumpul (untuk menunaikan shalat), tetapi Nabi saw. tidak keluar shalat bersama mereka. Pagi harinya, beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tahu apa yang kalian lakukan semalam. Tiada sesuatu pun yang menghalangiku untuk keluar dan shalat bersama kalian, hanya saja aku khawatir (shalat tarawih itu) akan diwajibkan atas kalian." (H.R. Muslim)

Dalam kesempatan lain, Abu Hurairah menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, " Barangsiapa yang menunaikan shalat pada malam bulan Ramadhan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni." (H.R. Muslim)

Terdapat beberapa versi soal jumlah rakaat dalam shalat tarawih, ada yang 8 rakaat, 20 rakaat, atau 36 rakaat. Setiap versi memiliki dasar dalil sendiri-sendiri yang kuat. Di Indonesia secara umum, warga Muhammadiyah mengerjakan shalat tarawih 8 rakaat, sedangkan warga NU sejumlah 20 rakaat.

Dalil Hadits Shalat Tarawih 8 Rakaat (11 Rakaat dengan Witir)

Dalil bahwa shalat tarawih dikerjakan 8 rakaat merujuk pada riwayat dari Aisyah, ketika ia ditanyai mengenai shalat Rasulullah saw di bulan Ramadan. Aisyah menjawab bahwa Nabi saw. tidak pernah melakukan shalat sunnah di bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari

11 rakaat.

Aisyah berkata, "Beliau shalat 4 rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. kemudian beliau shalat lagi 4 rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat.” (HR. al-Bukhari).

Pengerjaan shalat tarawih 8 rakaat sendiri terbagi menjadi 2. Berdasarkan riwayat Aisyah di atas, shalat tarawih dikerjakan 4 rakaat demi 4 rakaat kemudian ditutup dengan 3 rakaat shalat witir.

Terdapat pula riwayat lain yang menunjukkan Rasulullah saw. pernah mengerjakan shalat tarawih 8 rakaat dengan 2 rakaat demi 2 rakaat, ditutup dengan shalat witir 3 rakaat dengan 2 kali salam (dibagi 2 rakaat dan 1 rakaat).

Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhany bahwa ia mengamati shalat Rasulullah saw pada sebuah malam. Nabi shalat 2 rakaat khafifatain, lalu beliau shalat 2 rakaat panjang-panjang, kemudian shalat 2 rakaat yang kurang panjang dari shalat sebelumnya, lalu beliau shalat lagi 2 rakaat yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, kemudian shalat 2 rakaat yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, lalu beliau shalat lagi 2 rakaat yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, kemudian shalat 2 rakaat yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, dan beliau melakukan witir (satu rakaat). Demikianlah (shalat) 13 rakaat.” (H.R. Muslim).

Dalil Hadits Shalat Tarawih 20 Rakaat (23 Rakaat dengan Witir)

Pengerjaan shalat tarawih 20 rakaat dimulai pada masa khalifah Umar bin Khattab. Dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadhan karya Ma'ruf Khozin, terdapat 4 tabiin yang meriwayatkan tarawih dilakukan 20 rakaat, yaitu Said bin Yazid, Yazid bin Rauman, Yahya bin Said al-Qathan, dan Abdul Aziz bin Rafi'.

Abdul Aziz bin Rafi' menyebutkan, "Ubay bin Ka’b menjadi imam (shalat) tarawih di bulan Ramadhan di

Madinah sebanyak 20 rakaat dan witir 3 rakaat”.

Sementara itu, Said bin Yazid menyampaikan, "Umar (bin Khattab) mengumpulkan umat Islam di bulan Ramadhan dengan Imam Ubay bin Ka’b dan Tamim al-Dari, dengan 21 rakaat (atau 23 rakaat dalam riwayat lain). Mereka membaca ayat-ayat ratusan. Baru selesai ketika menjelang Subuh”.

Imam at-Tirmidzi berkata, "Mayoritas ulama mengikuti riwayat Umar, Ali dan sahabat Rasulullah yang lainnya sebanyak 20 rakaat. Ini adalah pendapat al-Tsauri, Abdullah bin Mubarak dan asy-Syafii. Asy-Syafii berkata, "Seperti ini yang saya jumpai di Negeri kami Makkah. Umat Islam salat 20 rakaat” (Sunan at-Tirmidzi 3/169)

Keutamaan Shalat Tarawih

Beberapa keutamaan shalat Tarawih adalah sebagai berikut.

Dosa-dosa yang terdahulu diampuni Allah, dengan syarat ia mengerjakan shalat tarawih secara tulus ikhlas. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan shalat pada malam bulan Ramadhan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni." (H.R. Muslim)

Salah satu upaya mendapatkan berkah pahala Ramadhan yang dilipatgandakan. Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang pada bulan (Ramadhan) itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan." (HR. Bukhari-Muslim).”

Melengkapi shalat wajib yang pengerjaannya kurang sempurna, karena shalat adalah amal ibadha pertama yang dihisab Allah pada Yaumul Akhir. Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya yang pertama kali akan di hisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya".

Allah Jalla wa 'Azza berfirman kepada Malaikat, "Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang? Sekiranya sempurna, maka catatlah baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan, periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?

Jika terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, "Cukupkanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya." (H.R. Abu Dawud)

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya