tirto.id - Tari saman dari Aceh memiliki sejarah yang panjang sebelum mendunia dan dipentaskan di acara-acara kesenian global. Warisan budaya masyarakat Gayo ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-13.
Tak hanya dikenal dengan gerakannya yang indah dan selaras, tari saman juga terkenal dengan makna filosofi yang dalam. Tarian ini bukan hanya sebuah seni pertunjukkan.
Tarian ini juga merupakan simbol budaya dan persahabatan, penggambaran keindahan alam, dan penyampaian pesan moral.
Dikutip dari Antara, pada 2011 Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO telah mengakui tari saman sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
Sejarah Tari Saman dari Aceh
Sejarah tari saman dari Aceh diperkirakan sudah berjalan selama ribuan tahun. Para sejarawan percaya bahwa tarian ini juga sudah dikenal masyarakat setempat sebelum era kolonial, tepatnya bersamaan dengan masuknya ajaran Islam ke Nusantara.
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tari saman dipercaya sudah ada sejak abad ke-13. Abad ke-13 sendiri berlangsung antara tahun 1201 hingga 1300 atau era yang sama ketika kerajaan Islam pertama berdiri.
1. Asal kata dan awal mula kelahiran tari saman
Kata 'saman' dalam tari saman berasal dari nama seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Aceh, yaitu Syekh Saman. Belum jelas apakah tarian saman ini diciptakan oleh Syekh Saman atau bukan karena tidak ditemukan sumber tertulis.
Namun, menurut Bahry, dkk. dalam Saman Kesenian dari Tanah Gayo (2014) kemungkinan tarian ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Gayo dengan nama pok ane.
Pok ane sendiri adalah kesenian tradisional masyarakat Gayo berupa tepuk tangan dan tepuk paha sambil bernyayi. Kesenian ini berkembang di hampir setiap wilayah Gayo.
Lalu, kesenian pok ane dimanfaatkan oleh Syekh Saman untuk menyebarkan agama Islam. Syekh Saman memodifikasi pok ane dengan menanamkan ajaran-ajaran Islam di dalamnya.
Contoh ajaran Islam yang dimasukkan ke dalamnya adalah pujian-pujian kepada Tuhan, kalimat syahadat, hingga salam sapaan ala Islam "assalamualaikum." Berkat kesenian ini, agama Islam berkembang pesat di berbagai wilayah Aceh.
2. Tari saman menyebar ke wilayah Aceh
Seiring berjalannya waktu, tari saman yang diperkenalkan oleh Syekh Saman ini menyebar ke berbagai wilayah Aceh.
Wilayah-wilayah tempat berkembangnya tari saman termasuk Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Timur, hingga Kabupaten Aceh Tamiang (Tamiang Hulu).
Pesatnya perkembangan tari saman di wilayah ini karena disukai oleh banyak anak-anak muda. Berdasarkan cerita masyarakat setempat, anak-anak muda yang sedang tidak bekerja akan memainkan tarian ini sebagai hiburan.
Tari saman yang berkembang di Aceh tak bukan hanya berisi gerakan tangan dan kata-kata pujian kepada Tuhan saja. Masyarakat Aceh juga menambahkan syair-syair nasihat di dalamnya yang berkaitan dengan ajaran agama.
Syair-syair tersebut bisa berupa nasihat untuk hormat kepada orang tua, ganjaran dosa, dan nilai-nilai agama lainnya.
Tarian ini mulai dipertunjukkan sebagai hiburan rakyat. Pada zaman dahulu, tari saman hanya boleh dilakukan oleh kaum pria saja dengan jumlah penari harus ganjil. Namun saat ini, tari saman juga dilakukan oleh perempuan.
3. Perkembangan tari saman di zaman kolonial
Catatan sejarah menunjukkan bahwa tari saman sudah ada dipertunjukkan jauh sebelum zaman kolonial. Masih menurut Bahry, dkk. tari saman tercatat dalam catatan perjalanan Marcopolo.
Berdasarkan catatan tersebut, Marcopolo melihat masyarakat Gayo memainkan tari saman ketika ia singgah di Kerajaan Pase (Samudera Pasai) pada 1292.
Kemudian, ketika Belanda datang ke Indonesia pada abad ke-15, kesenian tari saman sempat dihentikan sementara. Hal ini karena pemerintah Belanda menganggap bahwa tarian saman mengandung unsur magis hingga dilarang untuk dimainkan.
Namun, tarian saman yang telah mengakar dalam budaya masyarakat Aceh tetap dilestarikan. Bahkan, sebelum kemerdekaan ketika Indonesia masih berjuang melawan penjajah, syair-syair di dalam tari saman diperkaya dengan pesan-pesan semangat perjuangan rakya aceh.
4. Perkembangan tari saman di lingkup nasional dan internasional
Pada era modern, tari saman dipertunjukkan di panggung besar pada tahun 1970-an. Pertunjukan ini bertepatan dengan festival Pekan Kebudayaan Aceh yang berlangsung di Banda Aceh pada 1972.
Tarian ini menyita banyak perhatian masyarakat secara nasional termasuk ibu negara saat itu, Tien Soeharto. Ia begitu terpesona dengan keindahan tari saman, sehingga menjulukinya sebagai "tari tangan seribu."
Sejak saat itu, tari saman banyak dikirim untuk mewakili Indonesia di berbagai festival budaya luar negeri. Sepanjang 1972, tarian ini sudah diperkenalkan di Malaysia, Spanyol, Maroko, hingga Amerika Serikat.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1974 tarian saman kembali dipertunjukkan di pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kesenian ini juga diperkenalkan di berbagai agenda nasional bahkan acara kesenian di luar negeri.
Salah satu acara besar yang menjadi tonggak dikenalnya tari saman di mata internasional adalah saat tarian ini dipentaskan di Festival Internasional Jakarta 1978.
Puncaknya, tari saman berhasil diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh ICH UNESCO. Tarian ini menjadi warisan budaya kesenian ke-12 Indonesia yang diakui oleh UNESCO.
Selanjutnya, tari saman menjadi salah satu jenis tarian kebanggan Indonesia. Pada 2017 tarian ini berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI).
Masih menurut Kemendikbud, rekor yang dipecahkan adalah tari saman oleh tari terbanyak di Indonesia dengan melibatkan 12.262 penari. Rekor ini dipecahkan di Stadion Seribu Bukit Blangkejeren Gayo Lues Provinsi Aceh pada Agustus 2017.
Tarian ini juga sukses memukau audiens global ketika disajikan sebagai pembukaan Asian Games 2018.
Gerakan Tari Saman dan Penjelasan Maknanya
Tari saman Aceh memiliki gerakan yang unik berupa gerakan berulang-ulang namun selaras antar para penarinya. Menurut N. Farhilah dalam Mengenal Kesenian Nasional 11: Tari Saman (2020) gerakan tari saman ada lima.
Kelima gerakan tersebut terbagi dalam setiap babak, mulai dari awalan hingga penutup. Berikut gerakan tari saman dan penjelasan maknanya:
1. Gerakan persalaman
Gerakan persalaman dilakukan para penari saman di awal tari saman. Gerakan persalaman ada dua jenis, yaitu rengum dan salam.
Rengum diambil dari bahasa setempat yang artinya bergumam. Pada gerakan ini, penari tidak melakukan apapun selain merengum 'mmmmm' dengan nada khusus.
Rengum juga disertai dengan gumaman 'laila la ho laila la ho.' Gumaman itu berasal dari kalimat syahadat 'la ilaaha illallah' yang artinya tiada Tuhan selain Allah.
Biasanya, pada saat penari melakukan rengum para penonton akan terdiam dan suasana menjadi sangat tenang.
Setelah rengum, penari akan mengucapkan salam kepada para hadirin dengan berucap 'assalamualaikum' atau 'salamualaikum.' Barulah, setelah penari mengucap salam, tarian dimulai dengan riuh tepukan tangan.
Baik rengum dan salam adalah gerakan bermakna penting dalam tari saman.
Rengum menggambarkan cara manusia menyampaikan pujian akan kebesaran Tuhan. Rengum juga digunakan untuk menyamakan suara antara para penari.
Sementara salam dilakukan untuk menggambarkan sifat masyarakat Aceh yang ramah, menjunjung tinggi adab, dan beretika. Melalui salam, para penari meminta izin kepada setiap orang yang hadir untuk mempersembahkan tarian.
2. Gerakan ulu ni lagu
Ulu ni lagu bermakna gerakan kepala lagu atau awalan tarian saman. Saat babak ulu ni lagu, para penari akan menggerakkan tangan dan kepala dalam ritme yang lebih lambat.
Biasanya, pada tahap ini para penari akan menyampaikan syair-syair yang berisi nilai-nilai nasihat. Contoh syair yang dinyanyikan dalam tari saman misalnya, "kadang berdosa péh kite ku Tuhen, negon perbueten i wasni ingin ini.”
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, maka makna syair tersebut adalah "mungkin berdosa juga kita kepada Tuhan, melihat tingkah laku pada malam ini."
3. Gerakan lagu-lagu
Gerakan lagu-lagu adalah puncak tari saman. Pada gerakan ini, gerakan kepala, tepukan tangan, dan badan penari mulai bergerak cepat.
Tak hanya dari gerakan, syair-syair yang dinyanyikan ritmenya juga semakin kencang. Daya tarik utama dari gerakan ini adalah keseragaman dan kedinamisan yang bisa diciptakan oleh penari.
Syair-syair yang dinyanyikan dalam gerakan ini biasanya memuat nilai-nilai sosial, budaya, dan agama. Sementara itu, gerakan-gerakan yang dinamis antar para penari melambangkan gotong royong dan kekeluargaan.
4. Gerakan uak ni kemuh
Uak ni kemuh adalah gerakan dengan ritme yang lebih bervariasi dari pada gerakan lagu-lagu. Gerakan ini dilakukan untuk menjaga energi penari dari gerakan cepat di babak sebelumnya.
Umumnya, gerakan ini dimula dengan lebih lambat. Kemudian setelah penari dinilai cukup istirahat, maka pemimpin akan memberi aba-aba untuk mempercepat ritme gerakan kembali. Gerakan yang dihasilkan berupa memukul dada, memukul paha, dan bertepuk tangan.
Bunyi-bunyian yang dihasilkan berbeda dari sebelumnya dan tetap selaras.
5. Gerakan penutup
Gerakan penutup adalah akhir dari tari saman. Gerakan ini menjadi lebih lambat dari pada gerakan sebelum-sebelumnya.
Biasanya, pada gerakan penutup ini para penari akan menyanyikan syair-syair yang berisi kata perpisahan, pesan-pesan bijak, dan permintaan maaf jika ada salah kata.
Maknanya kurang lebih sama dengan gerakan salam, di mana menggambarkan masyarakat Aceh yang begitu menjunjung tinggi etika.
Editor: Dhita Koesno