tirto.id - Revolusi Nasional merupakan peristiwa sejarah penting dalam kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan sejarah, pelajar dan mahasiswa punya peran penting dalam peristiwa Revolusi Nasional Indonesia.
Revolusi Nasional atau Revolusi Kemerdekaan adalah peristiwa penting yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan. Menurut Martina Safitry, dkk., dalam Sejarah (2022), setelah proklamasi kondisi di Indonesia masih belum stabil.
Banyak pihak-pihak yang mencoba merebut kembali kekuasaan di Indonesia, termasuk Belanda dibantu Inggris dan pasukan Sekutu. Kondisi ini menyebabkan perang di berbagai wilayah Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
Perang-perang yang terjadi selama era Revolusi Nasional bukan dilakukan oleh militer dan negarawan saja. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia diketahui ikut terlibat dalam perjuangan tersebut.
Di antara kalangan rakyat yang terlibat ada kaum buruh, kaum santri, perempuan, pemuda, dan tentunya pelajar serta mahasiswa. Namun, bagaimana peran mereka dalam Revolusi Nasional?
Apa yang Dimaksud Revolusi Nasional Indonesia?
Revolusi Nasional merupakan masa ketika Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa ini terjadi mulai tahun 1945 hingga 1949, tepatnya setelah Perang Dunia II berakhir.
Revolusi Nasional terjadi karena Belanda dan Sekutu mencoba mengambil alih kekuasaan di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Pemerintahan Belanda menggandeng Inggris untuk mengambil alih Indonesia. Mereka berdalih ingin membebaskan tahanan perang dan melucuti senjata dari Jepang.
Niat Belanda untuk mengambil alih kekuasaan di Indonesia ditentang oleh rakyat. Hal ini menyebabkan rakyat memutuskan untuk melawan dan berjuang mempertahankan kemerdekaannya.
Pertahanan rakyat ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Revolusi Nasional. Peristiwa tersebut disebut demikian karena terjadi pada waktu yang bersamaan dan secara nasional terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia
Perlu diketahui bahwa Revolusi Nasional bukan hanya mengandalkan kontak senjata atau perang. Para pejuang Revolusi Nasional turut serta bergerak lewat jalur diplomasi demi memperoleh pengakuan internasional.
Perjuangan ini menggandeng seluruh elemen dalam masyarakat Indonesia, mulai dari militer, politisi, para perempuan, sastrawan, pelajar, dan mahasiswa.
Masa akhir Revolusi Kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 1949. Hal ini ditandai lewat pengakuan Kerajaan Belanda terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia atas tanahnya sendiri. Pengakuan tersebut dilakukan oleh pihaknya pada 29 Desember 1949.
Peran Pelajar dan Mahasiswa dalam Revolusi Nasional
Seperti yang disebutkan sebelumnya, selama masa Revolusi Nasional terjadi seluruh elemen masyarakat ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Rakyat yang ikut serta dalam perjuangan Revolusi Nasional adalah pelajar dan mahasiswa.
Contohnya dalam peristiwa Pertempuran Surabaya November 1945. Masih menurut Safitry, dkk., di kalangan arek-arek Suroboyo yang ikut bertempur, banyak di antaranya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
Para pelajar tersebut berani mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan tanah air. Pelajar dan mahasiswa yang ikut serta berjuang melawan penjajah umumnya berasal dari perkumpulan pelajar yang terbentuk sebelum proklamasi kemerdekaan.
Sejak era Pergerakan Nasional, organisasi-organisasi pemuda memang tumbuh pesat di tanah air. Organisasi-organisasi ini pula yang berperan melahirkan tokoh-tokoh nasional yang berjasa dalam meraih kemerdekaan.
Menurut Tilaar dalam Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional (1998) menyebut ada beberapa organisasi pelajar dan mahasiswa yang berperan dalam Revolusi Nasional.
Salah satu organisasi tersebut adalah Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Organisasi ini menghimpun para pelajar yang berada di Yogyakarta dan Magelang pada 1945.
Organisasi IPI didirikan untuk membentuk pasukan pertahanan di Indonesia. Hal ini dibuktikan lewat perkembangannya yang membentuk Markas Pertahanan Pelajar (MPP) untuk perjuangan rakyat di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Selain IPI, rakyat Indonesia membentuk Tentara Pelajar (TRIP). Sesuai namanya, Tentara Pelajar menghimpun para pelajar sekolah menengah yang dilatih sebagai prajurit pertahanan rakyat.
Para anggota TRIP ini juga berpartisipasi dalam perjuangan fisik yang terjadi pada Revolusi Nasional. Salah satu tokoh terkenal dalam Tentara Pelajar adalah Mayor Jenderal (Mayjen) Moestopo.
Mayjen Moestopo berperan dalam mengukuhkan pasukan pelajar sebagai Tentara Pelajar. Pengukuhan tersebut dilakukan di Lapangan Pingit, Yogyakarta, pada 17 Juli 1946.
Ada juga peran mahasiswa kedokteran Ikka Dai Gaku atau yang saat ini dikenal sebagai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Masih menurut Tilaar, para mahasiswa kedokteran ini menjadi pelopor dalam revolusi fisik dan melahirkan tokoh-tokoh politik yang berperan besar dalam Revolusi Nasional.
Tokoh-Tokoh Era Revolusi Nasional Indonesia
Ada beberapa nama tokoh penting yang terlibat dalam masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Berikut daftar tokoh yang berkontribusi di era Revolusi Nasional Indonesia:
1. Soekarno
Soekarno merupakan tokoh penting dalam era Revolusi Nasional Indonesia karena statusnya sebagai Presiden RI kala itu. Soekarno berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia lewat jalur diplomasi.
Berkat kelihaiannya dalam berpolitik, Soekarno menjalin hubungan dengan banyak negara, temasuk negara-negara yang belum merdeka. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengakuan internasional bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat.
Soekarno tidak hanya berperan dalam Revolusi Nasional. Ia juga ikut terlibat dalam upaya-upaya meraih kemerdekaan dan bergabung dalam panitia persiapan kemerdekaan Indonesia.
2. Mohammad Hatta
Mantan Wakil Presiden Indonesia, Mohammad Hatta juga merupakan tokoh yang punya peran penting dalam mempertahankan Kemerdekaan. Sama seperti Soekarno, Bung Hatta berkontribusi lewat politik dan diplomasi.
Salah satu prestasi penting Bung Hatta dalam Revolusi Nasional adalah mempertahankan naskah Perjanjian Linggarjati pada 1947. Saat itu, ia sedang diburu pihak Belanda karena terjadi Agresi Militer I. Namun, ia berhasil lolos dan mempertahankan naskah asli perjanjian tersebut.
Bung Hatta juga berperan dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia lewat Perjanjian Renville. Ia juga menjadi salah satu Perdana Menteri Indonesia di era Republik Indonesia Serikat 1948.
3. Bung Tomo
Sutomo alias Bung Tomo terlibat dalam peristiwa penting di era Revolusi Nasional, yaitu Pertempuran Surabaya, Peristiwa yang terjadi pada 10 November 1945 adalah cikal bakal tercetusnya Hari Pahlawan.
Bung Tomo adalah seorang jurnalis yang mempunyai jiwa kepemimpinan tinggi. Berkat kemampuannya dalam berorasi, Bung Tomo berhasil membangkitkan semangat juang Arek-arek Suroboyo untuk melawan di Pertempuran Surabaya.
Bekerja sama dengan BPRI, Bung Tomo menyerukan semangat kepada rakyat Indonesia di Surabaya untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan yang belum lama dicapai.
4. H.R. Mohammad Mangoendiprodjo
H.R. Mohammad Mangoendiprodjo merupakan tokoh
Pahlawan Nasional yang juga berjasa di Pertempuran Surabaya 10 November. Ia termasuk sebagai anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berperan penting dalam Pertempuran Surabaya.Ia bertugas sebagai penghubung antara Inggris dan Indonesia untuk mencegah Inggris melebarkan pengaruh di Surabaya.
5. Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Kemerdekaan Indonesia pada 1964. Tokoh nasional asal Probolinggo itu merupakan Pahlawan Nasional termuda di Indonesia.
Jenderal Sudirman berjasa dalam pemimpin pasukan di era Revolusi Kemerdekaan. Dikutip dari situs Kemendikbud, Jenderal Sudirman berperan dalam melucuti senjata Jepang, memimpin Pertempuran Ambarawa, hingga melakukan reorganisasi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Saat melancarkan taktik perang gerilya, Jenderal Sudirman sedang dalam keadaan sakit tuberkulosis. Hal tersebut menyebabkan paru-parunya hanya berfungsi sebelah.
Ia meninggal pada usia yang masih muda, yaitu 34 tahun pada 1950 karena penyakitnya semakin parah. Namun, berkat jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia ia mendapat gelar sebagai pahlawan nasional. Tak hanya itu, nama Jenderal Sudirman juga diabadikan di jalan-jalan protokol berbagai kota.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya