Menuju konten utama

Rangkuman PAI Sifat Siddiq: Artinya & Cara Meneladani dalam Islam

Siddiq artinya selalu berkata jujur dan benar, selain dari amanah, tablig, dan fatanah.

Rangkuman PAI Sifat Siddiq: Artinya & Cara Meneladani dalam Islam
Ilustrasi Jujur. foto/IStockphoto

tirto.id - Salah satu sifat wajib dari seorang rasul adalah "siddiq" atau sidik. Siddiq artinya selalu berkata jujur dan benar, selain dari sifat terpuji lainnya, yaitu amanah, tablig, dan fatanah. Kebenaran yang dijunjung seorang rasul amat penting, sebab ia membawa wahyu dari Allah SWT. Perkataan orang yang sidik juga harus bisa dipercaya untuk menyampaikan kebenaran ilahiyah dari Allah SWT.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita diwajibkan untuk meneladani sifat-sifat beliau SAW, termasuk karakter sidik-nya. Sebab, salah satu misi ajaran Islam yang universal di muka bumi ini adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini disampaikan Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia," (H.R. Baihaqi).

Dengan demikian, sifat siddiq atau kejujuran yang merupakan salah satu akhlak utama dari Rasulullah SAW, serta teladan yang harus diikuti umat Islam. Anjuran berlaku sidik ini tertera dalam banyak nas Al-Quran dan hadis, di antaranya:

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan berucaplah dengan ucapan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal kalian, dan mengampuni dosa-dosa kalian, dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya maka ia telah memperoleh kemenangan yang besar” (QS. Al-Ahzaab : 70-71).

Bentuk-Bentuk Sifat Sidik (Siddiq) dalam Islam

Secara umum, sifat sidik terbagi menjadi lima bentuk, yaitu sidik dalam niat dan kemauan, sidik dalam perkataan, sidik dalam berjanji, sidik dalam bermuamalah, dan sidik dalam berpenampilan sesuai kenyataan. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Sidik dalam Niat dan Kemauan

Ketika seorang muslim bertekad melakukan suatu hal, niatnya jujur mengharapkan rida Allah SWT, tidak mengharapkan hal buruk, atau berlandaskan pada dosa dan kejahatan.

Urgensi sidik dalam niat ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya," (H.R. Bukhari dan Muslim). Bahkan, suatu perbuatan ibadah, jika diniatkan agar dipuji orang lain, bukannya memperoleh pahala, malahan berujung pada dosa.

2. Sidik dalam Perkataan

Sifat sidik yang lazim dipahami adalah sidik dalam perkataan, menjauhi ucapan bohong, serta senantiasa berkata benar. Kewajiban berkata jujur ini tertera dalam sabda Rasulullah SAW:

"Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin kepada kalian balasan surga: [1] jujurlah ketika berbicara, [2] penuhilan janji, [3] tunaikan jika dipercaya, [4] jagalah kemaluan kalian, [5] tundukkan pandangan kalian, dan [6] tahanlah tangan kalian," (H.R. Ahmad).

3. Sidik dalam Berjanji

Berdasarkan hadis di atas, bentuk sidik yang sangat penting adalah kejujuran dalam berjanji. Ketika ia mengucapkan janji, dalam hatinya ada tekad jujur untuk menunaikan janji tersebut, meskipun janji pada hal yang remeh-temeh, atau janji pada anak kecil sekalipun.

Sidik dalam berjanji ini adalah sifat seorang rasul yang dipuji-puji Allah SWT dalam Al-Quran sebagai berikut: "Dan ceritakanlah [Hai Muhammad] kisah Ismail [dalam Al-Quran]. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi," (QS. Maryam [19]: 54).

4. Sidik dalam Bermuamalah

Bentuk sifat sidik yang selanjutnya adalah sidik dalam bermuamalah. Artinya, ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, ia selantiasa bersikap jujur dan tidak berbohong.

Sebagai misal, dalam perkara niaga, ia tidak menipu, memalsu, atapun berkhianat. Ketika ia menjual barang dagangan, ia tidak mengurangi timbangan. Jikapun ia membeli, ia tidak memperberat takaran atau menambah timbangannya.

5. Sidik dalam Berpenampilan sesuai Kenyataan.

Seorang muslim juga dianjurkan untuk sidik dalam berpenampilan. Jika ia hidup bersahaja, ia tidak boros dan menampilkan diri seolah-olah orang kaya.

Sebagai misal, ketika seorang anak dari keluarga pra-sejahtera bergaul di sekolah, kemudian ia malu dengan penampilannya, ia memaksakan diri membeli busana mahal yang di luar kemampuan orang tuanya.

Orang yang demikian menipu dirinya sendiri dan orang lain. Jika tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan, orang yang berpenampilan tidak sesuai dengan kenyataan akan terbebani oleh selera fesyen dan cara berpakaiannya sendiri.

Baca juga artikel terkait SIFAT TERPUJI DALAM ISLAM atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani