Menuju konten utama

Proses Terjadinya Banjir Berdasarkan Jenis dan Penyebabnya

Proses terjadinya banjir bisa berbeda-beda tergantung pada jenis dan penyebabnya. Berikut penjelasan tentang bagaimana proses terjadinya banjir.

Proses Terjadinya Banjir Berdasarkan Jenis dan Penyebabnya
Warga naik perahu di depan rumah yang terendam banjir di Desa Ketanjung, Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, Minggu (17/3/2024). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/nym.

tirto.id - Proses terjadinya banjir bisa berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Banjir bandang dan genangan jelas berbeda dari segi proses meskipun penyebabnya bisa sama. Proses banjir rob dengan banjir luapan kali pun berbeda.

Banjir adalah luapan air di daratan yang melampaui batas normal sehingga menggenangi suatu kawasan. Bencana banjir acap terjadi di wilayah tropis dengan topografi tidak rata, terutama saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Karena itu, banyak wilayah Indonesia menjadi kawasan rawan banjir.

Banjir bisa berdampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Bencana banjir tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Bagaimana Proses Terjadinya Banjir?

Proses terjadinya banjir umumnya diawali curah hujan tinggi atau ekstrem. Namun, ada juga banjir yang tidak dipengaruhi oleh curah hujan.

Sebagian kejadian banjir terjadi ketika sungai dan drainase tidak mampu menampung air hujan. Akibatnya, air meluap dan merendam kawasan permukiman, sawah, hingga jalan.

Proses berbeda terjadi pada banjir bandang, banjir rob, serta banjir lahar dingin. Banjir di pesisir (banjir rob) biasanya tidak diawali curah hujan tinggi melainkan kenaikan muka air laut.

Memahami jenis-jenis banjir beserta proses dan penyebabnya bisa membantu kita dalam mencari solusi dan langkah pencegahan yang tepat. Berikut ini penjelasan tentang proses terjadinya banjir berdasarkan jenis dan penyebabnya:

1. Proses Terjadinya Banjir Karena Sampah

Banjir akibat sampah menjadi masalah serius di banyak kota. Sampah yang menumpuk di saluran air menghambat aliran dan memicu luapan yang menggenangi daerah sekitar.

Saat musim kemarau, penumpukan sampah di sungai atau saluran air mungkin terlihat bukan masalah besar. Namun, pada musim hujan, ia bisa menjadi awal bencana banjir.

Ketika curah hujan meningkat, volume air sungai maupun selokan pun bertambah. Ketika hujan deras terjadi, debit air meningkat pesat. Namun, karena ada tumpukan sampah di titik-titik sempit aliran sungai maupun selokan, aliran air macet. Banjir lantas terjadi.

Sampah yang mengapung juga memperparah situasi dengan memblokir aliran air. Selain menyebabkan banjir, sampah mencemari lingkungan dan membahayakan ekosistem air.

Solusi untuk mengatasi masalah ini dengan pengelolaan sampah yang baik, termasuk daur ulang, pengurangan plastik sekali pakai, dan pembersihan saluran air secara rutin.

2. Proses Terjadinya Banjir Rob

Banjir rob terkait dengan pasang-surut air laut. Banjir rob terjadi ketika air laut meluap ke daratan akibat gelombang pasang.

Ketika laut pasang, air masuk ke muara sungai menggenangi area pesisir. Ketika air laut surut, air kembali mengalir ke laut.

Pasang-surut laut dipengaruhi oleh posisi bulan dan matahari. Ketika bulan dan matahari berada pada satu garis lurus dengan posisi bumi di tengah (seperti saat bulan purnama), pasang-surut air laut akan lebih kuat.

Selain pasang-surut air laut, tinggi daratan di pesisir dan laju abrasi dapat memengaruhi banjir rob. Daratan pesisir yang rendah dan terus menurun akan memicu banjir rob makin parah. Demikian pula jika abrasi tidak berhasil dicegah, banjir rob bisa menjangkau area yang lebih jauh dari sekitar pantai.

Banjir rob dapat memicu kerusakan di daerah pesisir, termasuk rumah, infrastruktur, dan lahan pertanian. Banjir rob juga memperburuk kehidupan masyarakat di dekat pantai.

3. Proses Terjadinya Banjir Lahar Dingin

Banjir lahar dingin terjadi ketika material vulkanik seperti batuan, lumpur, dan debu dari puncak gunung api bercampur dengan air hujan yang mengalir ke sungai. Campuran ini, yang disebut lahar dingin atau lahar hujan, memiliki kecepatan tinggi dan dapat meluap dari sungai, menyebabkan banjir.

Kapasitas sungai yang terbatas bisa memperparah situasi. Apalagi aliran lahar dingin dari puncak gunung api dapat bergerak dengan kecepatan hingga 100 km per detik, mirip banjir bandang.

Saat banjir lahar dingin terjadi, luapan yang menggenangi kawasan sekitar aliran sungai tak hanya air melainkan juga pasir, lumpur, dan batu. Dampak kerusakannya dapat lebih parah daripada akibat luapan banjir air biasa.

Setelah banjir lahar dingin berlangsung, sungai akan mengalami pendangkalan. Material lumpur, pasir, dan batu dari puncak gunung api yang terbawa air bisa menyumpal aliran sungai. Jika sungai tidak segera dikeruk secara intensif, banjir berulang akan terjadi dan banyak saluran irigasi sawah akan mengering.

4. Proses Terjadinya Banjir Bandang

Banjir bandang terjadi ketika curah hujan tinggi melanda kawasan dataran tinggi maupun pegunungan. Ketika lahan di pegunungan tidak mampu menyerap air, sementara kondisi aliran sungai kurang memadai, limpahan air pun mengalir ke bawah.

Akibat pengaruh gravitasi, aliran banjir bandang bergerak menuju ke wilayah lebih rendah dengan kecepatan tinggi. Berbagai material, seperti lumpur, batu, hingga batang pohon di area lebih tinggi akan turut terbawa bersama banjir bandang.

Akibatnya, saat melintas di permukiman warga, aliran banjir bandang menyapu kawasan sembari membawa berbagai jenis material yang merusak. Tidak hanya bangunan yang akan rusak akibat banjir bandang, banyak orang pun bisa menjadi korban jiwa.

4. Proses Terjadinya Banjir secara Alamiah

Beberapa wilayah rawan banjir karena faktor alamiah. Karena faktor ketinggian dataran yang rendah, banyak cekungan, dan aliran sungai yang mendangkal membuat banjir bisa terjadi secara alamiah saat curah hujan tinggi.

Di kawasan seperti itu, sungai-sungai cepat mendangkal karena kerap menerima kiriman lumpur dari pegunungan. Air pun mudah terjebak di kawasan dengan ketinggian rendah, terutama yang berupa cekungan.

Saat curah hujan tinggi terjadi, air tidak hanya meluap dari sungai. Air pun tidak bergerak ke kanal atau sungai karena terjebak di wilayah rendah.

Penyebab Terjadinya Banjir di Indonesia

Banjir tidak hanya memengaruhi kota-kota besar, tetapi juga daerah pedesaan. Beragam penyebab bisa memicu banjir. Berikut beberapa faktor penyebab banjir di Indonesia:

1. Curah Hujan Tinggi

Hujan lebat dapat menyebabkan sungai meluap dan membanjiri sekitarnya. Fenomena ini sering terjadi pada puncak musim hujan, saat intensitas dan durasi hujan meninggi.

2. Pembangunan Tidak Ramah Lingkungan

Pembangunan yang tidak ramah lingkungan dapat meningkatkan kerawanan banjir. Salah satunya adalah pembangunan yang memakan lahan resapan air di dataran tinggi maupun rendah.

Hilangnya lahan resapan air membuat air hujan lebih banyak yang mengalir ke sungai. Di sisi lain, aliran sungai mudah mendangkal dan menyempit karena pinggirannya digunakan sebagai permukiman. Kombinasi kondisi ini akan memperparah bencana banjir.

3. Penggundulan Hutan

Penggundulan hutan mengurangi daya serap tanah dan meningkatkan aliran permukaan, yang berkontribusi pada banjir. Pohon memiliki peran penting menjaga keseimbangan alam, termasuk dalam penyerapan air.

Akar pohon mampu menyerap air hujan dan menyimpannya di dalam tanah, sehingga air tidak langsung mengalir ke permukaan dan menyebabkan banjir. Selain itu, pohon juga membantu menjaga struktur tanah dan mencegah erosi.

Ketika pohon ditebang secara liar, maka kemampuan tanah dalam menyerap air akan berkurang. Hal ini menyebabkan air hujan mengalir dengan cepat ke permukaan dan menggenangi daerah-daerah rendah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya banjir.

4. Kapasitas Sungai Terbatas

Kapasitas sungai memegang peranan penting dalam pengendalian banjir. Ketika kapasitas sungai tidak memadai untuk menampung air hujan dan limpahan dari hulu, risiko banjir akan meningkat.

Keterabatasan kapasitas sungai tidak hanya disebabkan oleh minimnya pengerukan atau pembuatan kanal baru. Pembuangan sampah sembarangan dan pendangkalan pun bisa mengurangi kapasitas sungai dalam menampung air.

5. Erosi dan Sedimentasi

Erosi dan sedimentasi adalah proses lepasnya butiran tanah dan terangkutnya material oleh gerakan air atau angin. Keduanya saling berkaitan dan dapat memperparah risiko terjadinya banjir.

Erosi tanah bisa memicu sedimentasi yang membikin aliran sungai dan kanal-kanal air mendangkal. Pendangkalan itu meningkatkan risiko luapan air banjir saat musim hujan.

Erosi tanah di pegunungan atau dataran tinggi yang terjadi hingga menyisakan bebatuan bisa menyebabkan air hujan mengalir deras. Kondisi ini dapat memicu banjir bandang.

6. Kenaikan Permukaan Air Laut

Pemanasan global terbukti berdampak pada terus naiknya permukaan air laut. Kondisi ini bisa memperparah dampak banjir rob ketika gelombang pasang terjadi. Kenaikan tinggi permukaan air laut juga berisiko menenggelamkan banyak wilayah pesisir. Proses wilayah pesisir tenggelam itu bisa berangsur-angsur, biasanya diawali banjir yang berkelanjutan.

Akibat Terjadinya Banjir

Banjir memiliki dampak yang luas, termasuk kerusakan infrastruktur, hilangnya nyawa, kerugian ekonomi, hingga kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, mitigasi banjir dan kesadaran akan bahayanya sangat penting.

Mengutip Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana oleh BNPB, berikut beberapa dampak banjir bagi Masyarakat:

  • Merusak perumahan, gedung, jalan, hingga jaringan listrik.
  • Banyak peralatan rumah tangga rusak/hilang.
  • Masyarakat mengalami kerugian ekonomi.
  • Memicu pengungsian penduduk.
  • Memicu penyakit diare, infeksi saluran pernapasan, dan masalah kulit.
  • Dapat menimbulkan erosi bahkan longsor.
  • Menyebabkan pencemaran lingkungan.
  • Lahan pertanian rusak.
  • Gagal panen karena tanaman terendam kelewat lama.
  • Jalur transportasi terputus.
  • Aktivitas ekonomi terhenti.
  • Aktivitas pendidikan terhenti.
  • Kualitas hidup masyarakat merosot.

Baca juga artikel terkait BANJIR atau tulisan lainnya dari Ruhma Syifwatul Jinan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ruhma Syifwatul Jinan
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Addi M Idhom