tirto.id - Profil Prasetyo Boeditjahjono banyak dicari publik usai Kejaksaan Agung (Kejagung) menangkapnya pada Minggu (3/11/2024) siang di Hotel Atri, Jalan Mayor Abdurahman, Sumedang, Jawa Barat. Lantas apa alasannya ditangkap Kejagung?
Direktur Penyidikan Jaksa Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Abdul Qohar, menjelaskan bahwa Prasetyo Boeditjahjono ditangkap sebagai tersangka kasus korupsi pembangunan jalan kereta api Besita – Langsa pada Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Medan pada 2017 – 2023.
Qohar mengatakan, ketika menjabat sebagai Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Prasetyo meminta terdakwa NSS untuk memenangkan delapan perusahaan dalam proses tender atau lelang pada proyek konstruksi jalan kereta api yang menghubungkan Sumatera Utara dan Aceh. Proyek tersebut bernilai Rp1,3 triliun.
"Dalam pelaksanaan tersebut, diketahui bahwa pembangunan jalan kereta api Besitang Langsa tidak didahului dengan studi kelayakan, tidak terdapat dokumen penetapan trase jalur kereta api yang dibuat Menhub serta KPA, PPK," urai Qohar.
"Konsultan pengawas dengan sengaja memindahkan lokasi pembangunan jalur kereta api yang tidak sesuai dengan dokumen design dan kelas jalan, sehingga jalur tersebut mengalami amblas atau penurunan daya tanah dan tidak dapat teruji," lanjutnya.
Akibat perbuatan Prasetyo, pembangunan jalan kereta api Besitang-Langsa tidak dapat difungsikan. Hal ini menyebabkan kerugian negara Rp 1,1 triliun. Pada proyek tersebut, Prasetyo juga terbukti mendapatkan fee melalui pejabat pembuat kewenangan, ASS, sebesar Rp2,6 miliar berasal dari PT WTJ.
Profil Prasetyo Boeditjahjono
Prasetyo Boeditjahjono lahir pada 21 November 1959 di Surabaya. Dengan kata lain, saat ini ia telah berusia 65 tahun.
Ia diketahui mengenyam pendidikan hingga jenjang magister. Prasetyo meraih gelar sarjana di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) pada 1985. Kemudian, pada tahun 2006, ia meraih gelar master pada program studi Magister Manajemen di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Prasetyo tercatat pernah menduduki sejumlah posisi strategis di Kemenhub dengan perpindahan tugas dan promosi jabatan yang relatif cepat. Ia sempat menjadi Direktur Keselamatan Perkeretaapian selama 1,5 bulan yakni pada 6 Oktober hingga 16 November 2015.
Selanjutnya, ia menjabat sebagai Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api selama 1,5 bulan, tepatnya pada 16 November 2015 hingga 5 Januari 2016. Kemudian, Prasetyo pindah tugas sebagai Direktur Prasarana Perkeretaapian selama lebih kurang 4,5 bulan yaitu pada periode 5 Januari hingga 16 Mei 2016.
Setelah meletakkan jabatannya sebagai Direktur Prasarana Prasarana Perkeretaapian, di hari yang sama, Prasetyo langsung dilantik sebagai Dirjen Perkeretaapian, menggantikan Hermanto Dwiatmoko.
Pada tahun 2017, jabatan Prasetyo sebagai Dirjen Perkeretaapian digantikan oleh Budi Karya Sumadi, yang saat ini menjadi Menteri Perhubungan. Sementara itu, Prasetyo pindah tugas menjadi Staf Ahli Bidang Teknologi, Lingkungan, dan Energi Kemenhub.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) yang dilaporkannya pada 5 April 2019, Prasetyo melaporkan bahwa dirinya memiliki total harta senilai Rp2,5 miliar setelah dikurangi dengan utang. Harta tersebut terdiri dari tanah dan bangunan, alat transportasi, harta bergerak lainnya, kas dan setara kas.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra