tirto.id - Kapuspen TNI, Mayor Jenderal Nugraha Gumilar, cabut izin acara kampanye Desak Anies di Kota Jogja yang seharusnya digelar pada Selasa, 23 Januari 2024 di Museum Diponegoro.
Pencabutan izin itu menurut Nugraha dilakukan sebagai bentuk kewajiban TNI dalam menjaga netralitas pada Pemilu 2024. Pasalnya, Museum Diponegoro merupakan aset yang dimiliki oleh Komando Resor Militer (Korem) 072/Pamungkas di bawah Komando Daerah Militer (Kodam) IV Diponegoro TNI Angkatan Darat (AD).
"Betul (membatalkan izin kegiatan). Hal ini merupakan salah satu wujud komitmen netralitas TNI dalam Pemilu 2024, yaitu tidak memberikan fasilitas tempat, sarana, dan prasarana milik TNI kepada paslon dan parpol untuk digunakan sebagai sarana kampanye," kata Nugraha kepada Tirto, Selasa (23/1/2024).
Di lain pihak, Co-Captain Timnas AMIN, Sudirman Said menyalahkan Presiden Joko Widodo atas pencabutan izin itu, pihaknya menilai kepala negara saat ini sudah tidak netral dan memberikan dukungan secara terang-terangan kepada salah satu paslon.
"Sebenarnya, sederhana sekali memahami ini. Karena pemilu mulainya dengan satu sinyal yang tidak netral, yaitu ketika seorang kepala negara yang seharusnya melindungi warga negaranya dengan objektif, ternyata berpihak," kata Sudirman Said di Rumah Perubahan, Jakarta Selatan, Selasa (23/1/2024).
Meski izin Desak Anies di Museum Diponegoro dicabut, acara itu tetap digelar dengan memindahkan lokasi ke Rocket Convention Hall, Sleman.
Profil Museum Diponegoro
Museum Diponegoro berlokasi di Jl. HOS Cokroaminoto, TR. III. 430 Tegalrejo, Yogyakarta. Museum ini didirikan di bekas kediaman Pangeran Diponegoro dan keluarganya. Melansir laman Dinas Kebudayaan Kota Jogja, pengelolaan Museum Pangeran Diponegoro dilakukan oleh Yayasan Sasana Wiratama.
Museum Pangeran Diponegoro didirikan untuk mengenang perjuangan dan dedikasi pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan Belanda. Pada tahun 1825 hingga 1830 Pangeran Diponegoro memimpin perang melawan para penjajah, peristiwa bersejarah itu dikenal juga dengan perang Diponegoro.
Merangkum laman Asosiasi Museum Indonesia, pendirian Museum Diponegoro dicetuskan oleh Mayjen TNI Surono yang kemudian diteruskan oleh Mayjen TNI Widodo. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam VII Diponegoro No. 99/7/1968 tanggal 2 Juli 1968, dibentuk panitia persiapan perencanaan pembangunan Monumen Pahlawan Pangeran Diponegoro.
Pembangunan itu dilakukan setelah mengantongi izin langsung dari ahli waris dan keluarga Pangeran Diponegoro. Surat persetujuan pembangunan ditandatangani oleh oleh KRT. Prodjodiningrat, Nyi Hajar Dewantara, dan dr. Sahir Nitihardjo (RA. Kajafin Diponegoro).
Kemudian, museum dibangun secara bertahap, setelah rampung, Museum Pangeran Diponegoro diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 9 Agustus 1969.
Museum Diponegoro menyuguhkan sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro, terdapat monumen dan lukisan yang menggambarkan keberanian Pangeran Diponegoro menentang para penjajah.
Di dalam museum itu juga terdapat koleksi senjata asli laskar Diponegoro seperti tombak, bandil atau martil baja, serta patrem dan candrasa yang digunakan oleh laskar wanita.
Museum Diponegoro juga menyimpan benda pusaka berupa keris lekukan 21 seorang empu yang hidup di masa Kerajaan Majapahit dan sebuah pedang dari Kerajaan Demak.
Salah satu spot yang menjadi daya tarik di dalam Museum Diponegoro adalah Tembok Jebol. Tembok itu diceritakan dijebol oleh Pangeran Diponegoro dengan tangan kosong saat dia menghindari kepungan tentara Belanda.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Balqis Fallahnda