Menuju konten utama

Produsen Tahu & Tempe Kembali Produksi Besok, tapi Harganya Naik

Produsen tahu dan tempe janji produksi kembali usai tiga hari mogok produksi karena mahalnya harga kedelai impor.

Produsen Tahu & Tempe Kembali Produksi Besok, tapi Harganya Naik
Pekerja mengangkat karung berisi kedelai impor di gudang Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Rabu (5/9/2018). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

tirto.id - Para produsen tempe dan tahu mulai Senin (4/12/2021) besok sudah kembali produksi usai mogok kerja pada 1-3 Januari 2021 akibat harga kedelai impor naik. Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan selain akan kembali produksi mulai besok harga tempe dan tahu juga akan mengalami penyesuaian.

"Mogoknya tetap sampai hari ini, jadi mulai besok [Senin], mudah-mudahan masyarakat sudah bisa membeli tahu dan tempe lagi, cuma memang harganya ada penyesuaian," jelas Aip kepada reporter Tirto, Minggu (3/1/2021).

Aip menjelaskan, penyesuaian harga merupakan imbas dari kenaikan harga kedelai impor di tingkat perajin. Dari Rp9.000/kg pada November 2020 menjadi Rp9.300—9.500/kg pada Desember 2020 atau sekitar 3,33—5,56 persen.

"Harga kedelai pemerintah ini menganut perdagangan bebas [harga mengikuti pasar internasional], sehingga harga kedelai yang kami beli adalah harga kedelai yang berlaku di seluruh dunia. Kami hanya mengusulkan untuk kenaikan harga tempe dan tahu," terangnya.

Kenaikan harga pun beragam, tergantung harga di setiap daerah. Namun, sebagai gambaran Aip menyebut kenaikan harga tempe dengan berat 250 gram yang biasa dijual dengan harga Rp3.000 akan mengalami kenaikan 20 persen yaitu sekitar Rp500.

"Jadi mulai besok harga tempe dan tahu akan naik 20 persen, itu tergantung daerah ya. Karena kedelainya naik 30-50 persen," jelas dia.

Sebelumnya, para produsen tempe dan tahu memutuskan untuk mogok produksi karena harga kedelai impor naik sampai 50 persen. Pemicu dari kenaikan kedelai adalah kenaikan terjadi karena pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD 12,95/bushels, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92/bushels.

Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 USD/ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 435 USD/ton.

Pada Desember 2020 permintaan kedelai Tiongkok naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

Untuk mengantisipasi adanya kenaikan di masa pandemi Gakoptindo siap untuk menyerap produksi kedelai lokal.

"Senin saya mau ketemu Kementerian Pertanian untuk bisa membuat MoU agar produksi kedelai lokal bisa kami serap. Ke depan kami harap agar penguatan pangan nasional seperti kedelai ini diutamakan agar harga kedelai lebih stagnan tidak mengikuti pasar global yang kerap kali fluktuatif," kata Aip.

Aip meminta masyarakat untuk memaklumi penyesuaian harga yang akan mulai berlaku besok, demi menutupi kerugian di tingkat produsen. Kenaikan tahu dan tempe di pembelian eceran akan naik sekitar 20 persen.

"Karena memang tidak bisa apa apa kita, karena harga kedelai naik. Jadi pada umumnya kalau masyarakat ini, dengan kenaikan begini kan wajar, dibandingkan harga daging Rp100 ribu atau ayam, telur. Kenaikannya jauh lebih tinggi, kami naik itu hanya untuk menutupi kebutuhan makan dan tidak rugi," jelasnya.

Ia menjelaskan, keputusan untuk membeli kedelai lokal diambil karena ditakutkan akan kembali membuat perajin tertekan dengan harga internasional yang belum pasti di tengah pandemi. Terlebih harga kedelai impor saat ini tidak jauh lebih murah dibanding kedelai lokal.

"Kalau harganya mahal begitu kita bisa beli kedelai lokal. Kalau kedelai lokal bisa dibeli sama kami lebih bagus gizinya dibanding impor. Besok kami mau ketemu sama Kementan untuk bahas ini lebih lanjut," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PRODUKSI TEMPE atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Bayu Septianto