Menuju konten utama

Kementan Ungkap Alasan Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai

Kementerian Pertanian mengungkap alasan Indonesia sangat ketergantungan kedelai impor.

Kementan Ungkap Alasan Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai
Perajin tahu memproduksi tahu berbahan kedelai di salah satu sentra rumah industri tahu di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (5/1/2021). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.

tirto.id - Kementerian Pertanian mengungkap alasan Indonesia sangat ketergantungan kedelai impor. Salah satu penyebabnya yakni produksi kedelai RI yang begitu minim serta keuntungan dari hasil tanam kedelai yang tak seberapa.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi menjelaskan, keuntungan petani jika tanam kedelai hanya Rp1juta/hektar. Pun harus menunggu masa tanam selama 3 bulan. Berbeda dengan keuntungan petani jika tanam jagung dan padi sekitar Rp4,5juta/hektar.

“Keuntungan tanam kedelai cuma Rp1 juta/hektar sangat rendah jauh di bawah padi dan jagung jadi petani lebih pilih tanaman yang untungnya lebih tinggi dan beberapa lebih pilih tanam tebu,” kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan k=Komisi IV DPR RI, Senayan Jakarta Selatan, Rabu (13/1/2021).

Kondisi tersebut diperparah dengan harga kedelai dalam negeri yang tidak bisa bersaing dengan gempuran kedelai impor yang tidak dibatasi. “Sudah dibahas di dewan kedelai selama ini non lartas [larangan terbatas], jadi berapapun masuknya, waktunya kan gak ada larangan, tarif [masuknya] pun 0 persen untuk kedelai,” kata dia.

Maka dari itu, pihaknya saat ini tengah menggenjot produksi dalam negeri, langkah tersebut dilakukan untuk mengamankan stoknya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Di tahun ini Kementan sudah mempersiapkan lahan 325 ribu hektar untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri.

“Dengan tanam 325 ribu hektar dengan produktivitas sekitar 1,5 juta ton di bawah potensi memang, karena potensi riset litbang bisa 3,5 juta ton baik itu varietas Rajabasa, Agropuro, Malika, Baluran, Usowei ini yang varietas baru itu yang didorong sehingga bisa memasok produksi 1,5 ton per hektare bisa masuk 500 ribu ton sampai panennya bulan sembilan,” terang dia.

Lahan seluas 325 ribu hektar itu nantinya akan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, Suwandi menyebut beberapa lahan tersebut akan berada di Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi dan Banten. “Kami akan tanam di sentra yang sudah ada,” kata dia.

Untuk mendorong produktivitas tersebut Kementerian Pertanian mendapat anggaran dari Kementerian Keuangan sebesar Rp180 miliar untuk menggarap lahan 125 ribu hektar. Sementara sisanya, kata Suwandi, akan disumbang dari investor, KUR petani dan sisa relokasi anggaran.

“Kita harapkan produktivitas bisa ditingkatkan, selama ini kuncinya ada di benih. Dengan pengawalan ketat jadi tanamnya di lahan kering sebagian tumpang sari dengan jagung kemudian tebu dan juga di tanaman kelapa sawit yang sebelum 4 tahun,” terang dia.

Baca juga artikel terkait IMPOR KEDELAI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri