tirto.id - Ketua Umum Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Gapkoptindo), Aip Syarifuddin menuturkan, pasokan kedelai di Tanah Air mulai langka selama beberapa minggu terakhir. Menurut dia, pemerintah harus ambil langkah dan tidak lalai terhadap masalah kelangkaan tersebut.
“Ini akibat daripada kelalaian pemerintah yang tidak memonitor, yang tidak mempunyai cadangan pangan kedelai,” kata Aip kepada Tirto, Rabu (3/1/2024).
Menurut pengakuan Aip, pengrajin tahu dan tempe di Indonesia mulai mengurangi produksi hingga menyetop total produksi mereka.
“Jadi stop produksi, ada yang mengurangi produksi, ada yang hari ini produksi, besoknya enggak, nunggu lagi, seminggu dua minggu baru produksi lagi,” ucap Aip.
Aip mengatakan, dari estimasi laporan yang diterima, wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Aceh, Banten, hingga DKI Jakarta berkisar 20 sampai 30 persen yang memilih menyetop produksi tahu dan tempe.
“Kalau dampaknya itu ke semua pengrajin tahu dan tempe, mengurangi produksinya karena memang stoknya kurang,” ujar Aip.
Melanjuti kelangkaan kedelai yang sudah berdampak signifikan terhadap pengrajin tahu dan tempe, Aip berharap, pemerintah harus mengedepankan amanat konstitusi dalam menjaga keberlangsungan bahan pangan pokok.
Aip menjelaskan di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dan UU lainnya, secara eksplisit menjelaskan bahwa keberlangsungan pangan harus dijaga oleh pemerintah.
“Itu mewajibkan pemerintah supaya mengelola ini bahan pangan pokok, harus dijamin keberadaannya oleh pemerintah, ada beras, gula, ikan, daging, kedelai, bawang, minyak, ada sembilan,” kata Aip.
“Tapi kalau kedelai kok dibebaskan, ini yang saya heran,” tambah dia.
Ditemui terpisah, penjual ayam penyet di daerah Palmerah mengaku tidak menyediakan kembali menu tempe dan tahu. Menurut dia, harga tempe dan tahu mahal dan susah ditemui di pasar.
“Tidak ada tahu dan tempe, sekarang cuma ayam penyet,” kata Sari (50) saat ditemui Tirto.
Tanda Serangan Houthi Mulai Berefek
Aip mengakui, adanya serangan militan Houthi yang berbasis di Yaman terhadap kapal-kapal komersial yang melakukan perjalanan melalui Laut Merah dan Terusan Suez memiliki andil dalam kelangkaan kedelai di Indonesia.
“Betul, itu [serangan Houthi] hanya salah satu, karena kan tidak semua lewat situ, ada juga yang tidak, karena impor kita ada yang dari Brasil, Argentina, Kanada, dan juga Amerika Serikat,” kata Aip.
Untuk diketahui, Houthi telah melancarkan serangan mereka dalam beberapa minggu terakhir di Laut Merah sebagai respons terhadap serangan udara Israel yang tengah berlangsung di Gaza, Palestina.
Akibatnya, kapal-kapal kargo yang sedang melintasi Laut Merah dan Terusan Suez terpaksa mengubah jalur mereka dan mencari rute alternatif. Dampak dari serangan tersebut adalah adanya gangguan logistik dan peningkatan biaya.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh The Guardian, nilai barang dan pasokan yang diperdagangkan melalui Laut Merah mencapai miliaran dolar setiap tahunnya. Oleh karena itu, penundaan atau gangguan di daerah tersebut dapat berpotensi menimbulkan dampak yang signifikan secara global.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang