Menuju konten utama

Ratusan Perajin Tahu Tempe di Johar Baru Jakpus Mogok Produksi

Tidak ada aktivis di kawasan sentra produksi tahu tempe di Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Ratusan Perajin Tahu Tempe di Johar Baru Jakpus Mogok Produksi
Pekerja menyusun kedelai yang sudah siap dijemur untuk bahan baku pembuatan tempe di daerah Johar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (4/1). Menurut pedagang harga kedelai impor yang tidak stabil dari harga Rp6800 ke harga Rp7500 membuat ongkos produksi meningkat. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/pd/17

tirto.id - Sekitar 200 perajin tahu tempe di Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat mengikuti aksi mogok produksi, Senin (21/2/2022). Hal itu dilakukan lantaran harga kedelai impor sebagai bahan baku utama komoditas itu melambung tinggi.

"Untuk wilayah Kampung Rawa, ikut (mogok) bersama karena bentuk protes kami kepada pemerintah supaya cepat ditangani. Permasalahannya apa? Ini kok kedelai bisa selalu naik terus," kata salah satu perajin tempe bernama Agus, Senin, dikutip dari Antara.

Pantauan Reporter Antara di lokasi menyebutkan tidak ada aktivis di kawasan sentra produksi tahu tempe tersebut. Mogok produsi rencananya dilakukan hingga Rabu (23/2/2022).

Menurut Agus, aksi mogok itu dipicu oleh naiknya harga kedelai impor hingga Rp12.000 per kilogram (kg) atau naik dibandingkan harga normal berkisar Rp9.500-Rp10.000 per kg.

Hal senada disampaikan perajin tahu tempe lainnya, Ahmad Abdullah. Ia bilang mogok produksi dilakukan karena sebagian besar konsumen keberatan harga tempe yang dijual lebih mahal.

"Harga kacangnya melambung tinggi sehingga harga jualnya juga tinggi, jadi susah. Orang-orang pada kaget beli tempe Rp5 ribu, sekarang Rp8 ribu, terus Rp10 ribu, terpaksa berhenti dulu lah," kata dia.

Dalam keterangan terpisah, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jakarta Pusat, Khairun meminta agar Pemerintah dapat melakukan penugasan kepada Perum Bulog untuk kembali melakukan impor kedelai.

Khairun mengatakan apabila importasi dilakukan oleh perusahaan swasta, pemerintah harus mengatur batas harga atas kedelai.

"Sekarang Bulog tidak impor kedelai, jadi susah, swasta yang beli. Memang perdagangannya jadi bebas, tetapi kami sebagai perajin jadi terombang-ambing karena tidak ada (batas) harganya," kata Khairun.

Baca juga artikel terkait PERAJIN TAHU TEMPE

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan