tirto.id - Potensi lonjakan penularan virus Corona atau COVID-19 kembali membayangi menyusul momentum libur panjang sejak 28 Oktober hingga 1 November 2020. Tiket transportasi publik, mulai dari kereta api hingga pesawat pun diburu warga yang memanfaatkan cuti bersama ini untuk liburan maupun pulang kampung.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) misal, mencatat peningkatan jumlah penumpang dari pemesanan tiket untuk keberangkatan Selasa (27/10/2020) dan Rabu (28/10/2020). Pada tanggal tersebut volume penumpang mencapai 7.270 sampai 7.679 orang.
“Jumlah rata-rata penumpang per hari pada momen libur panjang tersebut bertambah 2 (dua) kali lipat lebih jika dibandingkan akhir pekan minggu lalu pada Jumat, 16 Oktober 2020 yakni sebesar 2.876 penumpang dengan total KA yang dioperasikan sebanyak 18 KA," kata Kepala Humas KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa dalam keterangan tertulis, Minggu (25/10/2020).
Tak hanya kereta api, operator bandara juga mengklaim terjadi kenaikan jumlah penumpang pesawat pada liburan kali ini. PT Angkasa Pura (AP) 1 memperkirakan akan terjadi kenaikan jumlah penumpang menjelang cuti bersama periode 28-30 Oktober 2020.
“Kalau prediksi penumpang memang di minggu ini ada beberapa daerah seperti Yogyakarta dan Bali mengalami kenaikan traffic, misal yang biasanya 2.000 jadi 4.000-an. Saya belum bisa pastikan angkanya. Saya lagi crosscheck dulu,” ucap Stakeholder and BoD Secretary Senior Manager Angkasa Pura I, Gede Eka Sandi kepada Tirto saat dihubungi, Senin (26/10/2020).
Hal yang sama terjadi di bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II, yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Kualanamu, Banyuwangi, dan Silangit.
Selain momentum libur panjang, peningkatan jumlah penumpang tak lepas dari adanya pemberian stimulus dari pemerintah lewat Kementerian Perhubungan berupa pembebasan Passenger Service Charge (PSC) alias Airport Tax.
“PT Angkasa Pura II memperkirakan jumlah pergerakan penumpang 5 bandara yang termasuk di dalam skema stimulus PSC dapat meningkat 20 persen pada November menjadi 1,74 juta orang, dibandingkan dengan Oktober. Khusus di Bandara Soekarno-Hatta, penumpang pada November diperkirakan mencapai 1,35 juta,” jelas dia dalam keterangan resmi, Senin (27/10/2020).
Adanya stimulus ini tentu akan meningkatkan keterisian penumpang di pesawat. Saat ini rata-rata load factor di penerbangan keberangkatan bandara-bandara Angkasa Pura II berkisar 40 persen hingga 45 persen.
“Maka harga tiket dapat lebih rendah sehingga meringankan masyarakat untuk melakukan perjalanan dan diharapkan load factor meningkat maksimal mencapai 70 persen sesuai peraturan sesuai SE Dirjen Perhubungan Udara No 13/200,” kata dia.
Kondisi ini jelas jadi angin segar bagi pelaku usaha sektor angkutan. Mereka tak mau melewatkan kesempatan ini untuk mendulang rupiah sebanyak mungkin setelah "puasa" sekitar 8 bulan lamanya sejak pandemi virus Corona melanda.
Pembatasan aktivitas warga selama ini jelas menggerus pendapatan mereka yang bergerak di sektor angkutan atau transportasi. Sehingga maklum saja bila kini mereka jor-joran menarik penumpang memanfaatkan momen libur panjang tersebut.
Potensi Klaster Liburan
Namun kondisi ini jelas menyimpan risiko tersendiri bagi upaya pengendalian virus Corona di tanah air yang jumlahnya masih terus mengalami peningkatan.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dedi Supratman mengatakan, melihat adanya pelonggaran pembatasan, maka jangan heran jika nanti akan ada klaster baru, yaitu klaster liburan.
"Aku lihat memang Kereta [Api] semua pesawat itu naik semua [penumpangnya], ini pasti bisa memicu peningkatan penularan kasus Corona. Kita tahu saat ini kasus harian kan juga cukup tinggi," kata dia kepada reporter Tirto, Selasa (27/10/2020).
Ia menjelaskan, sebenarnya pemerintah tetap berupaya melakukan pengetatan. Namun nampaknya strategi pembatasan sudah membuat masyarakat jenuh, bahkan pemerintah sendiri sudah jenuh.
"Karena melihat DKI Jakarta yang sudah bolak balik PSBB nggak terkendali juga ini COVID-19," kata dia menambahkan.
Karena itu, ia mengimbau agar pemerintah dan masyarakat untuk tidak terlena dengan libur panjang. Sebab, kata dia, masa seperti ini sangat berpotensi untuk kemudian timbul klaster liburan.
"Bisa ada klaster liburan. Karena seperti yang kita tahu, ini kan banyak penularan terjadi yang lalu saat klaster perkantoran itu kan akibat di transportasi publiknya," kata dia menjelaskan.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sendiri bahkan sudah memberi peringatan tanda bahaya perihal penularan virus Corona di tanah air saat ini. Momentum libur panjang jadi salah satu sorotan Jokowi berkaitan dengan kekhawatiran peningkatan kasus baru penularan virus ini.
"Rapat terbatas siang hari ini kita akan berbicara yang berkaitan dengan antisipasi penyebaran COVID-19 berkaitan dengan libur panjang di akhir Oktober 2020 mengingat kita memiliki pengalaman kemarin libur panjang pada satu setengah bulan yang lalu, mungkin setelah itu terjadi kenaikan yang yang agak tinggi. Oleh sebab itu, ini perlu kita bicarakan agar kegiatan libur panjang dan cuti bersama ini jangan sampai berdampak pada kenaikan kasus COVID-19," kata Jokowi dalam keterangan resmi yang diterima Tirto pada 19 Oktober 2020.
Kementerian Perhubungan pun punya alasan tersendiri mengapa begitu jor-joran memberikan stimulus dan mendorong peningkatan jumlah okupansi atau keterisian kursi pesawat meski masih di tengah pandemi.
Pemulihan sektor penerbangan jadi alasan utamanya. Maklum saja, sejak diizinkan kembali mengudara, tak banyak penerbangan yang mendapat cukup penumpang. Dari okupansi pesawat yang diizinkan selama pandemi sebesar 70 persen kapasitas, hingga saat ini rata-rata tingkat keterisian hanya mentok di angka 40-45 persen.
Dari situ terlihat, masih ada cukup ruang bagi maskapai penerbangan untuk memaksimalkan kapasitas angkutnya sambil tetap menjalankan upaya pencegahan penularan baru virus Corona.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengungkapkan pihaknya juga akan terus mencermati realisasi data libur panjang dan memantau ketat penerapan protokol kesehatan demi mencegah penularan virus Corona.
"Jadi kami melakukan koordinasi yang erat dengan operator bandara, navigasi dan pesawat udara sehingga pengaturan slot jam terbang ini tidak terjadi saturasi terutama pada saat melakukan check in boarding, keluar dari pesawat," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz