Menuju konten utama

Potensi dan Penerapan Energi Baru Terbarukan di Indonesia

Penerapan energi baru terbarukan di Indonesia terus mengalami perkembangan. Ketahui potensi EBT di Indonesia dan penerapannya di berbagai daerah.

Potensi dan Penerapan Energi Baru Terbarukan di Indonesia
Pekerja beraktivitas di areal instalasi sumur geothermal atau panas bumi untuk Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (28/7/2024). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.

tirto.id - Penerapan energi baru terbarukan di Indonesia menjadi langkah strategis dalam mewujudkan kemandirian energi dan menjaga kelestarian lingkungan. Lantas, apa saja energi baru dan terbarukan yang ada di Indonesia?

Energi baru terbarukan (EBT) mengacu pada energi alternatif yang berasal dari alam yang dapat diperbarui secara terus-menerus dan dikelola menggunakan teknologi baru. Contoh EBT antara lain sinar matahari, angin, air atau arus laut, bioenergi, hingga panas bumi.

Indonesia sendiri termasuk negara dengan potensi EBT yang sangat besar. Bahkan, Indonesia mampu mencapai kemandirian energi apabila EBT dikelola secara maksimal.

Pemerintah telah menetapkan target terkait penggunaan EBT di Tanah Air. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, penggunaan EBT di Indonesia harus mencapai minimal 23% di tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050 mendatang.

Demi mencapai target tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis dalam penerapan energi baru terbarukan di Indonesia sehingga memaksimalkan penggunaan EBT. Hal ini menjadi sangat penting karena penggunaan EBT yang optimal akan membuat Indonesia mencapai kemandirian energi di masa depan.

Bagaimana Potensi Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia?

Mengapa Indonesia berpotensi menjadi penghasil energi terbarukan? Jawabannya karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Mulai dari sinar matahari, sungai, laut, biomassa, hingga panas bumi, semuanya ada di Indonesia dengan jumlah yang cukup besar.

Penerapan energi baru terbarukan di Indonesia juga sudah mulai meluas, tetapi pemanfaatan EBT dianggap masih belum maksimal. Untuk lebih jelasnya, berikut potensi EBT, penerapan, serta data penggunaan energi terbarukan di Indonesia:

1. Energi Sinar Matahari

Target minimal 60 persen pembangkit listrik dari EBT
Teknisi melakukan perawatan panel surya di Gedung Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (27/9/2024). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/Spt.

Potensi energi terbarukan di Indonesia yang paling besar adalah tenaga surya atau sinar matahari. Wilayah negara yang terletak di garis khatulistiwa menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia karena dapat menerima paparan sinar matahari yang intens sepanjang tahun.

Menurut data dari Antaranews, Indonesia memiliki potensi energi surya mencapai 3.294 GW, sedangkan wilayah dengan potensi paling besar berada di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Riau di Sumatera.

Energi sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan teknologi panel surya. Namun, hingga September 2024, pemanfaatan energi sinar matahari baru sebesar 675 MW.

2. Energi Angin

Ilustrasi Energi Terbarukan
Ilustrasi energi terbarukan. foto/Istockphoto

Potensi angin sebagai energi baru dan terbarukan di Indonesia juga tergolong besar meskipun tidak sebesar energi surya. Potensi energi angin di Indonesia mencapai 155 GW dengan potensi terbesar berada di wilayah Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, dan Papua.

Contoh penerapan energi baru terbarukan di Indonesia yang memanfaatkan tenaga angin adalah pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). PLTB pertama di Indonesia adalah PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan. PLTB yang dilengkapi 30 turbin angin dan berkapasitas 75 MW ini bahkan disebut sebagai PLTB terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Selain Sidrap, ada pula PLTB Tolo yang dibangun di Kabupaten Jeneponto dengan kapasitas yang sedikit lebih kecil, yaitu 72 MW dengan 20 turbin angin. Meski PLTB telah dibangun, pemanfaatan energi angin di Indonesia juga belum maksimal karena baru mencapai 152 MW saja.

3. Energi Air

PLTA Bili-Bili berhenti sementara beroperasi akibat kemarau
Foto udara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bili-Bili yang berhenti sementara beroperasi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (23/11/2023). ANTARA FOTO/Arnas Padda/Spt.

Indonesia memiliki banyak sungai dan curah hujan yang cukup tinggi sehingga potensi energi air di negara ini juga cukup besar. Potensi energi air di Indonesia mencapai 95 GW dengan potensi terbesar ada di wilayah Kalimantan Utara, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Papua.

Energi air banyak dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Sampai saat ini, pemanfaatan energi air menjadi yang paling besar di antara semua energi baru terbarukan di Indonesia, yaitu mencapai 6.697 MW.

Indonesia tercatat sudah memiliki setidaknya 162 PLTA yang tersebar di berbagai daerah, misalnya PLTA Cirata di Purwakarta, PLTA Saguling di Bandung Barat, PLTA Poso di Sulawesi Tengah, PLTA Mrica di Jawa Tengah, PLTA Sigura-gura di Sumatera, PLTA Selorejo di Jawa Timur, dan masih banyak lagi.

4. Energi Gelombang Laut

Ilustrasi Gelombang Tinggi
Ilustrasi Gelombang Tinggi. foto/istockphoto

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak laut sehingga mempunyai potensi yang besar untuk energi dari arus atau gelombang laut. Potensi energi gelombang laut di Indonesia mencapai 63 GW dengan potensi terbesar berada di wilayah Maluku, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Energi ini dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) dengan memanfaatkan energi kinetik dari gelombang air laut. Sayangnya sampai saat ini pemanfaatan energi gelombang laut masih 0 MW dan penerapan energi baru terbarukan di Indonesia masih mengandalkan sumber EBT lain.

Perkembangan energi terbarukan di Indonesia dengan memanfaatkan gelombang laut masih menemui beberapa kendala. Meski demikian, pemerintah Indonesia menargetkan akan memiliki PLTGL dengan kapasitas 2 GW pada tahun 2060 mendatang.

5. Energi Panas Bumi

POTENSI ENERGI PANAS BUMI DIENG
Pekerja melakukan pengecekan instalasi sumur Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Rabu (4/4/2018). ANTARA FOTO/Anis Efizudin

Indonesia terletak di Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik sehingga kaya akan geotermal atau panas bumi. Bahkan, sekitar 40% potensi panas bumi dunia ada di Indonesia. Potensi energi panas bumi di Indonesia mencapai 25 GW dengan potensi terbesar di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Maluku.

Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia untuk panas bumi baru mencapai 250 MW. Geotermal dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Menurut laman Kementerian ESDM, Indonesia sudah membangun sejumlah PLTP di beberapa wilayah. PLTP Kamojang di Jawa Barat yang berkapasitas 235 MW adalah PLTP pertama di Indonesia yang dibangun pada tahun 1983.

Selain itu, ada pula PLTP Salak dan PLTP Derajat yang juga berlokasi di Jawa Barat. PLTP lainnya meliputi PLTP Sibayak dan Sarulla di Sumatera Utara, PLTP Ulubelu di Lampung, PLTP Dieng di Jawa Tengah, dan PLTP Lahendong di Sulawesi Utara.

6. Bioenergi

Ilustrasi biomassa
Bahan bakar biomassa masa depan. FOTO/iStockphoto

Dalam energi baru terbarukan PDF yang dirilis Kementerian Pertahanan, bioenergi diartikan sebagai energi yang dihasilkan dari bahan baku organik atau biomassa. Sumber daya biomassa di Indonesia juga terbilang melimpah, contohnya limbah pertanian, perkebunan, kehutanan, hingga kotoran hewan ternak.

Potensi bioenergi di Indonesia mencapai 57 GW dengan potensi terbesar di wilayah Jawa Barat dan Riau. Namun, pemanfaatan bioenergi di Tanah Air baru sebesar 3.408 MW. Penerapan energi baru terbarukan di Indonesia untuk bioenergi adalah dibangunnya pembangkit listrik tenaga bioenergi (PLT Bioenergi) di beberapa daerah.

Salah satu contohnya pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) Siantan di Kalimantan Barat yang memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan seperti cangkang kelapa sawit, sekam, bonggol jagung, dan ampas tebu. Contoh lainnya ada PLTBg (biogas) Jangkang di Kepulauan Bangka Belitung yang menggunakan limbah cair kelapa sawit.

Bagaimana Strategi yang Diterapkan untuk Perkembangan Energi Terbarukan di Indonesia?

Pembangkit listrik tenaga sampah PLTSa Putri Cempo
Petugas melakukan pengawasan mesin pengolahan sampah menjadi energi listrik pada instalais pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Putri Cempo di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (15/7/2023). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.

Indonesia telah menargetkan penggunaan EBT sebanyak 23% pada tahun 2025. Dilansir dari Antaranews, pihak Kementerian ESDM mengungkap bahwa capaian bauran EBT di Indonesia baru mencapai 13,93% per Desember 2024.

Agar target di 2025 tercapai, pemerintah pun terus berupaya meningkatkan penggunaan EBT untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun, peningkatan penggunaan EBT bukan hanya tugas pemerintah dan memerlukan kolaborasi dari semua pihak, termasuk masyarakat luas.

Berikut beberapa strategi yang dilakukan pemerintah agar penerapan energi baru terbarukan di Indonesia terus meningkat:

  • Memberi insentif fiskal pada perusahaan yang berinvestasi di bidang EBT.
  • Bekerja sama dengan pihak swasta maupun lembaga internasional untuk meningkatkan investasi demi mengembangkan teknologi EBT.
  • Membebaskan persyaratan lokal konten untuk semua proyek EBT yang didanai pinjaman luar negeri.
  • Terus mendorong pemanfaatan limbah atau biomassa sebagai sumber energi, termasuk pabrikasi teknologi konversi energi biomassa.
  • Meningkatkan penggunaan PLTS di dalam negeri, baik di pedesaan maupun perkotaan
  • Mendorong pengembangan infrastruktur pendukung EBT, mulai dari PLTA, PLTU, hingga PLTP di berbagai wilayah dengan potensi EBT terbesar.
Penerapan energi baru terbarukan di Indonesia adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih bersih, berkelanjutan, dan mandiri secara energi. Dengan memanfaatkan kekayaan SDA, Indonesia berpeluang besar untuk mengurangi ketergantungan energi fosil sekaligus memenuhi komitmen global terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.

Baca juga artikel terkait ENERGI atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani