tirto.id - Dengan semakin mengemukanya isu lingkungan hidup, transisi energi menjadi hal yang mulai dibicarakan di masyarakat.
Perubahan iklim yang dampaknya mulai dirasakan masyarakat dunia juga menjadi salah satu alasan mengapa transisi energi dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.
Di Indonesia sendiri, transisi energi yang sejatinya adalah sebuah ide mengenai pengalihan energi fosil ke energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon tersebut, kini gencar diangkat ke berbagai diskusi, seminar, hingga di media sosial.
Lantas, apa itu transisi energi?
Apa itu Transisi Energi?
Britannica menulis, transisi energi adalah transformasi energi dari bentuk yang disediakan oleh alam menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh manusia. Sementara itu, menurut Universitas Pertamina, transisi energi ini merupakan upaya untuk menekan risiko pemanasan global yang berpotensi mengancam kehidupan yang layak di masa mendatang.
Proses ini merupakan sebuah transformasi energi global menjadi nol-karbon. Transisi energi ini mengacu pada pergeseran sektor energi global dari sistem produksi dan konsumsi energi berbasis fosil, seperti gas alam, minyak, dan batu bara, ke sumber energi terbarukan, seperti angin, matahari, dan bateri lithium-ion.
National Geographic menulis transformasi energi ini berangkat dari hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Transformasi energi ini terjadi ketika energi diubah menjadi bentuk lain, misalnya pemanggang roti menggunakan energi listrik yang mengalir melalui kabel-kabelnya untuk menciptakan energi panas. Kemudian, saklar lampu memicu perubahan energi listrik yang memanaskan filamen di dalam bola lampu dan mengubah energi tersebut menjadi cahaya.
Juga ada energi kimia dalam bensin yang diubah menjadi energi kinetik untuk memutar roda mobil.
Lalu, mengapa transisi energi ini perlu dilakukan?
Mengapa Transisi Energi Perlu Dilakukan?
Transisi energi, khususnya transisi energi hijau perlu dilakukan, salah satunya karena transisi energi hijau sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia dan bumi di masa depan.
Proses ini tentu harus dipersiapkan dari sekarang, karena berbagai isu lingkungan yang terjadi saat ini, dampaknya sudah mulai dirasakan oleh seluruh masyrakat dunia pada umumnya, serta masyrakat Indonesia pada khususnya.
Oleh karena itu, transisi energi Indonesia juga membutuhkan upaya transisi energi hijau yang konsisten dan berkesinambungan.
Berikut ini beberapa alasan mengapa transisi energi hijau perlu dilakukan, khususnya di Indonesia sebagaimana dirujuk dari laman Environment Indonesia Center:
Perubahan Iklim
Fakta di lapangan menyebutkan, salah satu pemicu perubahan iklim yaitu meningkatkan suhu rata-rata bumi akibat efek rumah. Efek ini di antaranya ditimbulkan oleh penggunaan energi batu bara, minyak atau pun gas. Oleh karena itu, sebagai salah satu solusi untuk bisa menekan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan perubahan iklim, perlu dilakukan transisi energi hijau yang berkesinambungan.
Kemandirian Energi Nasional
Penggerak Ekonomi
Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat
Lalu apa saja contoh dari transisi energi ini?
Contoh Transisi Energi
Proses transisi energi adalah proses perubahan sistem energi dari yang bergantung pada sumber energi fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas, ke sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan, seperti tenaga matahari, air ataupun angin.
Beberapa contoh dari transisi energi ini di antaranya adalah berikut ini:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Transisi energi ini merupakan perubahan dari pembangkit listrik yang menggunakan energi fosil seperti batu bara atau gas alam ke pembangkit listrik yang menggunakan energi matahari atau surya dengan menggunakan panel surya(fotovoltaik).Dengan melakukan transisi energi hijau seperti ini, maka transisi energi ini dapat mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Penggantian Lampu Pijar ke LED
Penggunaan Kendaraan Listrik (EV)
Transisi energi ini dilakukan dengan mulai menghentikan penggunaan kendaraan berbahan bakar bensin atau diesel menjadi, kendaraan listrik yang menggunakan baterai yang diisi dengan listrik dari sumber energi terbarukan.Dengan melakukan transisi energi ini, maka pengguna kendaraan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara.Penggunaan Biogas untuk Memasak
Transisi energi ini dilakukan dengan cara mengganti penggunaan kompor gas LPG yang berasal dari bahan bakar fosil dengan kompor biogas yang menggunakan limbah organik sebagai sumber energi.Dampak yang ditimbulkan setelah menggunakan biogas adalah, pengguna bisa mengurangi limbah organik dan ketergantungan pada LPG.
Konversi Boiler Industri ke Biomassa
Proses transisi energi ini dilakukan dengan mengganti boiler yang menggunakan batu bara atau minyak bumi dengan boiler yang menggunakan biomassa, seperti serpihan kayu, atau limbah pertanian.Dengan melakukan konversi ini, maka pengguna boiler bisa mengurangi limbah dan memanfaatkan energi yang dapat diperbarui, sehingga lebih irit dan lebih bersih.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB)
Transisi energi ini dilakukan dengan melakuan konversi pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil ke pembangkit listrik dengan menggunakan turbin angin yang memanfaatkan energi kinetik dari angin untuk menghasilkan listrik.Dengan melakukan transisi energi hijau ini maka akan dihasilakn energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tanpa emisi karbon.
Sistem Pemanas Air Tenaga Surya
Transisi energi ini dilakukan dengan mengganti penggunaan pemanas air listrik atau gas menjadi pemanas air yang menggunakan energi matahari.Dengan melakukan transisi energi hijau semacam ini, maka pengguna bisa mengurangi konsumsi energi listrik dan gas ke energi yang terbarukan, sehingga lebih bersih, irit dan berkelanjutan.Dari penjabaran mengenai transisi energi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa transisi energi adalah hal yang sangat penting serta sangat urgent dilakukan untuk mencapai energi bersih yang berkelanjutan.
Selain itu, transisi energi juga dapat mengurangi emisi karbon, dan mengatasi perubahan iklim, sehingga berbagai dampak buruk dari krisis lingkungan yang sudah terjadi saat ini, dapat dikurangi.
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani