Menuju konten utama

Apa Itu Energi Baru Terbarukan EBT? Ini Contoh dan Indikatornya

Energi baru terbarukan (EBT) adalah solusi ramah lingkungan untuk masa depan. Pelajari lebih lanjut tentang EBT, mulai dari definisi, ciri, dan contohnya.

Apa Itu Energi Baru Terbarukan EBT? Ini Contoh dan Indikatornya
Ilustrasi Energi. foto/istockphoto

tirto.id - EBT atau energi baru terbarukan adalah solusi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan krisis energi global. EBT pun diberdayakan sebagai sumber energi nasional di Indonesia dan penggunaannya terus meningkat setiap tahun. Lalu, apa saja jenis-jenis energi baru terbarukan di Indonesia?

Sebelum mengenal apa itu EBT, kita pasti sudah sering mendengar istilah energi terbarukan. Energi terbarukan adalah bentuk energi yang dihasilkan dari alam dan dapat diperbarui secara alami. Energi terbarukan tidak bisa habis sehingga dianggap sebagai alternatif sumber energi yang positif.

Sementara untuk energi baru terbarukan (EBT) adalah pengelolaan energi dengan memanfaatkan teknologi baru yang belum digunakan secara umum oleh masyarakat luas. EBT tentunya memanfaatkan energi terbarukan yang sumber dayanya cukup melimpah di Indonesia.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Indonesia telah menetapkan target penggunaan energi baru terbarukan minimal 23% di tahun 2025 dan meningkat hingga 31% di tahun 2050 mendatang.

Apa yang Dimaksud dengan Energi Baru Terbarukan EBT?

Ilustrasi Energi

Ilustrasi Energi. foto/istockphoto

Energi baru terbarukan adalah pengelolaan energi yang memanfaatkan proses alam secara berkelanjutan yang dapat dijadikan sebagai energi alternatif. Salah satu kelebihan sekaligus ciri-ciri energi baru terbarukan EBT adalah bersifat ramah lingkungan.

Energi baru terbarukan in English adalah new renewable energy atau NRE. Energi ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga dinilai mampu mengatasi permasalahan lingkungan maupun pemanasan global.

Dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, energi baru didefinisikan sebagai bentuk energi yang diperoleh dari teknologi baru, baik yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tak terbarukan.

Jadi, EBT adalah energi baru yang dihasilkan dengan teknologi baru menggunakan energi terbarukan sebagai sumbernya. Karena menggunakan teknologi baru, berarti EBT belum jamak digunakan.

Di sisi lain, pengelolaan energi baru masih dalam tahap pengembangan dan kelayakanya harus melalui tahap pengujian jika hendak digunakan secara massal.

Dilansir dari laman Indonesia Baik, saat ini pemerintah terus mendorong penggunaan EBT tulang punggung energi nasional. Bauran EBT di Tanah Air pun rata-rata sudah meningkat 0,54% per tahun demi mencapai target yang sudah ditetapkan.

Ciri-Ciri Energi Baru Terbarukan EBT

Panel Surya

Panel Surya. foto/istockphoto

Energi baru terbarukan atau EBT tentunya memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari jenis energi lain. Karakteristik EBT meliputi sumber energi, sifat, hingga pengelolaannya yang melibatkan teknologi canggih.

Berikut ciri-ciri energi baru terbarukan EBT:

1. Sumber Energi Dapat Diperbarui

Sesuai namanya, EBT berasal dari energi terbarukan atau sumber daya alam yang jumlahnya melimpah dan tak pernah habis, misalnya matahari, angin, air, panas bumi, dan biomassa.

2. Ramah Lingkungan

Ciri-ciri lain yang membuat EBT dijadikan sebagai energi alternatif adalah karena sifatnya yang ramah lingkungan. EBT menghasilkan emisi karbon yang rendah sehingga membantu mengurangi polusi udara dan perubahan iklim.

3. Penggunaan Teknologi Baru dan Inovatif

Pengelolaan energi baru terbarukan akan memanfaatkan teknologi baru yang inovatif untuk menghasilkan energi secara efisien. Contohnya teknologi panel surya yang memanfaatkan energi matahari serta teknologi pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga air hingga panas bumi.

4. Bersifat Berkelanjutan

Energi baru terbarukan juga bersifat sustainable atau berkelanjutan. Artinya, energi ini mampu memenuhi kebutuhan energi saat ini hingga generasi mendatang. Hal ini dikarenakan EBT memanfaatkannya energi terbarukan yang tak pernah habis dan dapat diperbarui secara alami.

5. Alternatif Pengganti Energi Fosil

EBT dianggap sebagai energi alternatif utama yang bisa mengurangi ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil. EBT mendukung transisi energi ke sistem yang lebih bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Apa Saja Contoh Energi Baru dan Terbarukan?

Energi baru terbarukan dan konservasi energi telah ada di Indonesia. Sayangnya saat ini mayoritas orang masih mengandalkan bahan bakar fosil, baik untuk transportasi, industri, dan lain sebagainya.

Padahal, Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat digunakan untuk mendukung kehidupan masyarakatnya, termasuk sumber energi terbarukan untuk EBT. Lalu, energi baru terbarukan apa saja?

Berikut beberapa jenis EBT seperti dikutip dari laman Kementerian Pertahanan:

1. Energi Listrik dari Tenaga Surya

PEMASANGAN PLTS DI BANDARA NGURAH RAI
Petugas melakukan perawatan panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (21/9/2022). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nym.

Matahari merupakan sumber energi terbarukan yang memancarkan energi besar ke bumi. Energi yang diterima permukaan bumi diperkirakan mencapai 1000 watt per meter persegi. Namun, kurang dari 30% energi akan dipantulkan ke atmosfer.

Guna memanfaatkan energi matahari, maka diperlukan teknologi canggih yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi baru, misalnya energi listrik yang dapat dimanfaatkan oleh publik.

Contohnya teknologi panel surya yang menggunakan sel surya fotovoltaik serta sistem lensa dan mesin kalor. Contoh lainnya adalah pembangkit listrik termal. Dalam teknologi ini, energi matahari akan memanaskan fluida sampai muncul uap yang nantinya digunakan memutar turbin.

2. Energi Listrik dari Energi Air

PLTA Balambano di Luwu Timur
Foto udara lokasi PLTA Balambano di Desa Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (29/7/2023). PLTA Balambano yang dibangun oleh PT VALE Indonesia Tbk memanfaatkan aliran sungat dari tiga danau yakni Matano, Mahalona, dan Towuti sehingga mampu menghasilkan daya listrik sebesar 110 megawatt dan 10 megawatt untuk disalurkan di masyarakat sekitar. ANTARA FOTO/Jojon/nym.

Indonesia tercatat memiliki potensi energi air hingga 75.000 MW yang sayangnya baru digunakan 10% saja per tahun 2014. Air diketahui memiliki energi kinetik yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi baru terbarukan, misalnya energi listrik.

Untuk menghasilkan listrik, diperlukan teknologi yang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memanfaatkan energi kinetik air untuk menggerakkan turbin. Turbin yang dihubungkan ke generator akan menghasilkan listrik yang dapat digunakan secara luas.

Ada pula pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) yang berskala kecil dengan kapasitas 5 kW-100 kW tiap unitnya. PLTMH umumnya dibangun di sungai yang tidak terlalu besar di daerah terpencil, misalnya PLTMH Cinta Mekar di Jawa Barat.

3. Energi Listrik dan Mekanik dari Tenaga Angin

PEMBANGKIT LISTRIK CRIMEA
Matahari tenggelam di belakang turbin kincir angin pembangkit listrik di wilayah Mirnyi, Crimea, Jumat (1/6). ANTARA FOTO/REUTERS/Pavel Rebrov

Energi baru terbarukan contoh lainnya adalah energi yang dihasilkan dari angin. Angin termasuk energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dan energi mekanik untuk pompa air.

Untuk menghasilkan listrik, dibutuhkan teknologi pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang dilengkapi dengan kincir angin. Teknologi ini awalnya akan mengubah energi angin menjadi energi kinetik seiring dengan bergeraknya kincir. Energi kinetik ini kemudian mengaktifkan generator sehingga akan menghasilkan energi listrik.

PLTB pertama yang dibangun di Indonesia adalah PLTB di Sidrap, Sulawesi Selatan, yang diresmikan pada tahun 2018 silam. Meski demikian, Indonesia memiliki potensi energi yang relatif lebih kecil dibandingkan energi lainnya, yakni sebesar 60.647 MW saja.

4. Energi Listrik dari Panas Bumi

Realisasi dana bonus produksi panas bumi di Indonesia
Pekerja memeriksa pipa Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (29/10/2024).ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/aww.

Energi panas bumi atau geothermal adalah energi yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2003, energi panas bumi dapat ditemukan dalam uap air, bebatuan, mineral, hingga gas yang berada di sistem panas bumi.

Indonesia diketahui memiliki potensi hingga mencapai 40% dari potensi panas bumi dunia. Hal ini dipengaruhi oleh wilayah negara ini yang masuk dalam kawasan ring of fire. Di Indonesia, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pertama dibangun di Kamojang, Jawa Barat, di tahun 1983.

5. EBT dari Bioenergi

Co-firing Biomassa
Petugas PLN Indonesia Power melakukan pengecekan terhadap biomassa (sawdust) yang akan digunakan sebagai substitusi bahan bakar batu bara atau (co-firing) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten. FOTO/PLN UID Kalselteng

Bioenergi adalah bentuk energi terbarukan yang berasal dari bahan-bahan organik atau biomassa. Contoh bahan baku yang bisa menghasilkan bioenergi antara lain kayu, kelapa sawit, hingga kotoran hewan ternak.

Bioenergi dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dengan teknologi PLT Bioenergi. Indonesia pun diketahui sudah memiliki sejumlah PLT Bioenergi di beberapa daerah, mulai dari Kalimatnya hingga Nusa Tenggara Timur.

Secara umum, pengelolaan bahan organik atau biomassa juga akan membentuk sejumlah energi primer yang memiliki kegunaan dan kelebihan masing-masing. Misalnya energi biodiesel, bioetanol, biomassa padat, hingga biogas.

Indikator Energi Baru Terbarukan

Ilustrasi go green

Ilustrasi go green. FOTO/istockphhoto

Indikator EBT merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan apakah suatu energi termasuk dalam golongan energi baru terbarukan. Setidaknya ada empat macam indikator yang bisa digunakan, yaitu:

1. Sumber Energi

Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa sebuah energi termasuk EBT adalah sumber energinya yang terbarukan. Sumber energi seperti matahari, angin, dan air merupakan sumber energi yang dapat diperbarui sekaligus mudah diakses untuk dikelola menjadi EBT.

2. Ketersediaan

Indikator EBT lainnya adalah jumlah ketersedian energi yang berkelanjutan. Dengan sumber energi yang terus dapat diperbarui secara alami, maka EBT juga akan berkelanjutan dan dapat dinikmati masyarakat luas.

3. Emisi dan Dampak Lingkungan

Produksi dan pemanfaatan energi harus menghasilkan emisi karbon dan gas rumah kaca yang jauh lebih rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali, dibandingkan dengan energi fosil. Pengelolaan EBT juga harus ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem yang ada.

4. Efisiensi Tinggi dan Kompatibel dengan Teknologi Modern

Teknologi yang digunakan untuk mengonversi energi harus efisien dalam menghasilkan energi akhir (EBT) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Jadi, pengelolaan energinya pun harus kompatibel dengan teknologi modern, baik yang sudah ada atau yang sedang dikembangkan.

5. Mendukung Kemandirian Energi

EBT yang bersumber dari energi terbarukan ini harus mampu membantu suatu negara atau wilayah untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi dari bahan bakar fosil. Jadi, wilayah tersebut dapat mengimplementasikan ketahanan energi, menjadi lebih mandiri, dan tidak bergantung pada impor bahan bakar.

Energi baru terbarukan adalah solusi untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan potensi besar yang dimilikinya, Indonesia dapat menghasilkan EBT sebagai sumber energi nasional sekaligus berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon global.

Baca juga artikel terkait ENERGI atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani