tirto.id - Partai Demokrat dan Partai Nasdem terlihat semakin mesra dalam menghadapi Pemilu 2024. Terbaru adalah kunjungan petinggi partai berlambang mercy yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Nasdem Tower, Kantor DPP Partai Nasdem, di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2022).
Kedekatan 'mesra' antara Demokrat dengan Nasdem tidak terlepas dari beberapa kali pertemuan intens antara petinggi kedua parpol tersebut. Selama 2022 bahkan Demokrat tercatat tiga kali berkunjung ke markas Nasdem, partai besutan Surya Paloh tersebut.
Pertemuan pertama berlangsung pada 29 Maret 2022. Dal silaturahim tersebut, AHY datang bersama lima petinggi Partai Demokrat ke kantor DPP Nasdem. Mereka disambut Ketua Umum DPP Nasdem Surya Paloh, Bendahara Umum Nasdem Ahmad Sahroni dan jajaran pengutrus DPP. Kala itu, pertemuan diklaim hanya membahas soal isu kebangsaan.
Silaturahim kedua berlangsung antara Surya Paloh dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Koordinator Juru Bicara DPP Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mengatakan, pertemuan tersebut adalah kunjungan balasan saat Surya Paloh mengunjungi pengobatan SBY di Klinik Mayo, Amerika Serikat. SBY memang sempat menderita kanker prostat hingga dirawat di AS.
Kunjungan ketiga berlangsung pada Kamis (23/6/2022) atau 6 hari setelah Partai Nasdem menggelar rapat kerja nasional (rakernas) yang memunculkan tiga nama bakal capres yang akan mereka usung pada Pilpres 2024. Namun demikian, Paloh mengaku pertemuan kali ini tidak membahas soal capres-cawapres meski Demokrat sudah berkunjung beberapa kali.
“Belum ada [pembicaraan calon], kami belum ada proses mengusung nama capres atau cawapres dengan Demokrat,” kata Paloh di Nasdem Tower usai pertemuan dengan AHY beserta rombongan.
Paloh menuturkan, “Ya itu [bakal calon] juga yang belum dibicarakan Mas AHY. Pada saatnya mungkin kita akan masuk ke wilayah itu, tetapi menurut kami terlalu dini kalau sekarang kita bicara di sana, artinya masih panjang proses ini, waktunya masih cukup dan mudah-mudahan kita semua bersabar.”
Sementara Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono mengungkapkan, dirinya bertemu Surya Paloh memiliki harapan untuk terjadi komunikasi yang berpotensi mengarah ke koalisi dalam proses Pemilu 2024.
“Dan pada akhirnya jika semakin intensif komunikasi yang kami lakukan, mudah-mudahan terbuka ruang yang lebih luas bagi kebersamaan perjuangan, baik Partai Nasdem atau Partai Demokrat ke depan,” kata AHY di Nasdem Tower, Jakarta Pusat.
Namun demikian, pertemuan Demokrat dengan partai lain di luar Nasdem pada 2022 tidak banyak. Pertemuan antar-ketua umum yang terekam antara Demokrat dengan partai lain hanya saat Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bertemu AHY pada 7 Mei 2022. Terbaru pertemuan AHY dan Prabowo Subianto pada Jumat malam (24/6/2022).
Indikasi Menuju Koalisi
Analis Politik Indostrategi, Arif Nurul Imam menilai, kedatangan petinggi Demokrat hingga tiga kali ke markas Nasdem menandakan bahwa Demokrat serius untuk membahas koalisi dengan parpol besutan Surya Paloh tersebut. Ia menduga, pembahasan sudah mengarah pada pembahasan Pilpres 2024.
“Demokrat yang datang tiga kali ke Nasdem tentu merupakan pertemuan paling intens dibanding pertemuan dengan partai lain. Karena itu, kedatangan Demokrat hingga tiga kali kemungkinan besar lantaran ada pembahasan politik yang serius, misalnya pembahasan soal Pilpres 2024,” kata Imam kepada reporter Tirto.
Imam menilai, Partai Demokrat sulit berkomunikasi dengan partai lain di luar Nasdem karena sejumlah faktor. Salah satunya soal target Demokrat pada Pemilu 2024 yang ngotot mendorong AHY sebagai bakal capres maupun cawapres.
“Bisa jadi karena chemistry tidak nyambung atau ada faktor-faktor kalkulasi politik tertentu. Ini karena target utama Demokrat selain pemenangan legislatif juga berusaha mencalonkan ketua umum AHY ikut dalam kontestasi pilpres dan Nasdem yang paling berpeluang,” kata Imam.
Imam menduga, masalah komunikasi politik Demokrat dengan partai politik lain hanya akibat benturan kepentingan dan kebutuhan politik. Ia tidak memungkiri bisa saja kepemimpinan AHY, tetapi faktor utama tetap karena kepentingan politik.
“Ada faktor itu, tapi bukan faktor dominan. Saya kira faktor utamanya soal belum bertemunya titik kepentingan dengan parpol lainnya,” kata Imam.
Ia yakin Demokrat akan menemukan mitra koalisi, apalagi undang-undang mengamanatkan partai wajib mengajukan paslon pilpres sehingga harus berkoalisi dengan partai lain entah berfungsi sebagai penggenap atau inisiator. Ia yakin, Nasdem dan PKS akan menjadi mitra paling kuat bagi Demokrat dalam pemilu serentak mendatang.
Demokrat Sulit Komunikasi dengan Partai Lain?
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengatakan, intensitas pertemuan Demokrat-Nasdem menandakan Demokrat serius untuk kembali masuk kekuasaan. Peran Nasdem menjadi mediator untuk berkomunikasi dengan partai-partai lain.
Lantas, mengapa Demokrat bisa dekat dengan Nasdem daripada partai lain? “Warna politik menjadi salah satunya. Apalagi keduanya adalah partai menengah. Selain itu pula kata ‘demokrat’ di kedua nama partai bisa jadi alasan kedekatan emosional,” kata Wasisto saat dihubungi reporter Tirto.
Wasisto menilai, Demokrat mengalami posisi sulit berkomunikasi dengan partai lain karena beberapa alasan. Ia menduga, kesulitan bukan akibat isu kepemimpinan, tapi lebih pada posisi politik partai. Ia juga menduga faktor posisi Demokrat yang sempat berkuasa memicu partai lain berkalkulasi untuk berkoalisi dengan partai berlambang mercy itu.
“Karena mungkin ada pengalaman pemerintahan sebelumnya di mana Demokrat pernah berkoalisi dengan beroposisi dengan parpol lain. Nasdem sendiri masih dinilai belum ada noda politik dengan Demokrat," kata Wasisto.
Di sisi lain, ia melihat partai-partai sudah menentukan posisi sehingga Demokrat sulit berkomunikasi. Ia menilai, PKS dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Golkar, PPP, dan PAN sudah membuat dinding sehingga Demokrat sulit mendekat. Hal tersebut juga terlihat pada PDIP dan Gerindra.
“Saya pikir memang ada semacam gap komunikasi antara Demokrat dengan partai-partai terdahulu di mana mitra koalisinya tetap masuk pemerintahan, sementara Demokrat berada di luar selama 2014-2024. Pengalaman ‘tertinggal’ ini yang sekiranya membuat Demokrat selektif dalam berkomunikasi,” kata Wasisto.
Akan tetapi, koalisi dengan Nasdem juga masih tergantung dengan proses pendekatan Demokrat kepada partai besutan Surya Paloh itu. “Kalau gagal, Demokrat perlu segera mencari mitra parpol lain. Kalau pun berhasil, Demokrat bisa berpeluang masuk ke gerbong kekuasaan 2024," kata Wasisto.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz