tirto.id - Perkembangan Islam di Afghanistan dapat dipantau sejarahnya sejak zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, khususnya pada masa ekspedisi Islam yang dipimpin Asim Bin Umar At-Tamimy. Lantas, bagaimana Islam masuk pertama kali ke Afghanistan?
Sebelum membahas tentang sejarah Islam di Afghanistan, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa negara tersebut berlokasi di Asia Tengah. Kemudian juga kerap dianggap sebagai blok regional Asia Selatan maupun Timur.
Adapun pemerintahannya sekarang melibatkan berbagai orang terpelajar yang dikenal dengan sebutan Kelompok Taliban. Mereka sudah beberapa kali memimpin negara ini, kendati sampai sekarang hanya sedikit negara yang mengakuinya.
Sejarah Perkembangan Islam di Afghanistan
Sejarah Islam di Afghanistan dimulai pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Dakwah Islam pertama di Afghanistan kala itu berlangsung, tepatnya melalui suatu ekspedisi yang dipimpin langsung Asim bin Umar At-Tamimy.
Selanjutnya, penguasaan Islam secara penuh atas Tanah Afgan dilakukan di masa Khalifah Utsman bin Affan melalui ekspansi yang dipimpin Sa'ad bin Ash. Perluasan kekuasaan kembali dilakukan di masa Dinasti Umayyah, sebagaimana ditulis Syarifuddin dalam Jurnal Istiqra (2016).
Di masa silam, Afghanistan dikenal dengan sebutan Khurasan. Jika disebutkan kota Khurasan di kitab-kitab klasik Islam, nama itu merujuk ke wilayah Afghanistan yang sekarang.
Siapakah yang merusak perkembangan Islam di Afghanistan mengapa hal tersebut terjadi? Singkat cerita, setelah berkali-kali mengalami pergantian kekuasaan di Afghanistan, Inggris kemudian mengolonisasi daerah tersebut. Wilayah Afghanistan lantas menjadi protektorat Inggris pada abad ke-19.
Afghanistan baru lepas dari penjajahan pada 1973, yakni ketika Muhammad Daud mengumumkan berdirinya Republik Afghanistan dengan dia yang menjadi presiden Afghanistan pertama. Akan tetapi, Muhammad Daud dianggap sebagai kaki tangan komunis yang banyak dibenci umat Islam Afghanistan.
Pada 1978, Muhammad Daud dibunuh dan digantikan dengan Nur Muhammad Taraki yang juga dimusuhi penduduk Afgan. Kemudian tahun 1979, Presiden Nur Taraki juga dibunuh oleh musuhnya yang berada di partai yang sama: Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan.
Titik balik Afghanistan terjadi pada 1992. Saat itu, Presiden Afghanistan Najibullah menyerahkan kekuasaan pada kaum mujahidin yang sebelumnya mengepung Kabul.
Kaum mujahidin membentuk Pemerintahan Negara Islam pada 28 April 1992 di bawah pimpinan Burhanudin Rabbani dan Gulbuddin Hekmatyar sebagai perdana menterinya.
Singkat kata, Pemerintahan Negara Islam ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sebagai respons kekacauan di Afghanistan, muncullah kelompok terpelajar yang dikenal sebagai Taliban (dalam bahasa Arab, thalib artinya orang terpelajar). Aksi kelompok Taliban meluas di penjuru Afghanistan dan menarik simpati masyarakat.
Kelompok Taliban akhirnya menumbangkan kekuasaan presiden sebelumnya dan mendirikan pemerintahan sendiri yang bernama Keamiran Islam Afghanistan pada 26 Januari 1996. Ketika Taliban mendirikan pemerintahannya, hanya tiga negara yang mengakui: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Pakistan.
Kontroversi Taliban terus berlanjut karena dianggap bekerja sama dengan kelompok Al-Qaeda yang dianggap teroris oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Serangan terkenal World Trade Center (WTC) 9/11 di Amerika Serikat dianggap dimotori oleh Al-Qaeda yang dibekingi Taliban.
Pada 7 Oktober 2001, Amerika Serikat kemudian menginvasi Afghanistan setelah Taliban menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden yang mencari suaka di Afghanistan. Osama bin Laden dituduh sebagai dalang serangan paling mematikan di Amerika Serikat tersebut.
Meskipun Taliban menuntut Amerika untuk membuktikan bahwa Osama bin Laden berperan terhadap serangan 9/11, Presiden Bush menolak permintaan tersebut. Negosiasi antara Taliban dan Amerika juga berakhir buntu.
Dua bulan setelahnya, pada Desember 2001, pemerintah sementara Republik Islam Afghanistan kemudian dibentuk yang dipimpin oleh Hamid Karzai (di bawah perlindungan Amerika Serikat). Pemerintahan Afghanistan bentukan Amerika Serikat ini kemudian tumbang pada 2021 silam.
Populasi Umat Islam di Afghanistan
Jumlah penduduk Afghanistan berdasarkan catatan situs World Meter mencapai angka 42.647.492 (42 juta enam ratus empat puluh tujuh empat ratus sembilan puluh dua) jiwa. Angka ini dicatat sebagai data perkembangan penduduk tahun 2024 silam.
Adapun peradaban Islam di Afghanistan masih memegang popularitas paling banyak. Dari 42 juta lebih penduduk negara tersebut, penganut agama Islam memegang sekitar 99,7 persen, sebagaimana dilansir dari Cultural Atlas.
Mengutip sumber serupa, Islam diklaim sebagai agama resmi yang terdapat di Afghanistan. Sementara sisa angka penganut agama lainnya sekitar 0,3 persen beragam, mulai dari Hindu, Kristen, Sikh, dan Baha’i.
Kondisi Terkini Islam di Afghanistan
Negara Afghanistan sekarang telah berada di bawah tampuk kekuasaan Kelompok Taliban. Dinukil dari laman Universitas Al-Azhar Indonesia, Taliban telah menyetujui perjanjian tertentu bersama AS pada 2020 silam.
Beberapa hal yang harus disetujui oleh Taliban dalam perjanjian tersebut yakni pemutusan hubungan dengan Al-Qaeda. Ketentuan ini juga berlaku bagi Taliban terhadap berbagai organisasi golongan ekstremis lain.
Taliban juga dituntut untuk mengurangi angka kekerasan yang kerap terjadi pada masa konflik sebelumnya. Kemudian mengadakan janji perdamaian bersama pemerintahan Afghanistan yang pernah menjabat.
Adapun kehidupan sosial di Afghanistan sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim melarang adanya hiburan. Bukan hanya sektor hiburan, pemerintahan juga melarang pemberian hari libur untuk hari besar non-Islam.
Sementara hukum hierarki di masa sekarang sudah perlahan memudar, sehingga perempuan dapat ikut serta dalam mencari nafkah. Sesuai dengan syariat Islam, kehidupan perempuan di sana sudah bisa bersekolah, berpergian, maupun bekerja.
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yuda Prinada