Menuju konten utama

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Sekolah, RI Tawarkan Beasiswa

Menlu Retno Marsudi berharap larangan sekolah bagi perempuan Afghanistan di tingkat sekolah menengah dapat ditinjau kembali.

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Sekolah, RI Tawarkan Beasiswa
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjawab pertanyaan dalam sesi wawancara khusus dengan Kantor Berita Antara di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (14/10/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

tirto.id - Dalam pertemuan “Neighbouring Countries of Afghanistan + Afghanistan” Foreign Ministers’ Dialogue, Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Retno Marsudi menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki di manapun, juga di Afghanistan memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang setara dan dipenuhi hak-haknya termasuk hak terhadap pendidikan.

Oleh karena itu, dia berharap agar larangan sekolah bagi perempuan Afghanistan di tingkat sekolah menengah dapat ditinjau kembali.

"Sebagai negara Muslim terbesar, Indonesia siap berkontribusi membantu rakyat Afghanistan termasuk dalam hal pendidikan," ujar Retno melalui Zoom dalam press briefing Menlu RI dari RRT, Kamis (31/3/2022).

Dalam pertemuan tersebut, dia memberikan informasi bahwa pada tanggal 26 Maret yang lalu, Qatar dan Indonesia telah menandatangani Letter of Intent. Intinya adalah menyampaikan kesiapan kedua negara untuk menawarkan beasiswa dan capacity building, terutama untuk kaum perempuan Afghanistan.

"Kita tidak ingin melihat Afghanistan gagal," tutur Retno.

Menurut dia, negara tetangga Afghanistan memiliki peran penting yang dapat dimainkan, yaitu membantu rakyat Afghanistan agar dapat hidup damai dan sejahtera.

"Walaupun Indonesia bukan negara tetangga dekat, namun rakyat Afghanistan baik perempuan maupun laki-laki, selalu dekat di hati masyarakat Indonesia," ucap Retno.

Dia pun menyampaikan beberapa pemikiran, bagaimana menciptakan Afghanistan yang damai, stabil, dan sejahtera dalam pertemuan itu. Pertama, terkait pentingnya pemenuhan janji Taliban.

Retno menyebut Taliban perlu mempertimbangkan penyusunan sebuah peta jalan atau roadmap terkait langkah nyata dan timeline pemenuhan janjinya. Hal penting yang perlu dihindari adalah semakin tertundanya pemenuhan janji atau bahkan terjadi kemunduran (regress). "Ini saya tekankan dua kali," kata dia.

Kedua, tutur Retno, bantuan kemanusiaan perlu untuk diprioritaskan. Saat ini, terdapat sejumlah inisiatif terkait bantuan kemanusiaan bagi Afghanistan.

Dia juga menekankan penting adanya sinergi dalam pemberian bantuan kemanusiaan, agar memberikan dampak yang lebih besar kepada rakyat Afghanistan. Dan dalam pertemuan itu, dia menjelaskan mengenai bantuan kemanusiaan yang telah dan akan terus diberikan oleh Indonesia kepada rakyat Afghanistan.

Hal ketiga, kata Retno, dia menyampaikan bahwa bantuan ekonomi dan pembangunan untuk Afghanistan penting, karena pembangunan ekonomi harus mulai dipikirkan. Namun sekali lagi, penting bagi Taliban untuk memenuhi janji-janjinya.

Karena pemenuhan janji tersebut atau pemenuhan komitmen tersebut akan menciptakan lingkungan yang kondusif (enabling environment) bagi dukungan internasional terhadap pembangunan ekonomi Afghanistan.

"Humanitarian assistance [bantuan kemanusiaan] saja tidak cukup, kalau hanya berhenti di human assistance maka perlu mulai dipikirkan mengenai isu pembangunan," ujar Retno.

Poin terakhir yang dia sampaikan dalam pertemuan itu mengenai Afghanistan adalah pentingnya membangun kepercayaan (trust) antara Taliban dengan dunia internasional. "Trust atau kepercayaan ini tidak jatuh dari langit, namun harus dibangun dan dipelihara," kata Retno.

"Trust akan tercipta apabila Taliban melakukan langkah maju dan memenuhi semua komitmen yang telah disampaikan pada Agustus tahun lalu," imbuh dia.

Baca juga artikel terkait KONFLIK AFGHANISTAN atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri