Menuju konten utama

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kuliah di Universitas

Taliban melarang perempuan Afghanistan untuk kuliah dan sekolah di universitas.

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kuliah di Universitas
Mahasiswa Afghanistan mengantre di salah satu gerbang Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan, pada 26 Februari 2022. Wanita dilarang masuk ke universitas swasta dan negeri di Afghanistan dengan berlaku segera dan hingga pemberitahuan lebih lanjut, kata juru bicara pemerintah Taliban pada Selasa, 11 Desember. 20, dekrit terbaru menindak hak dan kebebasan mereka. (AP Photo/Hussein Malla, File)

tirto.id - Taliban Afghanistan melarang siswa perempuan untuk kuliah di universitas dalam kebijakan terbarunya pada Selasa, 20 Desember 2022. Taliban telah secara luas menerapkan interpretasi mereka terhadap hukum Islam atau Syariah.

Pada awal berkuasa di Afghanistan, Taliban menjanjikan aturan yang lebih moderat dengan menghormati hak-hak perempuan dan minoritas. Tetapi sekarang mereka tidak menepati janji tersebut.

AP News memberitakan, Taliban melarang anak perempuan dari sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Mereka juga membatasi perempuan untuk bidang pekerjaan tertentu dan memerintahkan perempuan untuk mengenakan pakaian dari kepala hingga ujung kaki di depan umum.

Keputusan untuk melarang perempuan kuliah di universitas datang setelah rapat pemerintah. Juru bicara Kementerian Pendidikan Tinggi, Ziaullah Hashmi meminta universitas swasta dan negeri agar menerapkan larangan itu secepat mungkin.

Larangan itu datang setela beberapa minggu perempuan Afghanistan selesai mengikuti ujian kelulusan sekolah menengah walapun Taliban melarang mereka memasuki ruang kelas.

Kesaksian Mahasiswa Perempuan di Afghanistan

Seorang mahasiswa jurnalistik dan komunikasi tahun ketiga di Universitas Nangarhar mengaku sangat terpukul dengan larangan tersebut dan dia tidak bisa berbuat banyak untuk mengubah keadaan.

“Saya tidak bisa memenuhi impian saya, harapan saya. Semuanya menghilang di depan mata saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ucap mahasiswa yang tak ingin disebutkan namanya demi keselamatan.

“Apakah menjadi seorang gadis adalah kejahatan? Jika itu masalahnya, saya berharap saya bukan seorang gadis, ”tambahnya.

“Ayah saya punya impian untuk saya, bahwa putrinya akan menjadi jurnalis berbakat di masa depan. Yang sekarang hancur. Jadi, beri tahu saya, bagaimana perasaan seseorang dalam situasi ini?”

Kendati demikian, dia belum kehilangan semua harapannya dan akan melanjutkan cita-cita dengan cara apapun.

“Insya Allah saya akan melanjutkan studi saya dengan cara apapun. Saya memulai studi online. Dan, jika tidak berhasil, saya harus meninggalkan negara itu dan pergi ke negara lain,” katanya.

Pada Desember tahun lalu, wanita Afghanistan memutuskan turun ke jalan untuk memprotes kebijakan Taliban. Peserta demonstrasi itu menyerukan agar Taliban menghormati hak-hak perempuan.

Al Jazeera melaporkan, sekitar 30 perempuan berkumpul di dekat masjid di kota Kabul, sambil meneriakkan "keadilan... keadilan... dan keadilan." Tetapi koresponden AFP melaporkan, unjuk rasa itu dihentikan pasukan Taliban.

Para pengunjuk rasa memprotes kebijakan Taliban yang terlalu membatasi perempuan. “Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia. Kami harus mempertahankan hak kami,” kata seorang pengunjuk rasa Koahistani.

Otoritas Taliban membuat aturan baru untuk perempuan di Afghanistan. Isinya melarang perempuan melakukan perjalanan jauh dengan transportasi darat tanpa ditemani kerabat dekat laki-laki.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya