Menuju konten utama

Perginya Sang Pangeran

Prince adalah musisi nyentrik. Ia tak ada duanya. Kepergiannya mengagetkan dunia. Semua akan merindukan musik dan tentu saja keunikannya. Sebagai musisi, Prince sangatlah produktif. Pria bernama asli Prince Rogers Nelson ini baru berumur 18 tahun saat meneken kontrak rekaman dengan Warner Bros Records pada 1977 .

Perginya Sang Pangeran
Prince ketika tampil di ajang Billboard Music Award di Las Vegas, Amerika. STEVE MARCUS/REUTERS

tirto.id - Suatu hari, gitaris Eric Clapton ditanya oleh seorang reporter.

"Bagaimana rasanya menjadi gitaris terbaik dunia?"

Clapton diam sebentar. Lalu menjawab, "Entahlah, tanyakan itu ke Prince."

Dia tak sedang sarkas atau membual. Seluruh orang boleh punya gitaris terbaik versi masing-masing. Johnson. Hendrix. Krieger. Barret. Richards. Van Halen. Slash. DeMartini. Vai. Malmsteen. Satriani. Nuno. Iommi. Page. Harrison. May. Dan tentu saja Clapton.

Namun, maaf-maaf saja nih, Bung. Prince menempati ceruk khusus. Ia bermain seperti gabungan antara Little Richards dan Hendrix. Prince adalah seorang virtuoso yang menjadikan gitar sebagai bagian dari tubuhnya. Tak berhenti sampai di sana, ia juga berhasil menarik permainan gitar dan segala kemagisannya ke ranah yang dianggap asing dari tanah rock n roll: RnB.

Nama Prince memang sering terlupa kalau bicara tentang gitar. Bisa jadi karena Prince terlalu "melebar". Dia tidak sekadar bermain gitar. Dia seorang multi-instrumentalis. Dalam album For You, album debut yang dirilis pada 1978, dia memainkan 27 instrumen, alias semua alat musik di album itu. Mulai gitar, minimoog, bongo, conga, clarinet, hingga fuzz bass. Tak cukup hanya bermain alat musik, dia mahir bernyanyi, joget, bahkan bermain film. Mungkin karena itu dia tak dianggap sebagai pendekar gitar.

Pangeran yang Sangat Produktif

Sebagai musisi, Prince sangatlah produktif. Pria bernama asli Prince Rogers Nelson ini baru berumur 18 tahun saat meneken kontrak rekaman dengan Warner Bros Records pada 1977. Hingga 2015, Prince sudah merilis 39 album studio, 4 live album, dan 6 album kompilasi. Dalam beberapa kali kesempatan, Prince bahkan merilis dua album dalam setahun. Semisal Come dan The Black Album yang dirilis pada 1994, Chaos and Disorder dan Emancipation pada 1996, hingga The Vault: Old Friends 4 Sale dan Raven Un2 the Joy Fantastic yang dirilis pada 1999.

Prince bahkan pernah merilis tiga album sekaligus pada 2004. Tak cukup hanya double album, tapi triple album. Yakni Musicology, The Chocolate Invasion, dan The Slaughterhouse. Prince juga menulis lagu lebih banyak ketimbang The Beatles. Katalog lagu yang dia tulis mencapai lebih dari 600 lagu. Beberapa di antaranya dinyanyikan ulang oleh generasi setelahnya, seperti "Nothing Compares 2 You" yang dipopulerkan kembali oleh Sinnead O’Connor.

Dari semua albumnya, mungkin tak ada yang memiliki pengaruh sebesar album keenamnya, Purple Rain. Di album ini, Prince pertama kalinya mengenalkan band pengiringnya: The Revolution. Formasi ini membawa pengaruh besar. Musik Prince lebih terasa unsur bandnya. Drum, gitar, bahkan synth sama-sama menonjol. Prince juga menampilkan permainan gitar gila-gilaan, sesuatu yang membuatnya dijuluki virtuoso. Kemampuan yang membuat Clapton --kerap dijuluki sebagai dewa gitar-- menyebut Prince sebagai gitaris terbaik dunia.

Ada banyak cerita tentang lagu-lagu di album ini. Tentang "Darling Nikki", misalkan. Lagu ini yang membuat Tipper Gore --istri mantan Wakil Presiden Al Gore-- membentuk Parents Music Resource Center gara-gara anaknya yang berumur 12 tahun kala itu mendengarkan "Darling Nikki" yang bermuatan seksual. Lembaga ini kemudian memaksa industri musik untuk menaruh label peringatan "Parental Advisory: Explicit Lyrics" bagi album-album yang mempunyai konten lirik "berbahaya" dan tidak cocok untuk anak-anak. Kasus ini menjadi besar dan heboh. Beberapa musisi seperti Frank Zappa, Dee Snider, dan John Denver menolak keras usulan ini.

Lagu termegah di album ini, sekaligus yang terbesar sepanjang karier Prince adalah "Purple Rain", sebuah balada agung yang aslinya berdurasi 11 menit, kemudian dipotong hingga jadi 8 menit 41 detik. Prince awalnya meminta musisi Stevie Nicks untuk menulis liriknya. Tapi setelah mendengar musiknya, Nicks menolak.

"Itu lagu yang luhur sekali... aku mendengarkannya dan jadi ketakutan. Aku telepon Prince dan bilang kalau aku tak bisa bikin liriknya. Lagu ini terlalu besar untukku," kata Nicks yang merupakan anggota grup Fleetwood Mac.

Akhirnya, Prince sendiri yang menulis liriknya. Tentang kisah cinta yang kandas dan persahabatan yang hancur. Musiknya perpaduan antara rock, blues, pop, dan gospel. Lagu ini menjadi sebuah simbol, setidaknya bagi para penggemarnya. Prince menampakkan sisi romantis dan melankolisnya. Tapi jangan salah, solo gitar lagu ini begitu garang sekaligus indah.

Lagu kudus ini masuk dalam peringkat 143 dalam senarai 500 Lagu Terbaik Sepanjang Masa versi majalah musik Rolling Stone. Majalah Q menempatkan lagu ini di nomor 40 dalam 100 Lagu Gitar Terbaik. Sedangkan situs musik Pitchfork menasbihkannya sebagai lagu terbaik dari dekade 1980-an.

Secara album, pencapaiannya juga teramat dahsyat. Dianggap sebagai magnum opus Prince, album ini berada dalam peringkat 15 Album Terbaik Sepanjang Masa versi majalah Time. Dalam daftar 500 Album Terbaik Sepanjang Masa versi Rolling Stone, album ini menempati peringkat 76. Prince memenangkan dua Grammy Awards pada 1985 berkat album ini.

Album ini juga dijadikan soundtrack untuk film berjudul sama, dibintangi oleh Prince sendiri, dan juga sukses besar. Dengan modal hanya 7 juta dolar, film ini berhasil meraup pendapatan hingga 68 juta dolar.

Album Purple Rain juga mendapat Oscar untuk kategori Best Original Song Score. Pada 2012, album ini dimasukkan ke dalam daftar National Recording Registry oleh Library of Congress, sebuah daftar untuk album yang "...penting secara kultural, historikal, dan estetikal." Secara penjualan, album ini terjual sebanyak 22 juta keping di seluruh dunia.

Pangeran yang Nyentrik

Siapapun pasti akan setuju kalau Prince adalah musisi yang nyentrik. Kadang kelakuannya suka bikin geleng-geleng kepala. Seperti misal ketika dia mengambil alih seluruh alat musik untuk membuat album debutnya. Atau kisah sewaktu tur Britania Raya pada 1987. Saat itu, Prince tak bisa memasukkan piano ke hotel tempat tinggalnya. Dia pun menyewa crane guna mengangkat piano itu untuk kemudian dimasukkan melalui jendela kamarnya.

Kisah nyentrik lain adalah betapa Prince benci dengan dunia digital. Pada 2008, Prince tampil di festival musik Coachella. Dia sempat membawakan lagu "Creep" milik band Inggris Radiohead. Tapi Prince melarang orang untuk mengunggah video itu ke Youtube. Video itu toh akhirnya diunggah juga karena Thom Yorke, vokalis Radiohead, memberi izin. "Lagipula itu kan laguku," kata Yorke. Kemudian pada 2014, Prince menuntut 22 orang yang mengunggah penampilan Prince ke Youtube. Ketidaksukaan Prince pada internet dan dunia digital memang sudah bukan rahasia.

"Internet akan berakhir. Seperti MTV, dalam suatu masa MTV pernah berjaya. Tapi kemudian jadi ketinggalan zaman. Lagipula, semua komputer dan gawai digital ini sama sekali tidak bagus. Mereka hanya mengisi kepalamu dengan nomor dan angka, dan itu jelas tak bagus untukmu," kata Prince pada 2010.

Ironis sekaligus lucu, Prince malah punya akun Twitter. Tak hanya itu, dia juga punya Instagram. Nama akunnya, Princestagram.

Kisah lucu lainnya adalah, Prince juga suatu hari pernah direncanakan berduet dengan Michael Jackson di lagu "Bad". Tapi membaca lirik awalnya, Prince tak sreg dan kemudian membatalkan kontribusinya.

"Pantatmu itu milikku," kata Prince menirukan kalimat awal lagu "Bad". "Itu siapa yang bernyanyi untuk siapa? Karena jelas pantatku bukan untukmu."

Tapi kisah-kisah absurd dan lucu itu belum seberapa.

Pada 1987, Prince merilis berencana merilis album ke enam belasnya, The Black Album. Tak ada judul di sampul depan, tak ada liner notes. Benar-benar hanya menampilkan warna hitam. Namun, saat Warner baru selesai mencetak 500.000 keping, Prince menarik album ini dan memaksa label untuk tidak mengedarkannya. Alasannya? Prince mendapat mimpi kalau album ini adalah roh jahat, perwujudan setan. Prince kemudian memilih masuk studio dan merekam Love Sexy dalam waktu 8 minggu saja. Warner tak bisa apa-apa selain menuruti Prince, dan baru menjual The Black Album secara terbatas pada 1994.

Kalau itu belum cukup nyentrik, coba dengar kisah Prince pada 1993. Di tahun itu, Prince mendadak emoh memakai namanya sendiri. Dia mengganti namanya dengan simbol. Jelas tidak bisa diucapkan. Prince menyebutnya sebagai simbol Love. Ini adalah perpaduan antara simbol lelaki dan perempuan. Selain David Bowie, Prince memang dikenal sebagai musisi yang menabrak sekaligus menghancurkan batas gender.

Akhirnya untuk kemudahan, orang-orang dekatnya menyebutnya sebagai Love, atau Bung, kadang Bung Love. Yang kerepotan adalah pihak Warner. Karena mereka harus menyediakan ribuan disket berisi simbol khusus itu untuk keperluan media cetak dan promosi.

Media massa kemudian menyebut si Bung Love ini sebagai TAFKAP, kependekan dari The Artist Formerly Known as Prince. Entah dapat wangsit apalagi, si Bung ini kemudian ingin memakai nama Prince lagi beberapa tahun kemudian. Maka media kerap meledeknya sebagai...

The Artist Formerly Known as "The Artist Formerly Known as Prince".

Mantap, Bung.

Sampai Jumpa Lagi, Pangeran!

Pada 21 April 2016 pukul 9.43 pagi, Kepolisian Carver County mendapat panggilan darurat dari Paisley Park, tempat tinggal dan studio rekaman milik Prince. Mereka kemudian pergi ke lokasi dan menemukan Prince tergeletak di elevator, dalam kondisi tak sadar. Polisi dan tim medis kemudian memberikan pertolongan pertama, tapi Prince tak kunjung sadar. Polisi kemudian merilis berita resmi: Prince meninggal di lokasi pada pukul 10.07 pagi.

Sebelum meninggal, Prince diketahui beberapa kali mengunjungi rumah sakit. Pada 20 April, dia berobat ke Rumah Sakit Twin Cities. Setelah diperiksa, dia diperbolehkan pulang. Media infotainment TMZ melaporkan di hari itu, Prince membeli obat di Apotek Walgreens. Itu adalah kunjungan keempat kali dalam seminggu, yang kemudian jadi indikator kalau kesehatan Prince memang memburuk.

Sebelumnya, Prince memang menderita flu selama berminggu-minggu. Hal itu mengakibatkan Prince membatalkan konser pada 7 April. Tapi Prince membuat konser pengganti pada Sabtu, 16 April. Bertempat di Paisley Park, konser itu hanya diumumkan via Twitter pada pagi harinya, dan tiketnya cuma 10 dolar.

"Tunggu beberapa hari lagi sebelum kalian memanjatkan doa," kata Prince di tengah konser itu.

Bisa jadi ucapan Prince adalah firasat bahwa dia akan mangkat tak lama lagi. Benar saja, lima hari berselang dia ditemukan meninggal dunia.

Banyak orang yang kaget dengan kematian mendadak ini. Tahun 2016 tampaknya memang akan jadi tahun menyebalkan bagi dunia musik. Setelah Bowie meninggal, sekarang Prince yang ikut dipanggil.

"Mungkin ini adalah rencana Tuhan untuk konser besar di akhirat sana," kata Reza Aslan, sejarawan sekaligus penggemar Prince.

"Ini adalah kehilangan besar. Seperti tak nyata. Aku gak bisa percaya kabar ini. Prince adalah manusia langka, cuma ada satu di dunia ini," kata musisi legendaris Aretha Franklin.

"Hari ini, dunia kehilangan ikon kreativitas. Michelle dan aku bergabung bersama jutaan penggemar dari seluruh dunia, ikut berduka atas kematian mendadak Prince. Hanya sedikit artis yang bisa memengaruhi sound dan musik pop secara luas, juga menyentuh banyak orang dengan bakatnya. Sebagai salah satu musisi paling hebat dan berbakat, Prince melakukan semuanya. Funk, R&B, rock n roll," kata Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

"Prince pernah berkata suatu ketika, 'jiwa yang kuat selalu melampaui aturan dan batasan'. Dan tak ada jiwa yang lebih kuat, lebih berani, dan lebih kreatif ketimbang Prince," kata Obama lagi.

Prince meninggal, tapi sepertinya dia tak mau orang lain berduka. Sekadar mengingatkan, tema kematian bukan tema yang baru untuk dia. Alih-alih meratap dan bersedih, Prince mengajak kita untuk menjalani hidup sebaiknya, dengan penuh seluruh. Seperti di lagu “Let’s Go Crazy”:

We’re all excited

But we don’t know why

Maybe it’s ’cause

We’re all gonna die

And when we do

What’s it all for?

You better live now

Before the grim reaper come knocking on your door

Selamat tinggal Pangeran!

Baca juga artikel terkait MUSIK atau tulisan lainnya

tirto.id - Musik
Reporter: Nuran Wibisono