tirto.id - Perbandingan statistik Patrick Kluivert vs Shin Tae-yong menunjukkan kedua pihak punya keunggulan di sejumlah kriteria berbeda. STY punya jam terbang lebih tinggi sebagai pelatih, sedangkan Kluivert punya pengalaman karier yang lebih luas. Lalu, siapa lebih unggul?
Patrick Kluivert santer dikabarkan bakal segera menjadi suksesor Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia. Kabar tersebut dibocorkan jurnalis kenamaan, Fabrizio Romano, tak lama setelah pemutusan kontrak STY oleh PSSI pada Senin (6/1/2025) lalu.
Melalui Instagram-nya @fabriziorom, Romano menyebu bahwa pelatih baru Timnas Indonesia bakal dikontrak selama 2 tahun, serta ditambah opsi perpanjangan 2 tahun. Namun demikian pihak PSSI baru akan mengumumkan secara resmi pada hari Minggu (12/1/2025).
“Tanggal 11 malam mendarat, tanggal 12 kita beri kesempatan media untuk tanya jawab. Di tanggal 12 malam rencana ada pertemuan pemain Timnas kita yang main di Liga Indonesia untuk bertemu pelatih baru," kata Ketua PSSI, Erick Thohir, Senin (6/1/2024) seperti dikutip dari Antara.
Meski belum resmi, nama Kluivert kini mulai diperbincangkan di kalangan penggemar timnas. Tak ayal, Kluivert kini juga mulai diperbandingkan dengan STY, yang sudah hampir 5 tahun menukangi Tim Garuda. Lantas siapa lebih unggul, Kluivert atau STY?
Perbandingan Statistik Kluivert vs STY: Jam Terbang sampai Persentase Menang
Shin Tae-yong relatif lebih baik jika dilihat dari sisi jam terbang kepelatihan. Pelatih asal Korea Selatan (Korsel) itu saat ini berusia 54 tahun, atau 6 tahun lebih tua ketimbang Patrick Kluivert (48 tahun).
Usia yang lebih matang, membuat STY lebih dulu mengawali karier kepelatihan ketimbang Kluivert. Shin pensiun sebagai pemain profesional di Brisbane Roar (dulu Queensland Roar) pada 2005. Setelahnya, STY menjabat sebagai asisten pelatih di tim asal Australia tersebut pada 2005-2008.
Berikutnya STY pulang ke Korsel, dan untuk pertama kalinya menjadi pelatih kepala saat menangani Seongnam Ilhwa kurun 2008-2010. Ia mengawal tim itu dalam 190 laga, dengan membukukan rekor 82 menang, 46 imbang, dan 62 kalah. Sementara perbandingan produktivitas adalah 288 gol dan 233 kebobolan.
STY lalu mendapat kesempatan besar saat ditunjuk sebagai pelatih Korsel pada 2014-2018. Ia mengawal The Taegeuk Warrior dalam 23 laga, dengan hasil 8 menang, 6 imbang, dan 9 kalah. Perbandingan gol-kebobolannya adalah 29-29.
Petualangan baru dimulai STY saat ia menerima pinangan PSSI untuk membesut Timnas Indonesia, mulai akhir 2019 hingga awal Januari 2025. Selama 5 tahun bersama Tim Garuda, STY mengawal Indonesia dalam 57 laga, dengan hasil 26 menang, 14 imbang, dan 17 kalah. Lalu produktivitas tim adalah 107 gol dan 75 kebobolan.
Di sisi lain, karier kepelatihan Kluivert baru dimulai 2008 saat menjadi pelatih penyerang AZ Alkmaar, atau usai gantung sepatu dari klub terakhir Lille (Liga Prancis) pada tahun yang sama. Karier kepelatihan Kluivert lebih banyak dihabiskan sebagai asisten pelatih dan pelatih tim junior.
Kesempatan membesut tim senior atau sebagai pelatih kepala baru datang pada 2015, ketika Kluivert menangani Timnas Curacao. Kluivert 2 kali menangani tim tersebut, yakni periode 2015-2016 dan 2021. Secara total, Kluivert mengawal Curacao dalam 14 laga, dengan hasil 4 menang, 4 imbang, 6 kalah. Perbandingan gol-kebobolan di Curacao adalah 27-17.
Kluivert kemudian sempat menangani tim Liga Turki, Adana Demirspor, selama separuh musim tahun 2023. Ia memimpin tim tersebut sebanyak 20 laga, dengan rekor 8 menang, 6 imbang, dan 6 kalah. Perbandingan golnya di angka 41-29.
Jika merujuk kepada persentase menang (khusus tim senior), STY relatif unggul ketimbang Kluivert. Shin punya persentase menang 42,96 persen, lalu persentase imbang 24,44 persen, dan kalah 32,59 persen, dari total 270 pertandingan. Sedangkan persentase menang Kluivert 35,29 persen, imbang 29,41 persen, dan kalah 35,29 persen.
Akan tetapi Kluivert punya rasio gol-kebobolan lebih baik ketimbang STY. Rasio gol-kebobolan Kluivert ialah 1,47, atau 136 timnya mencetak gol dan 92 kebobolan. Sebaliknya, rasio gol-kebobolan STY adalah 1,25, masing-masing 424 memasukan dan 337 kebobolan.
Berikut perbandingan statistik Patrick Kluivert vs Shin Tae-yong, menghimpun data dari Transfermarkt:
Patrick Kluivert
Tim | Main | Menang | Imbang | Kalah | G-K |
Adana Demirspor | 20 | 8 | 6 | 6 | 41-29 |
Curacao | 14 | 4 | 4 | 6 | 27-17 |
Total | 34 | 12 | 10 | 12 | 68-46 |
Persentase/Rasio | 100 | 35,29 | 29,41 | 35,29 | 1,47 |
Shin Tae-yong
Tim | Main | Menang | Imbang | Kalah | G-K |
Indonesia | 57 | 26 | 14 | 17 | 107-75 |
Korea Selatan | 23 | 8 | 6 | 9 | 29-29 |
Seongnam | 190 | 82 | 46 | 62 | 288-233 |
Total | 270 | 116 | 66 | 88 | 424-337 |
Persentase/Rasio | 100 | 42,96 | 24,44 | 32,59 | 1,25 |
*Statistik hanya berdasarkan catatan kedua pelatih saat menangani tim senior (belum termasuk tim kelompok umur).
Perbandingan Kluivert vs STY: Sisi Pengalaman & Gelar
Jika dilihat dari sisi capaian gelar, Shin Tae-yong lebih baik ketimbang Patrick Kluivert. Sejauh ini STY setidaknya sudah merebut 3 gelar, yang ia didapatkan ketika membesut Seongnam Ihwa dan Timnas Korsel.
Capaian tertinggi Shin adalah ketika mengantar Seongnam Ihwa merebut gelar Liga Champions Asia (ACL atau saat ini ACL Elite) pada musim 2010. Bersama Seongnam, ia juga meraih gelar Piala FA Korsel musim 2011. Kemudian bersama Timnas Korsel, Shin meraih gelar Piala Asia Timur atau Piala EAFF edisi 2017.
STY punya pengalaman menangani tim di berbagai kompetisi dan turnamen. Salah satu puncaknya, ia pernah menjadi pelatih Timnas Korsel di ajang Piala Dunia 2018.
Ketika itu Korsel tersingkir dari babak grup. Akan tetapi ada satu hasil paling dikenang, yakni Korsel mampu menumbangkan sang juara bertahan, Timnas Jerman, dengan skor 2-0 di fase grup.
Pencapaian tertinggi Shin bersama Timnas Indonesia ditorehkan pada 2024. Ia mengawal Indonesia di Piala Asia 2023 (2024), hingga menciptakan sejarah untuk pertama kalinya lolos ke fase gugur putaran final. Ia juga mengantar Indonesia lolos ke Piala Asia 2027, sekaligus menjaga kans Tim Garuda lolos ke Piala Dunia 2026 lewat Kualifikasi Ronde 3 Zona Asia.
Sementara itu, Patrick Kluivert belum meraih gelar juara. Kluivert juga relatif belum banyak mengawal tim di ajang besar. Saat menangani Adana Demirspor, tim asal Turki itu mesti tersingkir dari babak Kualifikasi UEFA Conference League (UECL) musim 2023/2024. Sedangkan bersama Timnas Curacao, ia baru mengawal tim di babak Kualifikasi Piala Dunia Zona CONCACAF.
Kendati demikian, Kluivert punya keunggulan lain ihwal pengalaman. Mantan penyerang Barcelona tersebut dikenal sebagai penjelajah, tak terkecuali saat sudah pensiun sebagai pemain. Berbagai negara sudah disinggahi Kluivert, baik sebagai pelatih maupun asisten pelatih.
Sejumlah negara yang tercatat pernah disinggahi Kluivert selama kariernya sebagai pelatih ialah Belanda, Australia, Curacao, Prancis, Kamerun, Spanyol, hingga Turki. Sebaliknya, karier kepelatihan Shin Tae-yong hanya di 3 negara, yaitu: Australia, Korsel, dan Indonesia.
Berikut perbandingan pengalaman Kluivert vs Shin Tae-yong sebagai pelatih maupun asisten:
Patrick Kluivert
- 2008-2010: AZ Alkmaar (asisten)
- 2010: Brisbane Roar (asisten)
- 2010-2011: NEC (asisten)
- 2011-2012: Jong Twente
- 2012-2014: Belanda (asisten)
- 2015-2016: Curaçao
- 2016: Ajax (pemuda)
- 2018-2019: Kamerun (asisten)
- 2021: Curaçao (interim)
- 2023: Adana Demirspor
- 2025: Indonesia?
- 2005-2008: Queensland Roar (asisten)
- 2008-2012: Seongnam Ilhwa Chunma
- 2014: Korea Selatan (interim)
- 2014-2017: Korea Selatan (asisten)
- 2015-2016: Korea Selatan U-23
- 2016-2017: Korea Selatan U-20
- 2017-2018: Korea Selatan
- 2020-2025: Indonesia, Indonesia U23, Indonesia U20, Indonesia U17
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Oryza Aditama