Menuju konten utama

Penyebab Neraca Dagang November 2018 Jeblok Menurut Sri Mulyani

Sri Mulyani menyatakan defisit neraca perdagangan pada November 2018, yang terburuk dalam lima tahun terakhir, terjadi karena tekanan eksternal, salah satunya pelambatan pertumbuhan Cina. 

Penyebab Neraca Dagang November 2018 Jeblok Menurut Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan saat menjadi pembicara kunci dalam seminar ekonomi Prospek Bisnis dan Investasi Jawa Tengah 2019 di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (12/12/2018). ANTARA FOTO/Aji Styawan.

tirto.id - Neraca Perdagangan Indonesia pada periode November 2018 mengalami defisit terburuk di tahun ini. Defisit itu bahkan merupakan yang terparah dalam 5 tahun terakhir atau sejak Juli 2013.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan defisit Neraca Perdagangan Indonesia pada November 2018 mencapai USD2,05 miliar. Ekspor pada bulan itu tercatat sebesar USD14,8 miliar atau anjlok 3,28 persen secara year on year (yoy). Sedangkan impor di November 2018 mencapai USD16,8 miliar, naik 11,68 persen secara year on year (yoy). Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan pada Januari-November 2018 telah mencapai USD7,52 miliar dolar AS.

Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekspor di bulan November 2018 lesu karena masih terdampak tekanan eksternal, salah satunya ialah pengurangan permintaan dari negara tujuan ekspor utama Indonesia, seperti Cina.

"Ini harus dilihat secara hati-hati karena pertumbuhan ekonomi Cina lagi ada penyesuaian dari sisi internal atau karena ada perang dagang dengan AS," kata Sri Mulyani di Jakarta, pada Senin (17/12/2018) seperti dilansir Antara.

Dia menambahkan perlemahan kinerja ekspor juga terjadi sebab lesunya perdagangan dengan pasar nontradisional, seperti Amerika Latin dan Afrika, yang ikut terdampak oleh kondisi global.

"Pasar-pasar baru, barangkali dalam kondisi ekonomi sekarang, tendensinya menjadi lemah. Jadi kemampuan untuk menyerap ekspor jadi terbatas," ujar dia.

Penyebab lainnya, menurut Sri Mulyani, adalah komoditas ekspor yang sensitif terhadap isu-isu non ekonomi, seperti CPO (minyak sawit mentah), ikut mengurangi permintaan dari negara-negara Eropa.

Dia menegaskan kondisi global yang diliputi ketidakpastian seperti sekarang mendorong pemerintah terus memperkuat daya saing ekspor dengan memberikan sejumlah insentif kepada eksportir.

"Ekspor dipacu dari sisi daya kompetisi kita, melalui berbagai kebijakan untuk mendukung, seperti insentif. Namun kita perlu memahami, dinamika pasar global sedang sangat tinggi atau tidak menentu," ujar Sri Mulyani.

Sedangkan mengenai peningkatan impor pada November 2018, Sri Mulyani menyebut, pemerintah akan mengkaji secara mendalam efektivitas kebijakan pengendalian impor.

"Untuk sektor lain, migas dan nonmigas harus tetap perhatikan kemampuan industri dalam negeri untuk menghasilkan subtitusi, jadi kita tetap fokus dalam porsi itu," kata Sri Mulyani.

Dia memastikan pengelolaan sektor perdagangan akan terus mengarah pada upaya menekan pelebaran defisit transaksi berjalan yang kini mendekati 3 persen terhadap Product Domestic Bruto (PDB).

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom