tirto.id - Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit pada November 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis hari ini, pernyebabnya adalah anjloknya nilai ekspor sebesar 3,28% secara year on year (yoy). Sementara nilai impor tercatat 16,88 miliar dolar AS atau naik 11,68% (yoy).
“Neraca perdagangan November kita mengalami defisit cukup dalam yakni 2,05 miliar dolar AS,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, di kantornya, Senin (17/12/2018).
Dengan demikian, defisit perdagangan ini menjadi yang terburuk sepanjang tahun ini. Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia tercatat 1,8 miliar dolar AS pada Oktober dan mencapai 2,03 miliar dolar AS pada Juli.
Meski demikian, nilai impor Indonesia pada November tercatat turun 4,47 persen jika dibandingkan Oktober 2018.
Impor migas yang selama ini jadi penyebab defisit, pada November 2018 turun menjadi 2,84 miliar atau 2,80 persen dibandingkan Oktober. Namun naik 28,72 persen jika dibandingkan November 2017.
Sementara impor nonmigas mencapai 14,04 miliar dolar AS atau turun 4,80 persen dibandingkan Oktober, sedangkan jika dibandingkan November tahun sebelumnya meningkat sebesar 8,79 persen.
Penurunan impor nonmigas terbesar pada November terjadi pada golongan mesin/peralatan listrik sebesar 201,1 juta dolar AS atau sebesar 10,04 persen. Sedangkan peningkatan impor terbesar adalah golongan minuman sebesar 75,3 juta dolar AS atau mencapai 470,63 persen.
Tiga negara pemasok barang impor non-migas terbesar selama Januari-November 2018 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai 40,85 miliar dolar AS (28,08 persen), Jepang 16,61 miliar dolar AS (11,41 persen), Thailand sebesar 10,09 miliar dolar AS atau sebesar 6,49 persen. Impor nonmigas dari Asean 20,08 persen sementara dari Uni Eropa 8,93 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari-November 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 23,72 persen, 21,44 persen, dan 24,80 persen.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Abdul Aziz