tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit sebesar 2,03 miliar dolar AS. Defisit perdagangan itu merupakan yang terburuk dalam lima tahun terakhir atau sejak periode Juli 2013.
Defisit neraca perdagangan mencapai angka 2,03 miliar dolar AS karena capaian ekspor hanya sebesar 16,24 miliar dolar AS, sementara impor mencapai 18,27 miliar dolar AS. Tercatat sumbangan defisit dari sektor migas ialah 1,19 miliar dolar AS. Untuk defisit sektor nonmigas adalah 0,84 miliar dolar AS. Secara keseluruhan defisit neraca perdagangan Januari-Juli 2018 telah senilai 3,09 miliar dolar AS.
Berdasar data BPS, nilai ekspor Indonesia pada Juli 2018 sebenarnya meningkat 25,19 persen daripada pencapaian satu bulan sebelumnya. Jika dibandingkan data periode Juni 2017, capaian ekspor Juli 2018 juga meningkat 19,33 persen.
Pada Juli 2018, ekspor nonmigas mencapai 14,81 miliar dolar AS, naik 31,18 persen dibanding Juni 2018. Dibandingkan ekspor nonmigas pada Juli 2017, angka itu naik 19,03 persen.
Sementara impor pada Juli 2018 tercatat mencapai 18,27 miliar dolar AS atau meningkat 62,17 persen dibanding Juni 2018. Dibandingkan periode Juli 2017, angka impor itu naik 31,56 persen.
Rinciannya, impor nonmigas pada Juli 2018 senilai 15,66 miliar dolar AS, naik 71,54 persen dibanding Juni 2018 atau melonjak 29,28 persen dibandingkan periode Juli 2017. Sedangkan Impor migas Juli 2018 sebesar 2,61 miliar dolar AS. Angka itu naik 22,20 persen dibanding Juni 2018. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka itu naik 47,09 persen.
Bank Indonesia (BI) mengklaim catatan defisit neraca perdagangan pada Juli 2018 itu seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
“Bank Indonesia memandang defisit neraca perdagangan Juli 2018 tidak terlepas dari peningkatan kegiatan produksi dan investasi sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman dalam siaran resminya pada Rabu (15/8/2018).
Agusman menjelaskan BI optimistis kinerja neraca perdagangan akan terus membaik. Hal ini sejalan dengan konsistensi bauran kebijakan BI dan upaya pemerintah mendorong ekspor sekaligus menekan angka impor. Apalagi akan ada penundaan proyek-proyek pemerintah yang memiliki kandungan impor tinggi.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit neraca perdagangan Juli 2018 merupakan anomali atau berbeda dari yang biasanya terjadi. Sri Mulyani mengatakan anomali itu terlihat karena impor barang bahan baku maupun bahan modal lebih banyak terjadi sebelum lebaran dan libur panjang.
"Jadi ada kegiatan impor, yang banyak dilakukan sebelum Lebaran dan libur panjang dan kemudian dikompensasi pada bulan Juli," kata Sri Mulyani di Jakarta hari ini seperti diansir Antara.
Menurut dia, anomali tersebut perlu mendapatkan kajian lebih lanjut sebelum pemerintah melakukan evaluasi terhadap data ekspor maupun impor secara keseluruhan.
"Mungkin itu salah satu deviasi statistik yang perlu dibersihkan dulu untuk melihat trennya secara total," kata Sri Mulyani.
Editor: Addi M Idhom